Opinion
Beranda » Berita » Berhentilah Meniru, Mulailah Bertawakal

Berhentilah Meniru, Mulailah Bertawakal

Konsep Rezeki dalam Islam

SURAU.CO – Di era digital, kita sering melihat kesuksesan orang lain dengan mudah. Teman kita sukses membangun bisnis dari nol. Influencer favorit kita meraih jutaan rupiah dari konten kreatif. Lalu, muncul godaan besar untuk meniru langkah mereka secara persis. Kita berpikir, jika kita melakukan hal yang sama, kita pasti akan mendapat hasil serupa. Namun, Islam mengajarkan sebuah kebenaran fundamental. Rezeki setiap hamba sudah memiliki takarannya masing-masing. Meniru jalan orang lain tidak akan pernah memberimu rezeki mereka.

Perangkap Imitasi: Jalan yang Sama, Hasil Berbeda

Bayangkan dua orang membuka usaha nasi goreng di lokasi yang berdekatan. Keduanya menggunakan resep, gerobak, dan strategi promosi yang identik. Secara logika, pendapatan mereka seharusnya tidak jauh berbeda. Akan tetapi, dalam kenyataannya, hasilnya bisa sangat timpang. Warung yang satu mungkin ramai pembeli, sementara yang lainnya sepi. Mengapa ini bisa terjadi? Jawabannya terletak pada konsep rezeki yang telah Allah tetapkan.

Setiap manusia memiliki jalan rezekinya sendiri yang bersifat unik. Jalan ini dipengaruhi oleh banyak faktor yang hanya Allah ketahui. Mungkin waktu membukanya lebih berkah. Mungkin niatnya lebih tulus. Atau mungkin Allah memang menitipkan pintu rezeki yang lebih lebar melalui usaha tersebut. Mencoba menjiplak kesuksesan orang lain secara buta hanya akan menimbulkan kelelahan dan kekecewaan. Energi kita habis untuk menjadi seperti orang lain, bukan untuk menggali potensi diri.

Jaminan Langsung dari Allah SWT

Keraguan tentang rezeki seringkali muncul dari kurangnya keyakinan kita pada Sang Pemberi Rezeki. Padahal, Allah SWT telah memberikan jaminan yang sangat jelas di dalam Al-Qur’an. Jaminan ini seharusnya menenangkan setiap hati yang gelisah. Allah berfirman dalam Surah Ar-Rum ayat 40:

“Allahlah yang menciptakan kamu, kemudian memberimu rezeki.”

Bahaya Sinkretisme dan Pluralisme Agama

Ayat ini secara lugas menyatakan bahwa Allah adalah sumber mutlak dari segala rezeki. Dia yang menciptakan, Dia pula yang menanggungnya. Penegasan ini diperkuat lagi dalam Surah Hud ayat 6, yang mencakup semua makhluk hidup tanpa terkecuali:

“Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allahlah yang memberi rezekinya.”

Jika seekor semut kecil di dalam tanah atau ikan di kedalaman lautan telah dijamin rezekinya, apalagi kita, manusia, yang diciptakan sebagai khalifah? Keyakinan pada jaminan ini adalah langkah pertama untuk membebaskan diri dari kecemasan finansial.

Ikhtiar Adalah Kewajiban, Hasil Adalah Hak Allah

Meskipun rezeki telah dijamin, hal ini bukan berarti kita boleh berpangku tangan. Islam adalah agama yang menyeimbangkan antara keyakinan dan tindakan. Konsep ini terangkum dalam dua pilar utama: ikhtiar dan tawakal. Ikhtiar adalah usaha maksimal yang kita lakukan dengan seluruh kemampuan. Kita wajib bekerja, belajar, dan menyempurnakan keterampilan kita. Allah ingin melihat hamba-Nya bergerak dan berusaha. Langit tidak akan begitu saja menurunkan hujan emas dan perak.

Setelah kita mengerahkan seluruh daya dan upaya, di situlah peran tawakal dimulai. Tawakal adalah menyerahkan segala hasil kepada kebijaksanaan Allah. Tugas kita adalah berusaha sekuat tenaga; urusan hasil adalah hak prerogatif Allah. Dengan memadukan ikhtiar dan tawakal, hati kita menjadi tenang. Kita tidak akan sombong saat berhasil, dan tidak akan putus asa saat menghadapi kegagalan.

Jeritan Korban Malapetaka Banjir Aceh

Menjauhi Racun Iri Hati

Salah satu dampak terburuk dari membanding-bandingkan diri adalah tumbuhnya penyakit hati, yaitu iri atau hasad. Ketika kita melihat nikmat pada orang lain dan berharap nikmat itu hilang darinya, kita sebenarnya sedang memprotes ketetapan Allah. Kita seolah-olah berkata bahwa Allah tidak adil dalam pembagian-Nya. Perasaan ini sangat berbahaya karena ia menggerogoti keimanan dan kebahagiaan kita sendiri.

Obat dari penyakit ini adalah qana’ah, yaitu merasa cukup dan rida atas pemberian Allah. Latihlah diri untuk fokus pada karunia yang telah kita miliki. Syukuri setiap nikmat, sekecil apa pun itu. Ketika hati dipenuhi rasa syukur, tidak akan ada lagi ruang untuk iri dengki.

Temukan Jalanmu Sendiri

Jadi, apa yang harus kita lakukan? Fokuslah pada perjalananmu sendiri. Kenali potensimu, asah bakatmu, dan temukan jalan unikmu untuk menjemput rezeki. Sempurnakan ikhtiarmu dengan cara terbaik yang kamu bisa. Iringi setiap usahamu dengan doa yang tulus. Setelah itu, bertawakallah sepenuhnya kepada Allah. Yakinlah bahwa rezeki Anda tidak akan pernah tertukar. Ia akan menemukan Anda pada waktu dan melalui cara yang paling indah menurut ilmu-Nya.


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement