SURAU.CO – Di balik megahnya peradaban Islam kuno yang membentang dari Timur hingga Barat, ada sosok perempuan hebat yangi telah mengukir sejarah peradaban ilmu pengetahuan. Ia adalah Fatimah al-Fihri yang memiliki nama julukan Umm al-Banin Perempuan yang lahir pada tahun 800 M di Kairouan, Tunisia, ini tercatat sebagai pendiri Universitas Al-Qarawiyyin di Fez, Maroko—lembaga pendidikan tinggi pertama dan tertua di dunia yang masih aktif hingga kini.
Latar Belakang Keluarga dan Spirit Filantropi
Fatimah berasal dari keluarga terpandang dan kaya raya. Ayahnya, Muhammad al-Fihri, menjadi seorang saudagar sukses yang dikenal luas karena kedermawanan dan religius. Fatimah dan adiknya, Maryam, mewarisi jiwa sosial keluarganya. Mereka tidak hanya menikmati rezeki, tetapi juga aktif menjalin silaturahmi dengan berbagai kalangan dan gemar berbagi kepada sesama.
Saat masih kecil, Fatimah bersama keluarganya hijrah ke Kota Fez, Maroko. Saat itu, Fez berkembang pesat menjadi kota metropolitan dengan ekonomi dan budaya yang maju. Di bawah kepemimpinan Raja Idris II pada awal abad ke-9, kota ini memadukan budaya kosmopolitan dan nilai-nilai tradisional secara harmonis. Kota ini pun menjelma menjadi salah satu kota Muslim yang sangat berpengaruh.
Fatimah tumbuh dalam lingkungan rumah tangga yang sarat nilai-nilai keislaman. Meski tidak menempuh pendidikan formal, ia menjadikan keluarganya sebagai madrasah utama yang membentuk karakter dan tidak berpengaruh terhadap kehidupan. Dari lingkungan itulah, ia memulai sumbangsih monumental bagi dunia Islam: membangun Masjid al-Qarawiyyin.
Membangun Masjid Al-Qarawiyyin
Pada tahun 859 M, Fatimah memulai pembangunan masjid besar al-Qarawiyyin di kota Fez. Fatimah mengawasi langsung seluruh proses pembangunan—mulai dari pemilihan lokasi, rencana bangunan, hingga arsitekturnya. Ia menjalani puasa sepanjang masa pembangunan sebagai bentuk totalitas spiritual dalam proyek tersebut.
Yang lebih mengagumkan, Fatimah tidak ingin menggunakan bahan yang diambil dari milik orang lain. Ia memerintahkan para pekerja menggali sedalam-dalamnya untuk mendapatkan pasir dan air dari lokasi pembangunan, agar tidak mengambil hak orang lain. Sikap ini mencerminkan integritas dan kesalehan yang melekat kuat dalam dirinya.
Pembangunan al-Qarawiyyin rampung pada awal Ramadhan 245 H (30 Juni 859 M), dan sejak saat itu, bangunan ini berdiri kokoh sebagai pusat ibadah sekaligus pusat ilmu pengetahuan.
Transformasi Menjadi Universitas Dunia
Seiring berjalannya waktu, Masjid al-Qarawiyyin berkembang menjadi pusat pembelajaran Islam yang prestisius. Masjid Al-Qarawiyyin menjadi Universitas Al-Qarawiyyin, universitas tertua di dunia. Para sarjana dari berbagai penjuru dunia datang ke sana untuk menimba ilmu. Pada masa Dinasti Murabitun dan Murini, pengelola universitas mulai menerapkan sistem pendidikan formal yang terstruktur, lengkap dengan ruang kelas, kursi, dan lemari sebagai fasilitas belajar.
Dari universitas ini, lahirlah banyak pemikir ternama, di antaranya, Abu al-Abbas az-Zawawi (pakar matematika), Ibnu Bajah (dokter dan pakar Bahasa Arab), dan Abu Madhab al-Fasi (ulama besar Mazhab Maliki). Bahkan sosiolog ternama dunia Islam, Ibnu Khaldun, juga belajar di universitas ini.
Tak hanya umat Islam, pemikir Yahudi seperti Maimonides (Ibnu Maimun) dan astronom ternama Alpetragius (al-Bitruji) juga menimba ilmu di Al-Qarawiyyin. Kehadiran mereka menjadikan universitas ini sebagai ruang dialog yang mempertemukan Kebudayaan Barat dan Timur.
Fatimah dan Warisan Akademik Dunia
Fatimah tidak sekadar mewariskan bangunan fisik. Ia mewariskan sistem pendidikan yang menjadi cikal bakal universitas modern. Kurikulum, sistem pengajaran, hingga simbol akademik seperti toga—yang kini digunakan hampir di seluruh universitas dunia—berakar dari tradisi akademik Al-Qarawiyyin.
Desain toga berbentuk segi empat yang digunakan para sarjana terinspirasi dari bentuk Ka’bah di Makkah, yang menjadi kiblat umat Islam. Simbol ini menunjukkan bahwa ilmu pengetahuan sejati harus bermuara pada nilai-nilai ilahiyah dan diarahkan untuk kemaslahatan umat manusia.
Fatimah meninggalkan warisan berharga bagi generasi Muslim di seluruh dunia. Ia wafat pada tahun 266 H/880 M, namun warisannya tetap hidup dan terus memberi manfaat hingga hari ini.
Fatimah al-Fihri bukan hanya membangun universitas. Ia membangun harapan, membangun peradaban, dan membuktikan bahwa perempuan Muslim mampu menjadi pionir dalam dunia ilmu dan kemanusiaan.
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
