Khazanah
Beranda » Berita » Mengkhianati Fungsi Jiwa di Periode Terakhir: Fitnah Akhir Zaman

Mengkhianati Fungsi Jiwa di Periode Terakhir: Fitnah Akhir Zaman

Mengkhianati Fungsi Jiwa di Periode Terakhir: Fitnah Akhir Zaman

FITNAH AKHIR ZAMAN: Mengkhianati Fungsi Jiwa di Periode Terakhir.

Pendahuluan: “Krisis akhir zaman” bukan sekadar derasnya teknologi, derasnya informasi, atau derasnya hiburan – tetapi derasnya pemutusan jiwa dari sumber wahyu. Fitnah terbesar adalah ketika seorang muslim rajin melafalkan Al-Qur’an, namun tidak menjadikannya mîzân (timbangan) berpikir dan manhaj (metodologi) menilai realitas. Inilah gejala pengkhianatan fungsi jiwa: qalb, ‘aql, dan nafs tidak lagi diarahkan oleh petunjuk yang Allah turunkan.

Mengokohkan Pengakuan: Al-Qur’an Sumber Kebenaran dan Ilmu

Kita mengakui bahwa Al-Qur’an adalah kebenaran yang pasti dan sumber ilmu yang hidup serta dinamis. (QS.2:2; QS.3:60; QS.10:108; QS.21:50; QS.32:2). Kita mengakui ia kalam terbaik, pelajaran yang sahih dan penjelasan paling autentik (QS.39:23; QS.10:57). Catatan: QS.3:139 yang Anda tulis sebelumnya lebih berbicara tentang jangan lemah atau bersedih; untuk “perkataan paling baik” fokus utamanya ada pada QS.39:23. Kita mengakui Al-Qur’an adalah petunjuk yang ayat-ayatnya dijelaskan secara teratur (QS.11:1–2 → terutama 11:1 tentang “ayat-ayatnya disempurnakan lalu dirinci”; QS.17:9; QS.18:2–3; QS.41:2–3; QS.2:185). Kita mengakui ia wahyu terjaga dan dimudahkan untuk dipelajari (QS.15:9; QS.54:17, 22, 32, 40).

Masalahnya: Pengakuan itu sering berhenti di lisan, tidak diikuti proses epistemik (cara memperoleh pengetahuan) yang benar.

Fenomena Pengaburan Peran Al-Qur’an

Al-Qur’an direduksi menjadi ritual suara: tartil merdu, hafalan panjang, kompetisi tajwid—tetapi tidak menjadi peta makna (map of meaning). Kita melepas tanggung jawab tadabbur sehingga potensi rasional dan ruhani tidak terasah (QS.5:105 – “Jagalah diri kalian…” mengisyaratkan tanggung jawab personal atas proses ini).
Akibatnya:

Burnout dan Kelelahan Jiwa: Saatnya Pulang dan Beristirahat di Bab Ibadah

Struktur pikir rapuh: tidak memiliki kerangka Qur’ani untuk menilai opini, tren, isu kontemporer.
Keyakinan mudah goyah: karena dalil utama tidak diinternalisasi secara konseptual.
Syiar tanpa substansi: rajin baca, tetapi worldview masih dipengaruhi paradigma sekuler atau hedonistik.

Ketidakseimbangan: Mengandalkan Hadits & Pendapat Ulama Tanpa Kembali ke Teks Pokok

Hadits dan penjelasan ulama adalah penjelas (bayân) dan penerap (taṭbîq) dari Al-Qur’an—bukan pengganti Al-Qur’an. Ketika seseorang langsung mencari fatwa tanpa terlebih dahulu menempatkan ayat terkait dalam kerangka pikirnya, ia secara halus meminggirkan peran Al-Qur’an sebagai fondasi narasi iman. Keluhan Rasulullah: “Ya Tuhanku, kaumku menjadikan Al-Qur’an ini sesuatu yang ditinggalkan.” (QS.25:30)—bukan selalu ditinggalkan fisik, tetapi ditinggalkan sebagai living guidance. Penegasan penting: Mengembalikan peran Al-Qur’an bukan berarti meremehkan hadits sahih dan turats ulama. Justru kita menjaga keduanya dalam hirarki sehat: Al-Qur’an sebagai asas, Sunnah sebagai penjelas, ijtihad ulama sebagai penerapan kontekstual.

Bentuk Pengkhianatan Fungsi Jiwa

> “Pengkhianatan terbesar atas fungsi jiwa adalah rajin membaca Al-Qur’an tetapi tidak menempatkannya sebagai petunjuk”. Al-Qur’an diturunkan sebagai dzikr dan nûr (QS.21:50), bukan sekadar bahan suara. Mengosongkan tadabbur menjadikan hati tumpul menerima hujjah, lalu jiwa lapar dan mencari acuan di luar wahyu: opini populer, algoritma media, selera massa (QS.50:5; QS.77:50). Padahal Allah memerintahkan: “Berilah peringatan dengan Al-Qur’an…” (QS.50:45) — artinya framework peringatan, argumen moral, dan pencerahan akal harus ditarik langsung dari ayat, bukan hanya slogan Islami.

Meniru Pola Pikir Asing

Kita muslim, tetapi proses berpikir (menimbang benar-salah, bermanfaat-mudarat, tujuan hidup) sering mengikuti standar ideologi lain (QS.2:120). Allah memerintah berjihad dengan Al-Qur’an jihad yang besar (QS.25:52): jihad maknawi—menyusun kembali worldview, mental map, dan preferensi moral oleh ayat-ayat.

Tanda Fitnah Akhir Zaman di Ranah Epistemik

1. Fragmentasi ilmu: Memisah tema dunia dan akhirat; padahal Al-Qur’an menyatukan.
2. Hedonisme dalil: Hanya mengutip ayat/hadits yang “enak” bagi agenda pribadi.
3. Otoritas instan: Viral = benar; bukan bayyinah = benar.
4. Anti-tadabbur vs. anti-hadits: Dua kutub ekstrem—(a) cukup baca tanpa makna; (b) cukup Qur’an tanpa Sunnah. Keduanya melukai integritas metodologi.

Seni Mengkritik Tanpa Melukai: Memahami Adab Memberi Nasihat yang Elegan

Mengaktifkan Kembali Fungsi Jiwa: Kerangka 5T

Langkah Deskripsi Implementasi Praktis Indikator Berhasil: Taqdîm (Prioritasi) Mendahulukan ayat terkait sebelum membuka tafsir & syarah Setiap isu: tulis 3–5 ayat relevan Muncul peta konsep Qur’ani awal Tadabbur (Perenungan Terstruktur) Menggali relasi kata, tema, tujuan ayat Gunakan daftar kata kunci & pertanyaan: Apa pesan akidah? Nilai moral? Catatan refleksi konsisten Tatsbît (Peneguhan) Mengulang makna hingga jadi pola pikir Muraja’ah makna (bukan hanya lafazh) dalam halaqah Perubahan spontan dalam standar penilaian Tathbîq (Aplikasi) Menerjemah makna ke keputusan hidup Set target amal/keputusan sesuai ayat Keputusan besar dirujukkan ke ayat Tazkiyah (Pembersihan) Membersihkan motif agar ilmu menumbuhkan iman Muhasabah niat sebelum belajar Reduksi riya’, meningkatnya keikhlasan.

Metodologi Ringkas Membaca Ayat untuk Membangun Worldview

1. Konteks Makro Surah: Tema pokok, misi perbaikan apa yang diusung.
2. Struktur Internal: Alur argumentasi (misal: tauhid → bantahan syirik → janji/ancaman → contoh sejarah).
3. Kata Kunci (Mufradat): Telusuri akar kata (contoh: hudâ, furqân, ‘ilm, bashîrah).
4. Interkoneksi Ayat: Bandingkan ayat serupa di surah lain (tafsîr al-Qur’ân bi al-Qur’ân).
5. Nilai Operasional: Apa perubahan mindset atau perilaku yang harus terjadi dalam 24 jam ke depan?

Adab Keseimbangan dengan Hadits & Turats

Validasi: Pastikan pemahaman ayat tidak bertentangan dengan hadits shahih.

Kontekstualisasi: Gunakan penjelasan ulama untuk menahan loncatan penafsiran subjektif.

Hirarki: Al-Qur’an → Sunnah → Ijma’ → Qiyas/ijtihad. Menjungkirkan hirarki memicu penyimpangan; menafikan salah satunya memicu reduksionisme.

Mengubah Insecure Menjadi Bersyukur: Panduan Terapi Jiwa Ala Imam Nawawi

Doa & Muhasabah Epistemik

Mohonlah agar hati dibuka untuk ilmu yang menumbuhkan khosyah, bukan sekadar impresi intelektual. Ilmu tanpa orientasi tazkiyah akan melahirkan kesombongan baru, bukan kejernihan jiwa.

> “Maka beri peringatanlah dengan Al-Qur’an…” (QS.50:45)
“…Berjihadlah terhadap mereka dengan Al-Qur’an jihad yang besar.” (QS.25:52)

Penutup: Fitnah akhir zaman menekan dari dua sisi: kelimpahan informasi dan kelangkaan internalisasi wahyu. Menyelamatkan fungsi jiwa berarti mengembalikan Al-Qur’an ke pusat orbit berpikir, menautkannya erat dengan Sunnah, dan menyalurkan keduanya menjadi amal yang tertimbang. Jangan biarkan Al-Qur’an hanya menjadi gema suara—jadikan ia arsitek nalar dan peneguh iman.

> Seruan: Mulai pekan ini, pilih satu tema hidup (misal amanah, zuhud terhadap syubhat, atau keluarga). Kumpulkan ayatnya, tadabburi, simpulkan prinsip, aplikasikan satu keputusan nyata. Ulangi siklus tersebut. Di situlah fungsi jiwa direstorasi.

Catatan Perbaikan Rujukan

QS.11:1 lebih spesifik tentang “ayat-ayatnya disempurnakan lalu dirinci”; Anda menulis QS.11:2—boleh dipertahankan bila ingin menegaskan tauhid, tapi untuk “perincian” gunakan 11:1.

QS.3:139 tidak secara langsung tentang sifat “perkataan terbaik”; untuk itu gunakan fokus QS.39:23.

Pastikan konsistensi penulisan: gunakan tanda titik dua (:) bukan titik koma (;) setelah nomor surah (misal: QS.3:60, bukan QS.3;60).

Jika Ingin Pengembangan Lanjutan

Saya bisa:
1. Memperluas menjadi 1200–1500 kata dengan studi kasus kontemporer (media sosial, ekonomi syariah, pendidikan).
2. Menyusun versi ringkas (poster / carousel).
3. Membuat daftar pertanyaan tadabbur untuk halaqah.

(Tengku Iskandar )


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement