SURAU.CO-Terapi jiwa lewat tilawah menjadi pilihan banyak Muslim untuk mengatasi tekanan hidup. Terapi jiwa lewat tilawah bukan sekadar rutinitas ibadah, melainkan sebuah jalan spiritual yang mampu menenangkan hati dan pikiran. Di tengah dunia yang makin bising dan penuh kecemasan, suara kalam Ilahi memberi ruang hening dan kedamaian. Banyak penelitian ilmiah dan pengalaman pribadi menunjukkan bahwa membaca atau mendengarkan Al-Qur’an dapat mengurangi stres, bahkan memperbaiki keseimbangan emosional seseorang.
Fenomena ini tidak hanya berlaku pada orang tua atau santri di pesantren, tetapi juga menjangkau anak muda urban yang menghadapi tekanan studi, kerja, hingga sosial media. Apa yang membuat Al-Qur’an memiliki efek sedemikian dahsyat dalam menenangkan jiwa?
Tilawah dan Kesehatan Mental: Sisi Ilmiah dan Spiritual
Tilawah dan terapi jiwa kini menjadi bahasan menarik dalam studi kesehatan mental. Sebuah penelitian dari King Saud University menyebutkan bahwa lantunan Al-Qur’an berdampak signifikan pada gelombang otak yang berkaitan dengan relaksasi dan ketenangan. Dalam dunia medis, ini disebut sebagai proses aktivasi gelombang alfa yang menandakan kondisi tenang tapi waspada.
Secara spiritual, setiap huruf Al-Qur’an bukan hanya bacaan, tetapi juga zikrullah, pengingat kepada Allah. Ketika hati dekat dengan-Nya, maka stres yang melanda menjadi terasa ringan. Bahkan, dalam surah Ar-Ra’d ayat 28 Allah menegaskan, “Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenang.”
Pengalaman Pribadi: Tilawah sebagai Pelarian Saat Gelisah
Terapi Al-Qur’an menjadi penolong diam-diam bagi banyak jiwa yang terluka. Salah satunya dialami oleh Laily, seorang pekerja media di Jakarta. Saat tekanan kerja dan konflik rumah tangga datang bersamaan, ia merasa dunianya gelap. Psikolog menyarankan meditasi. Namun, ia justru menemukan ketenangan saat mulai rutin tilawah setelah Subuh dan sebelum tidur.
Menurut Laily, bacaan surah Ar-Rahman dan Al-Insyirah seperti berbicara langsung pada jiwanya. Ia menangis, tapi merasa lega. “Rasanya seperti Allah yang menyapa dan menyembuhkan luka hati saya,” ujarnya.
Keajaiban Kalam Ilahi: Obat Tanpa Efek Samping
Kalam Ilahi dan kesehatan emosional memiliki hubungan yang tak kasat mata namun kuat. Berbeda dengan obat medis, tilawah tidak menimbulkan efek samping, bahkan menjadi ibadah yang berpahala. Bahkan bagi Muslim yang tak mengerti bahasa Arab sekalipun, suara tilawah yang merdu tetap membawa efek menenangkan. Ini karena irama dan frekuensi suara Qur’an memiliki struktur harmoni yang unik, berbeda dari musik biasa.
Para ahli neuropsikologi menyebutnya sebagai “audio spiritual therapy”. Suara tilawah memicu pelepasan hormon serotonin dan dopamin yang berperan dalam suasana hati dan rasa bahagia.
Menjadikan Tilawah sebagai Rutinitas Terapi
Menjadikan tilawah dan terapi sebagai gaya hidup bisa dimulai dari langkah kecil. Tidak harus langsung satu juz sehari. Cukup 5—10 menit tilawah setiap pagi atau malam, dengan pemahaman makna dan ketulusan hati. Bisa dengan mushaf, aplikasi digital, atau mendengarkan dari YouTube dan Spotify.
Langkah kecil ini bisa menjadi benteng diri dalam menghadapi berbagai tekanan. Semakin sering jiwa bersentuhan dengan kalam Ilahi, semakin kuat pula daya tahannya terhadap stres, amarah, dan keputusasaan.
Tilawah bukan sekadar ritual, melainkan jalan penyembuhan batin yang bisa diakses siapa saja. Dalam dunia yang penuh tekanan, membaca Al-Qur’an menjadi pelarian yang menyejukkan dan memperkuat jiwa. Terapi jiwa lewat tilawah memberi ruang bagi hati untuk bernapas, mengingat bahwa ada Zat yang Maha Mengerti semua luka dan lelah kita.
Dengan menjadikan tilawah sebagai bagian dari rutinitas harian, kita tidak hanya menjaga hubungan dengan Allah, tetapi juga menjaga stabilitas emosi. Kalam Ilahi bukan hanya bacaan, melainkan pelita yang menerangi jalan hidup yang kadang gelap dan menyesakkan. (Hen)
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
