Khazanah
Beranda » Berita » Mengamalkan dan Tidak Melalaikan Al-Qur’an

Mengamalkan dan Tidak Melalaikan Al-Qur’an

memuliakan dan. Mengagungkan Al-Qur'an

ORANG YANG MEMAHAMI AL QUR’AN 
HENDAKNYA MENGAMALKAN AJARANNYA 
DAN TIDAK MELALAIKANNYA.

 

Hal pertama yang harus dilakukan adalah mempelajarinya dengan ikhlas karena Allah sebagaimana Adanya. Kemudian, membacanya siang dan malam hari, baik ketika melaksanakan shalat ataupun di luar waktu shalat agar tidak lupa. Muslim meriwayatkan dari Ibnu Umar, balwa Rasulullah bersabda:

“sesungguhnya perumpamaan orang yang membaca Al Qur’an 
seperti seorang pemilik unta yang untanya dikat. Jika dia mengikatnya maka dia dapat memegangnya. Jika dia melepaskannya maka unta itu akan pergi. Jika seseorang membaca Al Qur’an malam dan siang hari maka dia akan mengingatnya. Jika dia tidak membacanya maka dia akan melupakannya”.

Sudah sewajarnya dia memuji Allah, mensyukuri segala kenikmatanNya, selalu mengingat-Nya bertawakal kepada-Ny4 meminta pertolongan kepada-Nya memohon perlindungan kepada-Nya mengingat kematian, dan mempersiapkan diri agar dapat menemui-Nya. Dia juga harus selalu merasa takut berbuat dosa kepada-Nya dan selalu mengharapkan ampunan Tuhan-Nya. Rasa khawatir akan kesehatan dirinya hendaknya selalu menjadi pemikirannya, karena dia tidak akan mengetahui bagaimana Allah akan mewafatkannya. Harapan akan datangnya ajal kepada dirinya hendaknya menjadi pemikiran yang kuat pada dirinya, sebagai bukti bahwa dia
berprasangka baik kepada Allah. Rasulullah bersabda:

Burnout dan Kelelahan Jiwa: Saatnya Pulang dan Beristirahat di Bab Ibadah

“Janganlah salah seorang dari kalian wafat kecuali dalam keadaan berprasangka baik kepada Allah.”

Bertakwa dan Selalu Merasa Diawasi Allah

Artinya, Allah akan memberikan rahmat dan ampunan kepadanya. Hendaknya dia mengenal orang-orang yang hidup pada masanya mematuhi pemimpinnya, berusaha menyelamatkan dirinya (dari api neraka), menyelamatkan jiwanya, berusaha semampu dirinya untuk memperoleh
kehidupan duniawi, berusaha dengan sungguh-sungguh sekuat tenaganya untuk memperoleh itu semua. Hendaknya hal yang paling mendapat perhatian dirinya adalah sikap wara’ dalam beragama, selalu bertakwa dan merasa diawasi
oleh Allah atas segala perintah dan larangan-Nya.

Ibnu Mas’ud berkata “seorang pembaca Al Qur’an hendaknya
menghidupkan waktu malamnya (dengan shalat malam) di saat orang-orang tertidur pulas, berpuasa di siang hari di saat orang-orang sudah terbangun, menangis di saat orang-orang tertawa, diam di saat orang-orang banyak berbicara, merendahkan diri di saat orang-orang menyombongkan diri
Mereka dan bersedih hati di saat orang-orang bergembira. Hendaknya dia berusaha menjaga dirinya dari hal-hal yang syubhat, mengurangi tertawa dan banyak bicara pada majlis-majlis ta’lim Al Qur’an atau yang lainnya yang mana hal itu tidak bermanfaat sama sekali, dan bersikap penyayang dan bijaksana. Hendaknya dia bersikap tawadhu terhadap orang-orang fakir dan menghindari sikap takabur dan sombong. Dia juga harus menjauhi kesenangan duniawi dan segala hal yang ada di dalamnya.

Fitrah Manusia

Jika dia takut akan terjadi fitrah pada dirinya Dia harus menghindari perdebatan dan perselisihan bersikap lembut dan santun, tidak mendatangkan keburukan bagi orang lain, selalu dinantikan kebaikannya dan tidak mendatangkan bahaya kepada orang lain.

Hendaknya dia tidak mendengarkan orang yang suka memfitnah, manemani orang yang selalu menolongnya dalam kebaikan dan membimbingnya pada sikap jujur dan berakhlak mulia, dan orang yang membantunya menghiasi dirinya dengan sifat-sifat baik, bukan dengan sifat buruk. Hendaknya dia berusaha mempelajari hukum-hukum Al Qur’an hingga dia memahami maksud ajaran dari Allah dan apa-apa yang wajib baginya dan dapat memanfaatkan dan mengamalkan apa yang telah dibacanya.

Seni Mengkritik Tanpa Melukai: Memahami Adab Memberi Nasihat yang Elegan

Penghafal Al-Quran dan Hukum-hukumnya

Sungguh buruk seorang penghafal Al Qur’ an dan membaca kewajiban dan hukum-hukum yang ada di dalamnya di luar kepala akan tetapi dia tidak dapat memahami apa yang dibacanya. Bagaimana mungkin dia dapat mengamalkan sesuatu yang dia sendiri tidak memahami maknanya. Sungguh buruk jika dia ditanya mengenai pemahamannya terhadap apa yang dibacanya, sedangkan dia tidak memahaminya Perumpamaan orang seperti ini adalah seperti seekor keledai yang membawa kitab. Al Qurthubi (Muh. Ibrahim-Mahmud Hamid)


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement