Kisah
Beranda » Berita » Peran Strategis Ummu ‘Athiyyah dalam Perang Islam

Peran Strategis Ummu ‘Athiyyah dalam Perang Islam

Kiprah Ummu 'Athiyyah dalam Perang Islam
Kiprah Ummu 'Athiyyah dalam Perang Islam

SURAU.CO – Sejarah Islam menyimpan banyak kisah perjuangan dan keteguhan iman. Di antara banyak tokoh perempuan, sosok Ummu ‘Athiyyah al-Anshariyyah tampil sebagai sosok tangguh yang memainkan peran besar di balik medan perang. Ia memang tidak menghunus pedang di garis depan, namun ia memberikan kontribusi yang sangat penting dalam mendukung kemenangan pasukan Islam. Ia berdiri sebagai garda terdepan dalam urusan logistik dan pelayanan medis.

Kisah Ummu ‘Athiyyah tidak hanya menggugah, tetapi juga menjadi teladan abadi. Ia menunjukkan bahwa perempuan dapat berjihad dengan cara yang sesuai dengan kemampuan dan fitrah mereka, tanpa melewati batas-batas syariat. Dalam setiap langkahnya, Ummu ‘Athiyah mengajarkan bahwa jihad bukan hanya tentang mengangkat senjata. Lebih dari itu, jihad mencakup keteguhan hati, semangat pelayanan, dan pengorbanan yang tulus.

Mengenal Ummu ‘Athiyyah

Ummu ‘Athiyyah memiliki nama asli Nusaybah binti al-Harits al-Anshariyyah. Ia berasal dari kalangan Anshar di Madinah. Beberapa riwayat menyebutkan bahwa ia mengikuti tujuh peperangan bersama Rasulullah ﷺ, termasuk Perang Khaibar dan Perang Hunain.

Namun, ia tidak masuk ke dalam barisan tempur. Ia justru memilih medan perjuangan yang tak kalah penting. Dengan penuh semangat, ia mengobati prajurit yang terluka, merawat yang sakit, menyiapkan perbekalan, dan memberikan semangat kepada para prajurit.

Kontribusi Nyata dalam Logistik Perang

Perang bukan hanya soal keberanian di medan tempur. Lebih dari itu, kemenangan sangat bergantung pada kekuatan logistik. Tanpa pasokan makanan, obat-obatan, dan dukungan medis yang cukup, pasukan sehebat apa pun akan kehilangan daya. Dalam hal ini, Ummu ‘Athiyah memainkan peran penting.

Kisah Nama Abu Hurairah: Dari Pecinta Kucing Menjadi Penjaga Hadis

Ia bersama para sahabat lainnya memikul air, merawat luka-luka prajurit, dan mengurus jenazah para syuhada. Dalam Perang Khaibar, Ummu ‘Athiyyah juga membantu mendistribusikan makanan dan merawat para prajurit yang kelelahan. Rasulullah ﷺ tidak hanya mengizinkannya, tetapi juga menunjukkan penghargaan yang besar atas peran vitalnya.

Dalam sebuah riwayat Imam Muslim, Ummu ‘Athiyyah berkata:
“Aku ikut bersama Rasulullah ﷺ dalam tujuh peperangan. Aku tinggal di tenda pasukan, memasak makanan mereka, mengobati yang terluka, dan merawat yang sakit.” (HR.Muslim)

Misi Mulia di Balik Medan Perang

Misi yang Ummu ‘Athiyyah emban bukanlah tugas ringan. Ia membawa peralatan berat, menempuh perjalanan jauh, menghadapi bahaya dari pasukan musuh, dan menangani luka-luka mengerikan. Namun, ia tetap menyalakan semangat pengabdiannya karena yakin bahwa bantuannya termasuk bagian dari jihad fi sabilillah.

Inspirasi dari Ummu ‘Athiyah bagi Perempuan Masa Kini

Saat ini, banyak perempuan menghadapi kesulitan jati diri karena tekanan sosial yang kompleks. Di tengah kondisi ini, kisah Ummu ‘Athiyah hadir sebagai lentera yang mencerahkan. Ia membuktikan bahwa perempuan dapat memberikan kontribusi besar bagi umat tanpa kehilangan nilai-nilai syariat.

Ummu ‘Athiyyah tidak mencari panggung. Namun sejarah tetap mencatat karena ketulusan dan dedikasinya. Kisah Ummu ‘Athiyyah membantah stereotip bahwa perempuan lemah dan hanya pantas berada di rumah. Ia membuktikan bahwa perempuan juga bisa aktif dalam ranah sosial dan kemasyarakatan, bahkan dalam konteks perang, selama tetap menjaga nilai-nilai syariat. Ia tampil sebagai sosok penyayang yang dibingkai oleh iman dan keteguhan akhlak.

Pasca Wafatnya Rasulullah: Sikap Abu Bakar Menghadapi Kemurtadan

Penutup: Kiprah yang Abadi dalam Sejarah Islam

Ummu ‘Athiyyah bukan sekedar nama dalam lembaran sejarah. Ia adalah cerminan perempuan mukminah yang tangguh, cerdas, dan penuh semangat pengabdian Ia berjuang bukan demi popularitas, tetapi karena cintanya kepada Islam dan Rasulullah ﷺ.

Saat ini, umat Islam menghadapi tantangan besar, dari kemiskinan hingga krisis moral. Oleh karena itu, umat membutuhkan kembali sosok-sosok seperti Ummu ‘Athiyyah: perempuan yang siap turun tangan untuk memperkuat perjuangan umat di berbagai lini kehidupan.

Mari kita nyalakan kembali semangat Ummu ‘Athiyyah di rumah-rumah kita, di ruang-ruang pendidikan, di komunitas, dan di medan dakwah. Karena kemenangan Islam tidak akan pernah lahir tanpa kehadiran perempuan-perempuan tangguh yang berdiri kokoh bersama umat.

 

Penaklukan Thabaristan (Bagian 2): Kemenangan di Era Umayyah

Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement