Berita Nasional Sosok
Beranda » Berita » Menag, Pesantren dan Kurikulum Cinta untuk Karakter Anak Bangsa

Menag, Pesantren dan Kurikulum Cinta untuk Karakter Anak Bangsa

Menteri Agama Nasaruddin Umar sebut pesantren dan kurukulum cinta membentuk karakter anak dengan kuat
Menag mengimbau 72 juta santri berzakat melalui Green Zakat Framework atau zakat hijau yang mengintegrasikan zakat dan kelestarian lingkungan

SURAU.CO. Di tengah tantangan zaman, pembentukan karakter anak menjadi isu penting dalam menentukan masa depan bangsa. Menjawab persoalan ini, Menteri Agama (Menag) Nasaruddin Umar menawarkan dua solusi strategi. pertama adalah pendidikan berbasis pondok pesantren. Kedua, penerapan Kurikulum Cinta di madrasah. Menag memnebut gagasa ini mampu membentuk generasi yang utuh secara lahir dan batin.

Pernyataan ini disampaikan Menag Nasaruddin Umar usai berpartisipasi dalam Car Free Day (CFD) dalam peringatan Hari Anak Nasional 2025 di Jakarta. Menurutnya, pesantren menyediakan lingkungan yang aman dan terkendali untuk anak. “Secara statistik, di pondok pesantren anak jadi lebih teratur, terdisiplinkan pola hidupnya, lahir batinnya juga terpelihara, terkontrol,” ujar Nasaruddin pada Minggu (20/7).

Lingkungan pesantren, lanjut Menag, memiliki sistem pengawasan 24 jam yang mampu membentengi anak dari pengaruh negatif. Pola hidup yang disiplin dan teratur menjadi fondasi utama dalam membentuk pribadi yang kuat. Selian itu, pendidikan pesantren juga tidak hanya fokus pada aspek akademis. Pendidikan akhlak dan spiritualitas menjadi pilar yang sama pentingnya.

Kurikulum Cinta: Menanamkan Kasih Sayang Sejak Dini

Selain pesantren, Kementerian Agama (Kemenag) juga menggagas Kurikulum Cinta yang akan diterapkan di madrasah. Inisiatif ini lahir dari mengungkapkan terhadap fenomena intoleransi dan kebencian. Fenomena yang terkadang diajarkan secara tidak sadar atas nama agama.

Menag Nasaruddin menjelaskan agama sejatinya adalah mengajarkan cinta. “Kurikulum cinta itu memberikan pemahaman untuk tidak mengajarkan kebencian. Banyak yang merasa mengajarkan agama padahal tidak sadar mengajarkan kebencian,” jelasnya. Adapun tujuan dari kurikulum cinta ini adalah menanamkan nilai kasih sayang, toleransi, dan cinta tanah air.

Menggali Peran Pemuda dalam Riyadus Shalihin: Menjadi Agen Perubahan Sejati

Menag kemudian menjelaskan bahwa [endidikan harus mampu mengarahkan anak untuk mencintai sesama tanpa memandang perbedaan. Cinta kepada lingkungan hidup juga menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kurikulum ini. Dengan demikian, anak-anak dididik untuk menjadi pribadi yang rahmatan lil ‘alamin.

Empat Pilar Utama Kurikulum Cinta

Kurikulum Cinta sendiri hadir sebagai solusi atas sikap intoleran di kalangan pelajar. Di dalamnya  ada empat aspek utama yang menjadi landasan sinkronisasi ini. Pertama, membangun cinta kepada Tuhan (Hablum Minallah). Pada aspek ini ada pembiasaan pada anak-anak untuk memperkuat hubungan spiritual mereka dengan Sang Pencipta. Kedua, membangun cinta kepada sesama manusia (Hablum Minannas). Aspek ini pentingnya menghargai keberagaman dan menjalin hubungan baik dengan semua orang, apapun agamanya.

Selanjutnya yang ketiga adalah menumbuhkan kepedulian terhadap lingkungan (Hablum minal ‘Alam). Faktor ketiga ini menyoroti soal isu kerusakan lingkungan.  Terakhir atau keempat adalah memperkuat kecintaan terhadap bangsa (Hubbul Wathan). Nilai ini penting agar generasi muda tidak kehilangan jati diri  dan tetap bangga menjadi bagian dari Indonesia.

nantinya Kurikulum Cinta tidak akan menjadi mata pelajaran baru. Sebaliknya, nilai-nilai luhur ini akan terintegrasi ke dalam berbagai mata pelajaran yang sudah ada. Kementerian Agama telah menyiapkan buku panduan bagi para pendidik. Panduan ini akan menjadi acuan dalam menyisipkan nilai cinta, toleransi, dan spiritualitas dalam proses belajar mengajar.

Implementasi

Strategi implementasinya akan disesuaikan dengan jenjang pendidikan. Untuk tingkat Raudhatul Athfal (RA), metode yang digunakan adalah permainan dan pembiasaan. Sementara di tingkat yang lebih tinggi, pendekatan berbasis pengalaman dan refleksi akan lebih ditekankan.

Pendidikan Adab Sebelum Ilmu: Menggali Pesan Tersirat Imam Nawawi

Menag Nasaruddin juga menyoroti pentingnya sinergi antar kementerian. Menag mengundang Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah untuk bekerja sama. “Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah dengan Kementerian Agama sama-sama mengelola anak bangsa, maka itu kita perlu bergandeng tangan,” ucapnya Kolaborasi ini penting agar arah pendidikan nasional berjalan selaras dan efektif.

Peringatan Hari Anak Nasional 2025 sendiri mengusung tema “Anak Hebat, Indonesia Kuat Menuju Indonesia Emas 2045”. Tema ini sejalan dengan visi pemerintah untuk menciptakan generasi penerus yang unggul dan berkarakter. Dengan solusi seperti pesantren dan Kurikulum Cinta, harapan untuk melahirkan generasi yang toleran, inklusif, dan penuh kasih sayang semakin terbuka lebar. Pada akhirnya, semua upaya ini bertujuan untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang harmonis dalam keberagaman


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement