SURAU.CO-Hegemoni asing di balik layar menjajah negeri-negeri Muslim tanpa peluru. Mereka menguasai umat melalui budaya, ekonomi, pendidikan, dan media global. Hegemoni asing di balik layar bekerja dengan cara licik dan sistematis. Tanpa perlu senjata, mereka berhasil merusak identitas Islam dan mengarahkan cara berpikir umat ke jalur yang mereka tentukan.
Umat Islam merasa merdeka. Namun secara ekonomi, sosial, dan budaya, mereka terus bergantung pada sistem global buatan penjajah lama yang kini tampil dalam wajah baru. Penjajahan kali ini tak terlihat secara fisik, tetapi dampaknya sangat nyata.
Budaya Populer Menjadi Alat Penjajahan Pikiran
Budaya populer menyerbu umat Islam lewat musik, film, dan media sosial. Gaya hidup bebas dan nilai-nilai liberal dipromosikan terus-menerus hingga generasi muda Islam menelannya bulat-bulat. Mereka meniru tren global, tetapi justru mengabaikan nilai-nilai ajaran Islam.
Remaja Muslim lebih mengenal selebriti asing daripada ulama. Mereka bangga berdandan ala budaya Barat, tetapi malu menunjukkan identitas sebagai Muslim. Dalam kondisi seperti ini, budaya tak lagi menjadi alat dakwah, melainkan alat penjajahan mental yang sangat efektif.
Konsep aurat, pergaulan, dan bahkan pernikahan telah bergeser. Generasi muda kini menilai agama sebagai urusan pribadi, bukan sistem hidup. Inilah kemenangan terbesar hegemoni budaya: mengubah pemikiran tanpa paksaan.
Sistem Ekonomi Global Menghilangkan Kemandirian
Di bidang ekonomi, umat Islam terus digiring menjadi pasar yang patuh. Negara-negara Muslim menjual sumber daya alam ke luar negeri, lalu membeli kembali dalam bentuk produk jadi dengan harga tinggi. Sistem kapitalis dan utang luar negeri menjebak mereka dalam siklus ketergantungan.
Perbankan konvensional menyebarkan riba ke seluruh penjuru dunia Islam. Industri global mengatur harga dan produksi. Sementara itu, umat hanya bekerja keras untuk memenuhi gaya hidup konsumtif yang ditentukan media. Mereka tidak membangun ekonomi mandiri, melainkan memperkuat dominasi asing secara tidak sadar.
Media Global Mengendalikan Narasi Dunia
Media internasional mengarahkan opini publik dunia, termasuk opini umat Islam. Mereka mencitrakan umat sebagai ancaman global. Setiap pembelaan hak oleh umat Islam dicap radikal, sedangkan kekerasan dari pihak penjajah diklaim sebagai aksi damai.
Umat mulai kehilangan kepercayaan terhadap narasi Islam. Mereka menilai isu Palestina, Suriah, atau Rohingya sebagai konflik biasa karena media global menyamarkannya. Melalui framing berita, kekuatan asing mengatur siapa yang disebut korban dan siapa yang dianggap penjahat.
Kontrol narasi menjadi alat paling berbahaya karena ia mengubah persepsi tanpa kekerasan. Inilah senjata modern: menjajah opini dan menjauhkan umat dari solidaritas Islam.
Sistem Pendidikan Sekuler Menyingkirkan Islam dari Kehidupan
Pendidikan formal di dunia Islam mengabaikan integrasi antara ilmu dan iman. Kurikulum menekankan capaian materi, sementara nilai-nilai ruhani tersingkir dari ruang kelas. Anak-anak Muslim tumbuh dalam sistem yang menjauhkan mereka dari visi hidup sebagai khalifah.
Generasi muda akhirnya mengejar kesuksesan ala Barat. Mereka cerdas secara teknis, tetapi lemah secara akidah. Tanpa pendidikan berbasis wahyu, umat Islam akan terus kehilangan jati diri. Mereka menjadi bagian dari sistem global, bukan pengubah peradaban.
Kembali pada Islam Kaffah dan Literasi Kritis
Untuk memutus cengkeraman hegemoni asing, umat harus kembali pada Islam secara kaffah. Islam bukan hanya ibadah pribadi, melainkan sistem sempurna yang mengatur kehidupan. Umat wajib membangun kesadaran kolektif dan menata kembali arah perjuangan.
Mereka harus menguatkan literasi media agar tak mudah tertipu propaganda. Mereka juga perlu membangun ekonomi berbasis syariah dan memperkuat pendidikan berbasis akhlak. Tanpa perubahan dari dalam, penjajahan akan terus berlangsung dalam bentuk baru.
Hegemoni asing di balik layar telah menguasai umat Islam tanpa peluru. Mereka menyusup lewat budaya, ekonomi, pendidikan, dan media. Penjajahan modern ini jauh lebih halus, tapi efeknya lebih menghancurkan. Umat Islam harus bangkit, menyadari bahwa kemerdekaan sejati hanya dapat diraih dengan kembali kepada Islam secara total. Saatnya membangun kekuatan dari akar: akidah, ilmu, dan kesadaran kolektif untuk menghadapi tantangan global. (Hendri Hasyim)
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
