Membaca Al-Qur’an, Memuliakan dan Mengambil Pelajaran Akan Keajaiban Didalamnya.
Berdoalah dengan doa apa saja yang baik. Bentuk sikap memuliakan adalah tidak mengambil beberapa ayat saja untuk dibaca dari setiap surahnya. Pernah diriwayatkan kepada kami dari Rasulullah, bahwasanya beliau memerintahkan kepada Bilal yang hanya membaca satu ayat saja dari setiap surah, untuk membaca seluruh ayat pada surah tersebut.
Meletakkan dan Membersihkan Mushaf Al-Qur’an
Sikap memuliakan Al Qur’an adalah jika meletakkan mushaf hendaknya tidak membiarkan mushaf-mushaf tersebut berceceran” Jangan pula meletakkan apapun seperti kitab-kitab lainnya di atasnya sehingga Al Qur’an harus terus
berada di tempat yang paling tinggi dari kitab-kitab lainnya, baik itu berupa kitab (buku) ilmu pengetahuan ataupun yang lainnya.
Bentuk memuliakannya yang lain adalah hendaknya meletakkannya di tempat khusus Al Qur an atau di atas sesuatu yang ada di hadapannya. Jangan meletakkan Al Qur’an di atas lantai. Tidak membersihkan debu yang menempel padanya dengan air liur dan membersihkannya dengan air bersih juga merupakan bentuk sikap memuliakan Al Qur’an Selain itu jika membersihkan mushaf dengan air hendaknya menjaga air tersebut dari najis-najis yang dapat membuat air tersebut berada di tempat-tempat yang mungkin dapat terinjak oleh kaki. Sesungguhnya air bekas membersihkan mushaf tersebut adalah suci. Orang-orang sebelum kita ada yang menjadikan air bekas cucian mushaf untuk menyembuhkan penyakit.
Bentuk memuliakan Al Qur’ an yang lain adalah tidak mengambil Al-Qur’an yang dalam keadaan basah dan rusak. Karena sikap tersebut adalah sikap yang agung. Hendaknya membersihkan kotoran yang menempel padanya
dengan air bersih.
Membaca Al-Qur’an Setiap Hari
Hendaknya jangan membiarkan satu hari tanpa membaca Al-Qur’an, meski hanya sekali saja. Abu Musa berkata, “Sesungguhnya aku sangat malu jika satu hari tidak membaca janji Tuhanku (Al Qur’an) satu kali saja.”
Sikap memuliakan Al Qur’an yang lain adalah memberikan kesempatan kepada kedua mata untuk membacanya. Sesungguhnya pandangan mata itu akan sampai ke dalam jiwa. Sementara itu di antara jiwa dan dada seseorang itu terdapat hijab (penghalang). Al Qur’an sendiri berada di dada seseorang. Jika seseorang membacanya di luar kepala maka kedua telinganya akan mendengar dan bacaannya akan sampai ke dalam jiwa Jika dia melihat tulisan Al Qur’an maka mata dan telinga akan bekerjasama menyampaikannya ke
jiwa dan hal itu akan lebih baik. Mata itu dapat berfungsi seperti telinga. Zaid bin Aslam meriwayatkan dari Atha bin Yasar, dari Abu Said Al Khudri, dia berkata, Rasulullah bersabda, “Berikanlah mata-mata kalian bagiannya
(haknya) dalam beribadah. “ Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, apa bagian mata dalam beribadah?” Beliau menjawab, “Melihat mushaf, memikirkannya, dan mengambil pelajaran akan keajaiban-keajaiban yang ada di dalamnya.”
Ibadah Yang Paling Afdhal
Makhul meriwayatkan dari Ubadah bin Shamit, dia berkata Rasulullah bersabda, “Ibadah yang paling afdhal bagi umatku adalah membaca Al Qur’an dengan memandangnya.”
Sikap memuliakan Al Qur’an yang lainnya adalah tidak mentakwilkannya (menafsirkannya) jika Al Qur’an memaparkan tentang persoalan dunia. Amru bin Ziyad Al Hanzhali menceritakan kepada kami, dia berkata Husyaim bin Basyir menceritakan kepada kami dari Mughirah, dari lbrahim, dia berkata “Dia tidak suka Al Qur’an ditakwilkan pada saat dijelaskan sesuatu yang menyangkut tentang persoalan duniawi.”
Penakwilan yang dimaksud adalah seperti ucapan Anda kepada seseorang yang datang kepada Anda, “Kemudian Kamu datang menurut waktu yang ditetapkan hai Musa.” (Qs. Thahaa [20]: 40). Dan, seperti firman Allah, “Makan dan minumlah dengan sedap disebabkan amal yang telah kamu kerjakan pada hari-hari yang telah lalu. ” (Qs. Al Haaqqah 169: 24).
Hal ini kadang terjadi pada saat dihidangkan makanan atau yang semisal dengannya. Bentuk sikap memuliakan Al Qur’an yang lainnya adalah hendaknya tidak mengatakan “surah anu”, seperti mengatakan: “surah An-Nahl, surah Al Baqarah, surah An-Nisa’ .” Akan tetapi katakanlah, “surah
yang di dalamnya disebutkan seperti ini.” Al Qurthubi (Muh. Ibrahim-Mahmud Hamid)
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
