Berita
Beranda » Berita » Pemilih Berintegritas, Kunci Masa Depan Demokrasi di Indonesia

Pemilih Berintegritas, Kunci Masa Depan Demokrasi di Indonesia

Marwanto, Ketua Bawaslu Kulon Progo saat menjadi narasumber Pendidikan pemilih dalam acara MPLS di SMK Muhammadiyah 1 Lendah

SURAU.CO – Generasi Z, atau yang akrab disapa Gen-Z, kini memegang peran krusial. Mereka yang saat ini mengisi bangku-bangku sekolah adalah generasi emas. Merekalah calon penjaga utama demokrasi Indonesia di masa depan. Nasib perjalanan demokrasi bangsa dalam 10 hingga 20 tahun mendatang sangat bergantung pada mereka. Oleh karena itu, penanaman nilai-nilai demokrasi yang benar sejak dini menjadi sebuah keharusan. Upaya ini bertujuan agar fondasi demokrasi Indonesia tetap berdiri kokoh dalam menopang kehidupan berbangsa dan bernegara.

Pesan penting ini datang dari Marwanto, Ketua Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Kabupaten Kulon Progo Yogyakarta. Ia menyampaikannya saat menjadi narasumber dalam sebuah acara penting. Acara tersebut adalah masa pengenalan lingkungan sekolah (MPLS) di SMK Muhammadiyah 1 Lendah, Kulon Progo. Kegiatan yang penuh semangat ini berlangsung pada Jumat (18/7/2025). Sekitar 150 siswa baru kelas X menjadi peserta utama. Beberapa pengurus OSIS dan tenaga pendidik juga turut hadir. Mereka semua menyimak paparan di aula kampus dengan saksama.

Signifikansi Gen-Z dalam Peta Politik

Mengapa Gen-Z dan Milenial menjadi sorotan utama? Jawabannya terletak pada kekuatan jumlah mereka. Marwanto menyoroti data kuantitas pemilih dari kelompok usia muda ini. Gabungan pemilih Gen-Z dan Milenial memiliki porsi yang sangat besar dalam kontestasi politik. Pada Pemilu 2024 di Kabupaten Kulon Progo saja, jumlah mereka mencapai sekitar 40% dari total pemilih.

Angka ini bukanlah angka yang statis. Dari satu pemilu ke pemilu berikutnya, jumlah pemilih dari kedua generasi ini dipastikan akan terus bertambah. Realitas ini menempatkan mereka sebagai penentu arah demokrasi. Praktik demokrasi di Indonesia, yang diwujudkan melalui hajatan pemilu, kini menggantungkan nasibnya pada kualitas dan kesadaran politik mereka.

Peduli Sumatera: Saat Saudara Kita Menjerit, Hati Kita Harus Bangkit

Bukan Sekadar Cerdas, Tapi Berintegritas

Pada kesempatan tersebut, Marwanto menitipkan sebuah pesan mendalam. Gen-Z dan Milenial dapat menjadi penopang kokohnya demokrasi, namun ada satu syarat utama. Mereka harus mampu bertransformasi menjadi pemilih yang berintegritas.

“Jadilah pemilih yang berintegritas. Tidak hanya cerdas. Sebab, kalau cerdas saja, konotasinya hanya pragmatis. Bahkan bisa negatif. Misal, datang ke TPS jika mendapat amplop. Itu cerdas, tapi tidak berintegritas. Pemilih berintegritas maksudnya antara keyakinan, ucapan dan tindakan (saat nyoblos) di bilik suara, itu satu kesatuan. Jika meyakini politik uang itu haram, maka ia akan menolaknya,” jelas ketua Bawaslu yang sebelumnya menjadi anggota KPU Kulon Progo dua periode tersebut.

Penjelasan Marwanto memberikan pembeda yang tegas. Menjadi pemilih cerdas bisa diartikan sebagai kemampuan mengambil keuntungan pragmatis. Contoh paling umum adalah menerima politik uang atau “serangan fajar”. Tindakan ini mungkin terlihat “cerdas” secara transaksional, namun merusak esensi demokrasi. Sebaliknya, integritas menuntut konsistensi. Seorang pemilih berintegritas akan menolak segala bentuk politik uang karena keyakinannya menolak praktik kotor tersebut.

Membangun Negara Kuat dari Bilik Suara

Lebih jauh, pemilih berintegritas merupakan pilar fundamental. Kehadiran mereka sangat penting untuk mewujudkan pemilu yang langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil (luber jurdil). Marwanto mengaitkan integritas pemilih dengan kekuatan sebuah negara.

“Jika pemilu bersih. Tidak ada politik uang. Tidak banyak pelanggaran. Demokrasi akan sehat. Jika demokrasi sehat, negara akan kuat. Negara kuat tidak diukur dari berapa jumlah tantara dan persenjataan atau peralatan perang yang dimiliki suatu negara. Negara akan kuat jika demokrasinya sehat, karena dibentuk oleh pemilu yang bersih, sehingga pejabat yang terpilih tidak akan korupsi,” jelas Marwanto sambil menyemangati para siswa.

Asosiasi Ma’had Aly Dorong PenguatanDirektorat Jenderal Pesantren

Alur pemikiran ini sangat logis. Pemilu yang bersih akan menghasilkan para pemimpin yang berkualitas dan amanah. Pemerintahan yang lahir dari proses yang jujur akan lebih fokus melayani rakyat, bukan mengembalikan modal politik. Dengan demikian, kekuatan sejati sebuah negara tidak hanya terletak pada alutsista, tetapi pada kesehatan sistem demokrasinya.

Peran Keteladanan untuk Generasi Emas

Lantas, bagaimana cara efektif membentuk Gen-Z menjadi pemilih berintegritas? Marwanto mengingatkan bahwa tanggung jawab ini bersifat kolektif. Generasi yang lebih tua memiliki peran sentral yang tidak bisa diabaikan.
“Keteladanan adalah salah satu kunci utama untuk membangun negeri ini. Jika para alit berperilaku terpuji, niscaya generasi penerus akan gemilang dalam menyongsong Indonesia Emas 2045,” pungkasnya.


Memberikan contoh yang baik merupakan strategi pendidikan yang paling ampuh. Ketika generasi muda melihat para pemimpin, orang tua, dan tokoh masyarakat menunjukkan sikap anti-korupsi dan menjunjung tinggi kejujuran, nilai-nilai tersebut akan meresap secara alami. Keteladanan inilah yang akan memoles Gen-Z menjadi generasi emas sejati, siap mengawal demokrasi dan membawa Indonesia mencapai visi gemilang pada tahun 2045.


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement