Berita Pendidikan
Beranda » Berita » Pesantren Ramah Anak: Menanamkan Ilmu, Merawat Jiwa

Pesantren Ramah Anak: Menanamkan Ilmu, Merawat Jiwa

Pesantren Ramah Anak: Menanamkan Ilmu, merawat Jiwa
Pesantren Ramah Anak: Menanamkan Ilmu, merawat Jiwa

SURAU.CO – Bagi banyak orang tua, pesantren menjadi pilihan terbaik untuk mendidik anak dalam hal agama dan moral. Di sana, anak belajar mengaji, berdisiplin, dan hidup mandiri. Namun, kesadaran baru mulai tumbuh di tengah masyarakat: pesantren perlu menjadi tempat yang aman dan ramah bagi anak.

Mengapa hal ini penting? Karena anak-anak tidak hanya membutuhkan ilmu, tetapi mereka juga memerlukan kasih sayang, perlindungan, dan lingkungan sehat agar tumbuh dengan baik.

Apa Itu Pesantren Ramah Anak?

Pesantren ramah anak hadir dengan pendekatan yang tidak hanya menekankan pelajaran agama, tetapi juga memperhatikan hak-hak dan kebutuhan anak. Di pesantren seperti ini, para pengasuh menjaga anak dari kekerasan fisik, verbal, maupun emosional. Anak-anak memperoleh ruang untuk belajar dengan tenang, menyampaikan pendapat, bermain, dan berkreasi.

Pengurus pesantren menciptakan lingkungan yang bersih, aman, dan menyenangkan. Mereka memberikan makanan bergizi, mengatur waktu istirahat yang cukup, dan mengajak santri berdialog, bukan sekedar menyuruh mereka patuh.

Mendidik Tanpa Kekerasan

Sebagian orang masih menganggap hukuman fisik sebagai bagian dari pendidikan. Padahal, tindakan kekerasan justru bisa menimbulkan trauma, membuat anak minder, dan menimbulkan semangat belajar. Pendidik seharusnya mendidik anak dengan sabar, bukan menakut-nakuti mereka.

Generasi Sandwich dan Birrul Walidain: Mengurai Dilema dengan Solusi Langit

Kenyataannya, beberapa kasus kekerasan di pesantren akhirnya muncul ke permukaan. Santri mengalami pemukulan, makian, bahkan terkejut. Semua ini jelas bertentangan dengan ajaran Islam yang menanamkan kasih sayang, adab, dan hormat terhadap sesama.

Imam Al-Ghazali dalam kitab Iḥyā’ ‘Ulūm ad-Dīn menulis:

“Anak adalah amanah bagi orang tuanya, hatinya suci ibarat permata mulia. Jika orang tua membiasakan anak pada kebaikan, maka anak akan tumbuh dalam kebaikan. Namun jika mereka membiarkan atau membiasakannya dalam keburukan, maka anak akan rusak.”

Pesantren Mulai Berbenah

Sejumlah pesantren di Indonesia mulai berbenah. Para pengasuh menyadari bahwa zaman telah berubah, dan santri membutuhkan pendekatan yang lebih lembut dan mendalam. Mereka mengikuti pelatihan pengasuhan anak, membuka ruang dialog, mendengarkan keluhan santri, dan menyelesaikan masalah dengan musyawarah.

Sebagian pesantren bahkan menyediakan ruang konseling, kelas seni, dan taman bermain. Mereka melakukannya agar santri betah dan tumbuh menjadi pribadi yang utuh—cerdas, sehat, dan bahagia.

Birrul Walidain: Membangun Peradaban dari Meja Makan untuk Generasi Mulia

Peran Kyai dan Ustadz Sangat Penting

Para kyai, ustadz, dan pengurus pondok memegang peran penting dalam membentuk lingkungan pesantren yang ramah anak. Ketika mereka bersikap lembut dan terbuka, maka seluruh elemen pesantren cenderung mengikuti teladan tersebut.

Pengasuh yang ingin mendidik dengan baik, perlu mempelajari psikologi anak, memahami pola pengasuhan yang benar, dan menggunakan metode pengajaran yang tidak menyakiti. Karena menjadi guru berarti tidak hanya menyampaikan ilmu, tetapi juga menumbuhkan cinta dan rasa percaya diri pada diri anak.

Menjaga Tradisi Pesantren

Pesantren ramah anak tidak menghilangkan tradisi pesantren. Justru, para pengasuh terus melestarikan nilai-nilai luhur seperti gotong royong, hidup sederhana, dan adab terhadap guru. Namun mereka menyempurnakan pendekatannya. Mereka menolak kekerasan, menghapus sistem senioritas yang menyalahgunakan kekuasaan, dan memperlakukan semua santri sebagai satu keluarga.

Dengan pendekatan seperti ini, pesantren bisa menjadi tempat yang tidak hanya mengajar, tetapi juga merawat. Anak-anak akan tumbuh menjadi pribadi yang kuat, berakhlak, dan penuh kasih. Bukan karena rasa takut, tapi karena cinta.

Penutup

Pesantren ramah anak menjadi wajah baru pendidikan Islam yang lebih manusiawi. Di dalamnya, anak-anak bisa belajar agama dengan hati yang tenang dan jiwa yang bahagia. Jika para guru dan pengasuh mampu berperan sebagai orang tua kedua yang sabar dan penuh kasih sayang, maka pesantren akan melahirkan generasi terbaik bangsa.

Menerapkan Parenting Nabawi: Panduan Mendidik Karakter Anak Lewat Riyadus Shalihin

Pesantren Mari Kita Jaga sebagai tempat suci. Tempat yang tidak hanya mengajarkan ilmu, tetapi juga menjadi rumah yang penuh kasih untuk setiap anak.

serupa sabda Nabi Muhammad ﷺ:

لَيْسَ مِنَّا مَنْ لَمْ يَرْحَمْ صَغِيرَنَا، وَيُوَقِّرْ كَبِيرَنَا
“Bukanlah termasuk golongan kami orang yang tidak menyayangi anak kecil dan tidak menghormati yang tua.” (HR. Tirmidzi)

 


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement