Kisah
Beranda » Berita » Kisah Taubat Seorang Penyanyi di Tangan Ibnu Mas’ud

Kisah Taubat Seorang Penyanyi di Tangan Ibnu Mas’ud

Seorang Penyanyi yang Bertaubat

SURAU.CO – Hidayah adalah rahasia Allah. Ia bisa datang kapan saja, di mana saja, dan melalui siapa saja. Kisah ini adalah bukti nyata bagaimana sebuah nasihat yang tulus dari seorang sahabat Nabi mampu mengubah jalan hidup seseorang secara total. Cerita ini berpusat pada seorang pemuda bernama Zadan. Ia memiliki talenta luar biasa berupa suara yang sangat merdu. Namun, ia menggunakan bakatnya itu untuk melantunkan nyanyian yang melalaikan. Hingga akhirnya, takdir mempertemukannya dengan sahabat mulia, Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu.

Kisah ini dinukil oleh Imam Adz-Dzahabi dalam kitabnya yang monumental, Siyar A’lam an-Nubala. Peristiwa ini menunjukkan betapa lembut dan bijaksananya metode dakwah para sahabat. Mereka tidak hanya melarang, tetapi juga memberikan solusi dan mengarahkan potensi ke jalan yang benar.

Pertemuan yang Mengubah Segalanya

Pada suatu hari, Abdullah bin Mas’ud sedang berjalan melewati sebuah tempat di kota Kufah. Dari kejauhan, ia mendengar alunan suara yang begitu indah dan merdu. Suara itu berasal dari seorang pemuda bernama Zadan. Saat itu, Zadan sedang asyik bernyanyi sambil memetik alat musiknya. Ia menjadi pusat perhatian teman-temannya yang mengerumuninya. Mereka semua terhanyut oleh alunan musik dan lirik yang ia lantunkan.

Melihat pemandangan itu, Ibnu Mas’ud tidak lantas pergi atau menghardik. Ia justru berhenti sejenak dan mendekati kerumunan tersebut. Setelah mendengar dengan saksama, ia kemudian mengucapkan sebuah kalimat singkat yang penuh makna. Kalimat itu ditujukan langsung kepada Zadan, si pemilik suara emas.

Abdullah bin Mas’ud berkata:

Kisah Nama Abu Hurairah: Dari Pecinta Kucing Menjadi Penjaga Hadis

“Alangkah indahnya suara ini, seandainya ia digunakan untuk membaca Kitabullah”.

Setelah mengucapkan kalimat itu, Ibnu Mas’ud pun berlalu melanjutkan perjalanannya. Ia menutupi kepalanya dan meninggalkan Zadan yang masih terdiam.

Getaran Hidayah dalam Jiwa

Nasihat singkat itu ternyata memiliki kekuatan yang luar biasa. Kalimat itu menggetarkan jiwa Zadan hingga ke dasarnya. Ia merasakan sesuatu yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Kata-kata Ibnu Mas’ud terus terngiang di telinganya. Seketika, ia merasa dunianya yang penuh dengan musik dan nyanyian menjadi hampa.

Zadan bertanya kepada teman-temannya, “Siapakah orang yang tadi berkata demikian?”

Teman-temannya menjawab, “Dia adalah Abdullah bin Mas’ud, salah seorang sahabat Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam.”

Pasca Wafatnya Rasulullah: Sikap Abu Bakar Menghadapi Kemurtadan

Mendengar jawaban itu, hati Zadan semakin bergetar. Sebuah kesadaran mendalam muncul di dalam dirinya. Tanpa berpikir panjang, ia bangkit dengan penuh penyesalan. Di hadapan teman-temannya, ia memukulkan alat musiknya ke tanah hingga hancur berkeping-keping. Itu adalah simbol perpisahannya dengan masa lalu.

Kemudian, Zadan segera berlari menyusul Abdullah bin Mas’ud. Ia menemukan sang sahabat dan menangis di hadapannya. Zadan mengumumkan taubatnya saat itu juga. Ia berjanji untuk meninggalkan dunia nyanyian dan musik untuk selamanya.

Dari Biduan Menjadi Ulama Qur’an

Abdullah bin Mas’ud menyambut taubat Zadan dengan tangan terbuka. Ia memeluk pemuda itu dan ikut menangis karena terharu. Sejak saat itu, Ibnu Mas’ud membimbing Zadan dengan penuh kesabaran. Ia mengajarinya Al-Qur’an dan ilmu-ilmu agama lainnya. Zadan pun menunjukkan kesungguhan yang luar biasa. Ia menjadi murid yang paling setia dan tekun.

Waktu berlalu, dan perubahan besar terjadi pada diri Zadan. Ia tidak hanya bertaubat, tetapi juga bertransformasi. Ia memanfaatkan suara merdunya untuk melantunkan ayat-ayat suci Al-Qur’an. Ia menghabiskan waktunya untuk belajar dan beribadah.

Pada akhirnya, Zadan tumbuh menjadi seorang ulama besar. Ia dikenal sebagai ahli fiqih dan ahli ibadah terkemuka di masanya. Namanya tercatat dalam sejarah sebagai Zadan Al-Kindi, seorang imam dan panutan. Imam Adz-Dzahabi menggambarkannya sebagai seorang faqih (ahli hukum Islam) dan abid (ahli ibadah) yang terpercaya. Ia membuktikan bahwa nasihat yang tulus mampu mengubah seorang biduan menjadi ulama yang disegani. Kisahnya menjadi inspirasi abadi tentang luasnya rahmat Allah dan kekuatan sebuah taubat yang tulus.

Penaklukan Thabaristan (Bagian 2): Kemenangan di Era Umayyah


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement