SURAU.CO-Majapahit dan cahaya Islam menjadi dua kekuatan besar dalam sejarah Nusantara. Di saat Majapahit berjaya sebagai kerajaan Hindu-Buddha terbesar, dakwah Islam mulai berkembang di berbagai wilayahnya. Majapahit dan cahaya Islam tidak selalu berhadapan secara frontal, tetapi seringkali justru bersinggungan dalam ruang sosial, budaya, dan ekonomi masyarakat.
Islam datang melalui pelabuhan-pelabuhan penting seperti Gresik, Tuban, dan Ampel. Para pedagang Muslim membawa ajaran tauhid sambil berdagang dan menikah dengan warga setempat. Mereka bukan hanya berdagang, tetapi juga mendirikan masjid, madrasah, dan lingkungan Muslim yang aktif.
Dakwah Islam dan Peradaban Majapahit
Islam dan peradaban Majapahit berkembang berdampingan dalam suasana sosial yang dinamis. Para dai dari Gujarat dan Arab tidak memilih jalur konfrontatif, tetapi mengedepankan pendekatan budaya dan kearifan lokal. Seni, musik, dan bahasa menjadi alat untuk menyampaikan pesan-pesan Islam.
Sunan Ampel membina komunitas Muslim di Surabaya dan Ampel Denta, serta mendidik murid-murid yang kelak menjadi Wali Songo. Ia menjalin hubungan harmonis dengan tokoh lokal dan memberikan teladan melalui akhlak serta kepemimpinan. Pendekatan ini membuat dakwah Islam diterima luas, meskipun Majapahit masih dominan secara politik.
Peran Wali Songo dan Penyebaran Islam
Peran Wali Songo dan penyebaran Islam memperkuat fondasi spiritual masyarakat Jawa. Mereka menggunakan cara dakwah yang unik dan penuh kebijaksanaan. Sunan Kalijaga, misalnya, memasukkan nilai-nilai Islam ke dalam seni pertunjukan seperti wayang dan gamelan. Ia tidak menghapus budaya, melainkan menyucikannya dengan ajaran tauhid.
Dengan metode ini, masyarakat menerima Islam tanpa merasa kehilangan jati diri. Beberapa bangsawan Majapahit bahkan memilih masuk Islam secara pribadi. Dari titik ini, benih peradaban Islam tumbuh kuat di tengah masyarakat Jawa yang sebelumnya menganut Hindu-Buddha.
Kerajaan Majapahit ke Kesultanan Islam
Dari kerajaan Majapahit ke kesultanan Islam, terjadi perubahan politik dan spiritual yang besar. Kesultanan Demak muncul sebagai kelanjutan spiritual dari cita-cita Majapahit tentang kesatuan Nusantara. Namun kali ini, semangat pemersatu berpijak pada nilai Islam.
Demak bukan sekadar pewaris wilayah Majapahit, melainkan juga pelanjut misinya dalam bingkai tauhid dan keadilan. Kesultanan ini mendirikan masjid, mendukung pendidikan Islam, serta membangun struktur kekuasaan berbasis syariat. Transisi kekuasaan berlangsung mulus karena dakwah telah lebih dulu membentuk masyarakat yang siap menerima perubahan.
Pengalaman Sosial dalam Dakwah Islam
Pengalaman sosial dalam dakwah Islam memberikan pelajaran penting: perubahan besar tidak selalu memerlukan kekerasan. Di banyak wilayah pesisir Jawa, masyarakat tetap melestarikan tradisi lama sambil memeluk Islam. Tradisi selametan, syair, dan ziarah kubur para wali menjadi contoh sinkretisme positif yang tidak menyalahi syariat.
Saya pernah berdialog dengan seorang tokoh adat di Lamongan yang menjelaskan bagaimana ajaran Islam dan budaya lokal bisa berjalan seiring. Menurutnya, pendekatan para wali jauh lebih efektif dibanding metode konfrontasi. Mereka mengubah keyakinan masyarakat lewat hati, bukan tekanan.
Warisan Sejarah yang Terus Bersinar
Warisan sejarah yang terus bersinar dari pertemuan Majapahit dan cahaya Islam adalah pentingnya strategi dakwah yang bijaksana. Islam tidak datang sebagai penjajah budaya, tapi sebagai penyempurna akhlak dan pembawa rahmat.
Hari ini, semangat dakwah damai dan pendekatan kebudayaan tetap relevan. Di tengah tantangan global, metode para Wali patut dijadikan inspirasi. Mereka menunjukkan bahwa Islam dapat tumbuh subur tanpa mencabut akar budaya, asalkan ajaran tauhid dibawa dengan kasih sayang dan kebijaksanaan.
Pertemuan Majapahit dan cahaya Islam menunjukkan pentingnya dakwah yang bijak dan damai. Para Wali menggunakan seni, budaya, dan akhlak untuk menyentuh hati masyarakat. Dengan pendekatan itu, Islam tumbuh tanpa konflik. Warisan ini tetap relevan dan patut menjadi teladan bagi generasi dakwah masa kini. (Hen)
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
