SURAU.CO-Cerdas tak menjamin sukses. Kalimat ini layak menjadi bahan renungan bagi orang tua, pendidik, dan para pencari ilmu. Di era serba cepat seperti sekarang, banyak orang menyangka bahwa kecerdasan adalah tiket utama menuju keberhasilan. Namun, cerdas tak menjamin sukses, terlebih jika tidak dibarengi adab yang luhur dan kekuatan doa yang ikhlas.
Dalam Islam, keberhasilan tidak semata-mata ditentukan oleh IQ atau nilai akademik. Justru, aspek spiritual dan moral menjadi pilar utama yang membentuk pribadi unggul, baik di dunia maupun akhirat.
Adab dan Doa: Fondasi Sukses Menurut Pandangan Islam
Adab dan doa memiliki peran penting dalam membentuk anak yang tangguh secara mental dan spiritual. Rasulullah ﷺ bersabda, “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.” (HR. Ahmad). Hadis ini menunjukkan bahwa adab lebih utama daripada kecerdasan.
Anak yang cerdas namun tak memiliki adab cenderung sulit menerima nasihat dan mudah terjebak dalam kesombongan. Sebaliknya, anak yang mungkin biasa saja secara akademik tetapi menghormati guru, rendah hati, dan gemar berdoa, sering kali berhasil meraih kehidupan yang jauh lebih berkah. Doa menjadi senjata batin yang menautkan usaha manusia dengan rahmat Allah.
Mengapa Banyak Anak Cerdas Tersesat Arah?
Fokus berlebihan pada kemampuan intelektual kerap melupakan unsur ruhani. Pendidikan modern sering kali mengabaikan keseimbangan antara akal dan jiwa. Akibatnya, anak tumbuh pintar tetapi mudah stres, kehilangan arah, bahkan tidak mengenal nilai hidup yang hakiki.
Dalam Islam, sukses bukan hanya perkara materi. Allah menilai amal dan ketakwaan. Anak yang kehilangan arah hidup biasanya minim asupan nilai spiritual. Di sinilah pentingnya peran adab dan doa dalam membentuk keseimbangan jiwa.
Bahaya Cerdas Tanpa Akhlak dan Nilai Iman
Anak dengan IQ tinggi tapi tanpa akhlak ibarat kapal tanpa kompas. Mereka cepat menyerap ilmu dan menguasai teknologi, tapi rentan terhadap penyimpangan moral. Contohnya dapat terlihat dari kasus para pejabat dan intelektual yang terlibat korupsi atau manipulasi, meskipun mereka sangat cerdas.
Islam memberi peringatan akan bahaya ilmu tanpa iman. Ulama salaf selalu menekankan: “Adab sebelum ilmu.” Ungkapan ini menunjukkan bahwa akhlak dan adab menjadi prasyarat untuk mendapatkan manfaat dari ilmu.
Doa: Kunci yang Sering Diabaikan dalam Pendidikan Anak
Doa bukan sekadar pelengkap, tetapi bagian penting dari proses ikhtiar. Anak yang dibiasakan berdoa sejak kecil tumbuh menjadi pribadi yang bergantung pada Allah, bukan semata pada kemampuannya. Doa menumbuhkan ketundukan dan mengajarkan bahwa hasil tak selalu sejalan dengan usaha, karena semua terjadi atas izin-Nya.
Contoh dari para ulama seperti Imam Syafi’i menunjukkan bahwa kecerdasan dan doa bisa berjalan beriringan. Beliau dikenal sebagai sosok brilian namun juga sangat tawadhu dan tekun dalam ibadah. Doa menjaga anak tetap merendah saat berhasil, dan tegar saat gagal.
Sukses Sejati Butuh Iman, Ilmu, dan Akhlak
Kesuksesan dalam Islam mencakup dunia dan akhirat. Untuk meraihnya, perlu keseimbangan antara ilmu, adab, dan iman. Orang tua sebaiknya tidak hanya bangga karena nilai akademik anak, tapi juga memperhatikan seberapa hormat ia kepada orang tua, guru, dan seberapa sering ia bermunajat kepada Allah.
Membimbing anak agar terbiasa membaca doa sebelum belajar, menjaga lisannya, berkata lembut, serta menghormati orang lain adalah pendidikan jangka panjang. Buahnya mungkin tidak instan, tapi hasilnya akan kekal.
Dengan memahami bahwa cerdas tak menjamin sukses, orang tua dan pendidik perlu menyeimbangkan antara pengembangan intelektual dan pembinaan akhlak serta spiritualitas anak. Kesuksesan sejati tidak hanya lahir dari kecerdasan, tetapi dari adab yang luhur dan doa yang tulus. Maka, tanamkan nilai-nilai Islam sejak dini agar anak tumbuh menjadi pribadi yang bukan hanya pintar, tetapi juga bertakwa dan berakhlak mulia.(Hen)
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
