Pendidikan
Beranda » Berita » Membongkar Mitos: Pendidikan Tinggi Tak Selalu Berarti Akhlak Tinggi

Membongkar Mitos: Pendidikan Tinggi Tak Selalu Berarti Akhlak Tinggi

Gambar Ilustrasi Pendidikan dan Ahlak
Gambar Ilustrasi Pendidikan dan Ahlak

SURAU.CO-Pendidikan tinggi tak selalu berarti akhlak tinggi. Meski gelar akademik menjadi simbol prestasi, tidak semua lulusan berperilaku sesuai nilai moral. Pendidikan tinggi tak selalu berarti akhlak tinggi karena dalam praktiknya, tidak sedikit intelektual yang justru terjerat korupsi, manipulasi, atau kesombongan akademik. Fenomena ini menantang kita untuk mengevaluasi ulang hubungan antara intelektualitas dan akhlak.

Antara Intelektual dan Moralitas: Dua Jalur yang Tak Selalu Sejalan

Banyak yang mengira semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin baik pula akhlaknya. Sayangnya, realita sering berkata sebaliknya. Ada dosen, pejabat, bahkan guru besar yang terlibat skandal, pelecehan, atau persekusi ilmiah. Ini menunjukkan bahwa pendidikan intelektual dan pendidikan moral bisa tumbuh di jalur yang berbeda. Tanpa pendampingan ruhani dan nilai agama, ilmu justru bisa menjadi alat dominasi dan kesombongan.

Sistem Pendidikan Sekuler Minim Akhlak dan Ruhani

Sistem pendidikan saat ini lebih menekankan pencapaian akademik daripada pembinaan akhlak. Kurikulum nasional maupun global masih miskin konten yang mengintegrasikan iman dan akhlak dalam pendidikan. Akibatnya, banyak peserta didik mengejar nilai dan gelar tanpa sempat memahami makna hidup, tanggung jawab sosial, atau akhlak Islami. Dalam Islam, ilmu harus disertai adab; tanpa itu, ilmu hanya akan melahirkan kesombongan dan kehancuran.

Teladan Ulama dan Cendekiawan Muslim Klasik

Para ulama klasik seperti Imam Al-Ghazali, Ibnu Sina, dan Imam Syafi’i menunjukkan bahwa tingginya ilmu harus berjalan seiring dengan keluhuran akhlak. Mereka tidak hanya menjadi pakar di bidang masing-masing, tetapi juga panutan dalam perilaku, tutur kata, dan komitmen sosial. Mereka menimba ilmu dengan adab dan menyalurkan ilmunya dengan hikmah. Pendidikan mereka bukan sekadar pencapaian akademik, tetapi pembinaan jiwa secara menyeluruh.

Solusi: Pendidikan Berbasis Tauhid dan Adab

Solusi atas krisis ini adalah mengembalikan ruh pendidikan kepada nilai tauhid dan pembentukan adab. Pendidikan harus mengintegrasikan ilmu pengetahuan dengan nilai-nilai keislaman sejak dini. Guru dan dosen perlu menjadi teladan, bukan hanya pengajar. Lembaga Pendidikan pun wajib menanamkan nilai kejujuran, kesederhanaan, tanggung jawab, dan rasa takut kepada Allah sebagai bagian dari visi  Tanpa itu, gelar hanya akan menjadi hiasan tanpa makna.

Canda Rasulullah Saw: Keteladanan dalam Keakraban

Menggantungkan harapan pada pendidikan tinggi tanpa mengiringinya dengan  akhlak adalah ilusi. Gelar bukanlah jaminan integritas. Justru, semakin tinggi ilmu, semakin besar tanggung jawab moral dan sosial yang menyertainya. Oleh karena itu, bangsa ini membutuhkan bukan hanya orang pintar, tetapi orang beradab.

Mari kita dorong sistem yang tidak hanya melahirkan sarjana, tetapi juga insan berakhlak. Sebab, perubahan besar lahir dari individu yang menyatukan ilmu dan iman. Itulah generasi yang diharapkan membawa perubahan sejati.

Pendidikan tinggi memang penting, tetapi tidak cukup jika tidak dibarengi pembinaan akhlak. Gelar bukan tolok ukur moral seseorang. Kita butuh sistem  yang menanamkan nilai ketuhanan dan kemanusiaan, bukan sekadar mengejar angka dan ijazah. Ilmu tanpa akhlak bisa membawa pada kehancuran.

Perubahan nyata dimulai dari individu. Ketika pelajar, mahasiswa, dan tenaga didik menempatkan adab di atas ilmu, maka peradaban akan tumbuh secara berimbang. Masyarakat pun akan lebih menghargai karakter dibanding sekadar prestasi akademik. Akhlak yang mulia menjadi fondasi kokoh bagi kemajuan bangsa dan umat.

Mari kita dorong transformasi yang menyatukan intelektualitas dan spiritualitas. Jadikan lembaga didik sebagai ladang pembentukan pribadi berintegritas, bukan hanya penghasil lulusan berlabel. Dengan cara itu, kita bisa membangun generasi yang bukan hanya cerdas pikirannya, tetapi juga bersih hatinya dan kuat moralnya. (Hen)

Pandangan Islam bahwa Iri Dengki: Penyakit Hati yang Menggerogoti Kesehatan


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement