Mempelajari Kitabullah: Obat Penyembuh Atas Apa Yang Diinginkan
Hendaknya mengetahui surah-surah makiyyah dan Madaniyah. Dengan pengetahuan tersebut kita dapat membedakan firman Allah kepada para hamba-Nya pada awal ajaran Islam dan perintah apa saja yang ada di
akhir-akhir kedatangan Islam. Dan, mengetahui pula kewajiban apa yang telah ditetapkan Allah pada awal kedatangan Islam dan kewajiban tambahan apa saja yang turun di akhir kedatangan Islam.
Pada banyak ayat didalam Al Qur’an, ayat-ayat Madaniyah itu menasikh (menghapus) ayat-ayat Makkiyah. Dan Tidak mungkin ayat Makkiyah menghapus ayat-ayat Madaniyah. Karena, ayat yang terhapus itu datangnya lebih awal daripada ayat yang menghapusnya.
Memahami Apa yang Dibaca dan Menghilangkan Keraguan
Diantara hal yang dapat menyempurnakan pemahamannya adalah dengan mengetahui masalah i’rab dan lafazhlafazh yang asing di dalam Al Qur’an. Hal itu dapat membantunya untuk mempermudah memahami apa yang dibacanya dan menghilangkan keraguan atas apa yang dia baca. Abu Ja’far Ath-Thabari berkata “Aku mendengar Al-Jarmi berkata,
“sejak tiga puluh tahun yang lalu aku memberikan fatwa kepada banyak orang tentang masalah fikih dari kitab Sibawaih.”
Muhammad bin Yazid berkata “Abu Umar Al Jarmi adalah seorang ahli hadits. Dia mengetahui bahwa kitab Sibawaih membantu pemahamannya mengenai hdits. Dari kitab Sibawaih ini, dia dapat mengetahui ilmu memberikan pendapat dan ilmu tafsir. Kemudian, dia memperhatikan sunnah-sunnah yang berasal dari Rasulullah. Dengannya
seorang penuntut ilmu Allah dapat mengetahui apa yang dikehendaki oleh Allah dalam kitab-Nya. Sunnahlah yang membuka pengetahuannya mengenai hukum-hukum Al Qur’an secara jelas.”Adh-Dhahhak berkata dengan mengutip firman Allah, “Hendaklah kamu menjadi orang’orang rabbani, karena lramu selalu mengajarkan Al-Kitab. ” (Qs. Ali Imraan [3]: 79). Adh-Dhahhak melanjutkan: Sungguh orang yang mengetahui Al Qur’an itu lebih berhak untuk menjadi orang yang memahami.
Kesehatan Dari Allah dan Keburukan dari Orang Lain
Ibnu Abi Al Hawari berkata: “Kami mendatangi Fudhail bin Iyadh pada tahun 185 H. Saat itu kami bersama sekelompok orang. Dia menghentikan kami didepan pintu dan tidak memberikan izin kepada kami untuk masuk. Beberapa orang berkata ‘Dia (Fudhail) jika ingin keluar rumah maka harus
membaca Al Qur’ an terlebih dahulu.’ Lalu, Fudhail memerintahkan seorang qari’ di antara kami untuk membaca Al-Quran. Setelah selesai baru dia keluar menemui kami dari balik dinding. Kami berkata,’ (Assalamualaikum warahmatullah) Salam sejahtera atasmu dan semoga rahmat Allah dilimpahkan kepadamu.’ Dia menjawab,’Wa’alaikum salam.’ Kami bertanya ‘Apa kabarmu wahai Abu Ali dan bagaimana keadaanmu?’ Dia menjawab, ‘Aku memperoleh kesehatan dari Allah, akan tetapi mendapatkan keburukan dari kalian.
Menuntut Ilmu Dengan Para Syaikh dan Tidak Menganggap Layak Duduk Bersamanya
Apa yang kalian lakukan ini tidak diajarkan dalam Islam. Sesungguhnya kita adalah milik Allah dan kita akan kembali kepada-Nya. Tidak seperti ini seharusnya kita menuntut ilmu. Akan tetapi, caranya adalah kita mendatangi para syaikh dan tidak menganggap diri kita layak untuk duduk bersama mereka. Kita harus duduk berada di bawah mereka dan mendengarkan ucapan mereka. Jika mereka telah menjelaskan baru kita meminta kepada mereka untuk mengulangi penjelasannya sambil mengingatnya. Akan tetapi, kalian menuntut ilmu dengan cara yang bodoh. Kalian telah menyia-nyiakan kitabullah (Al Qur’an). Jika kalian mempelajari kitabullah maka niscaya kalian akan mendapatkan obat penyembuh akan hal apa saja yang kalian inginkan. ‘Dia (Ibnu Abi Al Hawari) berkata, kami berkata, ‘Kami telah mempelajari Al Qur’an.’ Dia (Fudhail) berkata ‘Sesungguhnya mempelajari Al Qur’an itu akan menyibukkan seluruh usia kalian dan usia anak-anak keturunan kalian.’ Kami bertanya, ‘Apa maksudnya wahai Abu Ali?’ Dia menjawab, ‘kalian tidak akan memahami Al-Qur’an hingga kalian mengetahui i’rabnya, ayat-ayat yang muhkam dan mutasyabih, dan yang nasikh dan mansukh. Jika kalian telah mengetahui itu semua maka kalian tidak lagi
membutuhkan penjelasan dari Fudhail dan Ibnu Uyainah.’ Al Qurthubi (Muh. Ibrahim-Mahmud Hamid)
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
