Khazanah
Beranda » Berita » Mengokohkan Muhammadiyah Dalam Hidup: Menjadikan Gerakan Islam Sebagai Jalan Hidup dan Amal Nyata

Mengokohkan Muhammadiyah Dalam Hidup: Menjadikan Gerakan Islam Sebagai Jalan Hidup dan Amal Nyata

Mengokohkan Muhammadiyah Dalam Hidup: Menjadikan Gerakan Islam Sebagai Jalan Hidup dan Amal Nyata

MENGOKOHKAN MUHAMMADIYAH DALAM HIDUP: Menjadikan Gerakan Islam Sebagai Jalan Hidup dan Amal Nyata.

Mukadimah: Hidup Bukan Sekadar Hidup

Hidup ini bukan sekadar menjalani waktu dari pagi ke malam, dari muda ke tua. Hidup seorang Muslim adalah perjuangan. Dan hidup seorang kader Muhammadiyah adalah pengabdian. Mengokohkan Muhammadiyah dalam hidup berarti menjadikan nilai-nilai Islam yang murni, berkemajuan, dan penuh amal nyata sebagai arah hidup yang tak tergoyahkan.

Bagi seorang kader Muhammadiyah, hidup ini tidak cukup hanya menjadi baik untuk diri sendiri. Kita harus memberi manfaat untuk umat, membangun masyarakat, dan memperjuangkan nilai-nilai Islam secara sistemik. Inilah wajah Islam dalam bingkai Muhammadiyah — bukan sekadar gerakan, tapi jalan hidup.

Muhammadiyah: Warisan Pemurnian dan Pembaharuan

Sejak didirikan oleh KH Ahmad Dahlan pada tahun 1912, Muhammadiyah telah menjadi mercusuar pencerahan di tengah gelapnya pemahaman agama yang bercampur dengan takhayul, bid’ah, dan khurafat. Gerakan ini lahir bukan sekadar untuk menambah organisasi, tapi untuk menghidupkan kembali nilai-nilai Islam yang murni, rasional, dan membebaskan.

Mengokohkan Muhammadiyah dalam hidup berarti memegang erat dua pilar utamanya: tajdid (pembaharuan) dan tauhid (pemurnian). Dalam praktiknya, kita diajak untuk:

Burnout dan Kelelahan Jiwa: Saatnya Pulang dan Beristirahat di Bab Ibadah

Menyembah Allah semata dan menjauhi segala bentuk syirik, baik syirik besar maupun syirik halus (riya’, kultus individu, dsb).
Mengamalkan Islam dengan dasar Al-Qur’an dan Sunnah yang sahih, bukan atas dasar adat atau kebiasaan yang menyalahi syariat.
Terus melakukan pembaruan cara berpikir dan bertindak agar Islam tetap relevan menjawab persoalan zaman.

Muhammadiyah Bukan Hanya Organisasi, Tapi Jalan Hidup

Seseorang boleh aktif di struktur Muhammadiyah, tapi belum tentu Muhammadiyah telah aktif dalam jiwanya. Maka mengokohkan Muhammadiyah dalam hidup bukan hanya soal ikut rapat atau pakai atribut, tapi bagaimana prinsip hidup Muhammadiyah meresap dalam akhlak, kerja, dan kontribusi sehari-hari.

Seorang kader Muhammadiyah harus:

Memiliki fikrah Islamiyah (pemahaman Islam) yang kuat dan benar.
Berkomitmen terhadap amar makruf nahi mungkar.
Menjadikan setiap aktivitas sebagai bentuk ibadah dan dakwah bil hal.

Muhammadiyah bukan hanya untuk dunia pengajian dan masjid, tapi juga menyangkut bagaimana kita membangun keluarga, mengelola ekonomi, mendidik anak, bahkan berpolitik dengan akhlak dan keberanian moral.

Seni Mengkritik Tanpa Melukai: Memahami Adab Memberi Nasihat yang Elegan

Sekolah, Rumah Sakit, dan Amal Usaha: Jejak Nyata Muhammadiyah

Mengapa Muhammadiyah dikenal luas dan tetap eksis lebih dari seabad? Jawabannya karena Muhammadiyah bukan hanya pandai bicara, tapi juga kaya amal nyata. Kita bisa melihatnya dari ribuan sekolah, universitas, rumah sakit, panti asuhan, hingga lembaga pemberdayaan masyarakat yang tersebar di seluruh Indonesia.

Ini menjadi cerminan dari prinsip Muhammadiyah yang kuat:

Islam sebagai agama amal – bukan sekadar keimanan di hati, tapi diwujudkan dalam aksi nyata.
Membangun peradaban – dengan memajukan pendidikan, kesehatan, dan ekonomi umat.
Tidak menunggu negara, tapi bergerak dengan kekuatan swadaya umat.

Maka, mengokohkan Muhammadiyah dalam hidup berarti turut menjadi bagian dari amal usaha ini, baik sebagai pengelola, pendidik, tenaga medis, relawan, atau donatur. Kader sejati adalah mereka yang ada peran, ada kontribusi, dan ada jejak kebaikan.

Karakter Kader Muhammadiyah: Berilmu, Ikhlas, dan Istiqamah

Dalam setiap pengkaderan, Muhammadiyah selalu menanamkan tiga pilar dasar pembentukan karakter:

Mengubah Insecure Menjadi Bersyukur: Panduan Terapi Jiwa Ala Imam Nawawi

1. Berilmu – agar perjuangan tidak berdasarkan emosi, tapi ilmu dan hujjah.
2. Ikhlas – agar amal tidak mencari pujian, tapi murni untuk Allah semata.
3. Istiqamah – agar tetap tegar dalam perjuangan meski dihadang tantangan.

Karakter ini harus tampak dalam setiap kader. Di manapun ia berada – di desa atau kota, di ruang kelas atau pasar, di lapangan dakwah atau pemerintahan – kader Muhammadiyah harus menjadi teladan.

Jangan sampai semangat hanya di awal pengajian atau saat Musyawarah Cabang. Tapi setelahnya, hilang tanpa kabar. Mengokohkan Muhammadiyah dalam hidup berarti menumbuhkan militansi yang istiqamah, bukan hanya temporer atau musiman.

Dakwah Berkemajuan: Menyambut Masa Depan Tanpa Meninggalkan Akidah.

Muhammadiyah dikenal dengan istilah Islam Berkemajuan. Ini bukan slogan kosong, tapi semangat bahwa Islam harus hadir sebagai kekuatan yang adaptif, modern, dan solutif terhadap masalah umat.

Di era digital, tantangan dakwah bukan lagi hanya soal sinkretisme, tapi juga tentang liberalisme, relativisme, dan nihilisme yang merusak akhlak generasi muda. Muhammadiyah harus hadir di ruang digital, di media sosial, di sekolah, bahkan di forum-forum kebijakan publik untuk menyuarakan Islam yang rahmatan lil ‘alamin.

Maka, kader Muhammadiyah hari ini harus:

Melek teknologi, namun tidak tergelincir dalam konten yang merusak.
Aktif di media, tapi tetap menjaga etika dakwah.
Mampu berdialog lintas disiplin, tanpa kehilangan prinsip keislamannya.

Menjadikan Keluarga sebagai Basis Gerakan

Mengokohkan Muhammadiyah dalam hidup juga berarti membawa nilai-nilai Persyarikatan ke dalam rumah tangga. Sebab keluarga adalah madrasah pertama. Jika setiap rumah tangga kader Muhammadiyah menjadi rumah tangga sakinah, produktif, dan mendidik generasi tangguh, maka gerakan ini akan terus hidup dan tumbuh secara organik.

Ajarkan anak-anak kita:

Mencintai Al-Qur’an sejak kecil.
Mengenal tokoh-tokoh Muhammadiyah.
Memiliki adab dalam bertutur dan bersikap.
Terbiasa memberi dan berbagi.

Penutup: Jadilah Cahaya dalam Gelapnya Zaman

KH. Ahmad Dahlan pernah berkata, “Hidup-hidupilah Muhammadiyah. Jangan mencari hidup di Muhammadiyah.” Pesan ini begitu dalam. Kita harus hadir untuk memberikan manfaat bagi gerakan ini, bukan sekadar menumpang nama atau eksistensi.

Mengokohkan Muhammadiyah dalam hidup berarti menjadikan gerakan ini sebagai bagian dari identitas dan amal shaleh kita. Hidup kita akan lebih berarti jika menjadi bagian dari perjuangan yang suci. Tidak ada yang sia-sia dari setiap langkah, karena setiap amal dalam Muhammadiyah adalah bagian dari dakwah, bagian dari jihad, dan bagian dari amal jariyah yang tak pernah putus meski kita telah tiada.

Mari kita jadikan Muhammadiyah bukan sekadar organisasi tempat kita singgah, tapi rumah perjuangan tempat kita tumbuh, hidup, dan wafat dalam ridha Allah. Allahu Akbar! Hidup-hidupilah Muhammadiyah!.  (Tengku Iskandar)


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement