Ibadah
Beranda » Berita » Menunaikan Ibadah Salat

Menunaikan Ibadah Salat

Menunaikan Ibadah Salat
Menunaikan Ibadah Salat

SURAU.CO.Menunaikan ibadah salat. Setiap Muslim wajib menunaikan salat, yang merupakan salah satu dari lima rukun Islam. Salat adalah bentuk komunikasi langsung antara hamba dengan Allah SWT, di mana seorang Muslim dapat berdoa, memohon ampunan, dan mencari petunjuk. Pelaksanaan salat yang benar dan teratur memberikan berbagai manfaat, baik secara spiritual maupun duniawi.

Allah SWT memerintahkan umat Islam untuk melaksanakan salat sebagai bentuk komunikasi langsung dan permohonan ampunan, petunjuk, serta pertolongan-Nya. Mengajarkan umat Islam untuk disiplin dan teratur dalam menjalani kehidupan serta membersihkan jiwa dari dosa. Menjadi amal ibadah yang mendatangkan pahala dan memberikan manfaat positif bagi kesehatan mental dan fisik.

Salat merupakan tiang agama dan sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, serta membentuk karakter baik dalam kehidupan sehari-hari. Al-Quran memerintahkan salat melalui berbagai ayat, termasuk Surat Al-Baqarah ayat 43, Al-Baqarah ayat 110, Al-Isra ayat 78, Hud ayat 114, An-Nisa ayat 103, Al-Ankabut ayat 45.

Surat Al-Baqarah ayat 43:

وَأَقِيمُوا۟ ٱلصَّلَوٰةَ وَءَاتُوا۟ ٱلزَّكَوٰةَ وَٱرْكَعُوا۟ مَعَ ٱلرَّٰكِعِينَ

Arab-Latin: Wa aqīmuṣ-ṣalāta wa ātuz-zakāta warka’ụ ma’ar-rāki’īn

Kitab Taisirul Khallaq

Artinya: Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku’lah beserta orang-orang yang ruku’.

Surat Al-Baqarah ayat 110:

وَأَقِيمُوا۟ ٱلصَّلَوٰةَ وَءَاتُوا۟ ٱلزَّكَوٰةَ ۚ وَمَا تُقَدِّمُوا۟ لِأَنفُسِكُم مِّنْ خَيْرٍ تَجِدُوهُ عِندَ ٱللَّهِ ۗ إِنَّ ٱللَّهَ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ

Arab-Latin: Wa aqīmuṣ-ṣalāta wa ātuz-zakāh, wa mā tuqaddimụ li`anfusikum min khairin tajidụhu ‘indallāh, innallāha bimā ta’malụna baṣīr

Artinya: Dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. Dan kebaikan apa saja yang kamu usahakan bagi dirimu, tentu kamu akan mendapat pahala nya pada sisi Allah. Sesungguhnya Allah Maha Melihat apa-apa yang kamu kerjakan.

Surat Al-Isra ayat 78:

أَقِمِ ٱلصَّلَوٰةَ لِدُلُوكِ ٱلشَّمْسِ إِلَىٰ غَسَقِ ٱلَّيْلِ وَقُرْءَانَ ٱلْفَجْرِ ۖ إِنَّ قُرْءَانَ ٱلْفَجْرِ كَانَ مَشْهُودًا

Tidak Shalat Jum’at Karena Hujan; Apa Hukumnya?

Arab-Latin: Aqimiṣ-ṣalāta lidulụkisy-syamsi ilā gasaqil-laili wa qur`ānal-fajr, inna qur`ānal-fajri kāna masy-hụdā

Artinya: Dirikanlah shalat dari sesudah matahari tergelincir sampai gelap malam dan (dirikanlah pula shalat) subuh. Sesungguhnya shalat subuh itu disaksikan (oleh malaikat).

Surat Hud ayat 114:

وَأَقِمِ ٱلصَّلَوٰةَ طَرَفَىِ ٱلنَّهَارِ وَزُلَفًا مِّنَ ٱلَّيْلِ ۚ إِنَّ ٱلْحَسَنَٰتِ يُذْهِبْنَ ٱلسَّيِّـَٔاتِ ۚ ذَٰلِكَ ذِكْرَىٰ لِلذَّٰكِرِينَ

Arab-Latin: Wa aqimiṣ-ṣalāta ṭarafayin-nahāri wa zulafam minal-laīl, innal-ḥasanāti yuż-hibnas-sayyi`āt, żālika żikrā liż-żākirīn

Artinya: Dan dirikanlah sembahyang itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada bahagian permulaan daripada malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat.

Amalan Sunnah Harian Sesuai Dalil Dari Al-Qur’an dan Hadist

Surat An-Nisa ayat 103:

فَإِذَا قَضَيْتُمُ ٱلصَّلَوٰةَ فَٱذْكُرُوا۟ ٱللَّهَ قِيَٰمًا وَقُعُودًا وَعَلَىٰ جُنُوبِكُمْ ۚ فَإِذَا ٱطْمَأْنَنتُمْ فَأَقِيمُوا۟ ٱلصَّلَوٰةَ ۚ إِنَّ ٱلصَّلَوٰةَ كَانَتْ عَلَى ٱلْمُؤْمِنِينَ كِتَٰبًا مَّوْقُوتًا

Arab-Latin: Fa iżā qaḍaitumuṣ-ṣalāta fażkurullāha qiyāmaw wa qu’ụdaw wa ‘alā junụbikum, fa iżaṭma`nantum fa aqīmuṣ-ṣalāh, innaṣ-ṣalāta kānat ‘alal-mu`minīna kitābam mauqụtā

Artinya: Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. Kemudian apabila kamu telah merasa aman, maka dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.

Surat Al-Ankabut ayat 45:

ٱتْلُ مَآ أُوحِىَ إِلَيْكَ مِنَ ٱلْكِتَٰبِ وَأَقِمِ ٱلصَّلَوٰةَ ۖ إِنَّ ٱلصَّلَوٰةَ تَنْهَىٰ عَنِ ٱلْفَحْشَآءِ وَٱلْمُنكَرِ ۗ وَلَذِكْرُ ٱللَّهِ أَكْبَرُ ۗ وَٱللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ

Arab-Latin: Utlu mā ụḥiya ilaika minal-kitābi wa aqimiṣ-ṣalāh, innaṣ-ṣalāta tan-hā ‘anil-faḥsyā`i wal-mungkar, walażikrullāhi akbar, wallāhu ya’lamu mā taṣna’ụn

Artinya: Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.

Tata cara sholat:

  1. Niat: Seseorang membaca niat salat sesuai dengan jenis salat yang dikerjakan.
  2. Takbiratul Ihram: Mengucapkan takbir (Allahu Akbar) sambil mengangkat kedua tangan.
  3. Membaca Doa Iftitah: Membaca doa pembukaan setelah takbiratul ihram.
  4. Membaca Surat Al-Fatihah: Membaca surat Al-Fatihah pada setiap rakaat.
  5. Membaca Surat Pendek (Opsional): Membaca surat pendek Al-Quran setelah Al-Fatihah pada rakaat pertama dan kedua.
  6. Rukuk: Membungkukkan badan dengan tuma’ninah (tenang).
  7. I’tidal: Berdiri tegak kembali setelah rukuk dengan tuma’ninah.
  8. Sujud: Menyungkurkan dahi, kedua tangan, kedua lutut, dan ujung jari kaki ke tanah dengan tuma’ninah.
  9. Duduk di Antara Dua Sujud: Duduk sejenak di antara dua sujud dengan tuma’ninah.
  10. Tasyahud Awal (Jika Ada): Duduk dan membaca tasyahud awal pada rakaat kedua.
  11. Tasyahud Akhir: Duduk dan membaca tasyahud akhir pada rakaat terakhir.
  12. Salam: Menoleh ke kanan dan ke kiri sambil mengucapkan salam.

Waktu sholat:

Ada lima waktu salat wajib dalam sehari: Subuh, Zuhur, Ashar, Maghrib, dan Isya. Umat Muslim dianjutkan untuk mengerjakan salat pada waktu yang telah ditentukan dan menjaga agar salat tidak terlewat.

Allah SWT memerintahkan Nabi Muhammad SAW untuk melaksanakan shalat lima waktu secara langsung melalui peristiwa Isra’ Mi’raj di Sidratul Muntaha, tanpa perantara malaikat Jibril.

Allah SWT langsung memerintahkan Nabi Muhammad untuk salat, bukan melalui perantara seperti Malaikat Jibril, dalam peristiwa Isra’ Mi’raj. Isra’ adalah perjalanan malam Nabi dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa, dan Mi’raj adalah kenaikan beliau ke langit hingga Sidratul Muntaha. Awalnya, Allah mewajibkan 50 waktu salat sehari semalam. Kemudian, Nabi Muhammad, atas saran Nabi Musa, memohon keringanan kepada Allah. Allah mengurangi perintah salat menjadi 5 waktu tanpa perantara Jibril di Sidratul Muntaha.

Peristiwa Isra’ Mi’raj menegaskan pentingnya salat sebagai tiang agama dan sebagai sarana bagi seorang Muslim untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Salat juga menjadi simbol hablum minallah (hubungan dengan Allah) dan hablum minannas (hubungan dengan sesama manusia) yang tercermin dari gerakan salam dalam salat.

(Budi S: mengutip dari berbagai sumber)


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement