SURAU.CO – Pada suatu malam yang hening, seorang pemuda datang menemui Rasulullah ﷺ dengan wajah penuh harap. Ia berkata, “Wahai Rasulullah, aku ingin menjadi orang yang paling dermawan. Aku ingin membangun sumur, memberi makan orang lapar, dan menyantuni anak yatim.” Rasulullah ﷺ memandangnya dengan lembut, lalu bertanya, “Apakah kamu sudah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya?” Dengan ragu, pemuda itu menjawab, “Saya masih mencari kebenaran.” Maka Rasulullah ﷺ bersabda, “Sesungguhnya Allah tidak menerima amal dari orang yang tidak memberi kepada-Nya.” (HR.Muslim)
Kisah ini menggugah akal dan menyentuh hati. Rasulullah ﷺ menunjukkan bahwa iman menjadi fondasi, sedangkan amal menjadi bangunan di atasnya. Ketika seseorang membangun tanpa fondasi, kokoh dan semegah apa pun bangunannya, pasti bangunan itu akan roboh.
Iman: Syarat Utama Diterimanya Amal
Allah SWT secara tegas menyampaikan melalui Al-Qur’an bahwa siapa pun yang berbuat baik tanpa iman, tidak bernilai di sisi-Nya. Dalam surat Al-Furqan ayat 23, Allah berfirman:
“Dan Kami menghadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu Kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang berterbangan.” (QS. Al-Furqan: 23)
Rasulullah ﷺ juga memperkuat pesan ini melalui sabdanya:
“Sesungguhnya Allah tidak menerima amal tanpa iman.” (HR.Muslim)
Dari sini, kita bisa memahami bahwa iman bukan sekedar pelengkap, melainkan syarat mutlak agar amal diterima. Tanpa keimanan kepada Allah, amal seseorang tidak akan sampai ke langit. Amal itu akan tertahan, hampa, dan tidak memiliki arti di sisi Allah.
Amal Baik Tanpa Iman: Indah di Dunia, Hampa di Akhirat
Dalam Islam, Allah menilai amal bukan hanya dari bentuknya, tetapi dari niat dan keyakinan di baliknya. Rasulullah ﷺ bersabda:
“Sejujurnya amal itu tergantung pada niatnya, dan setiap orang akan mendapatkan sesuai dengan apa yang diniatkannya.” (HR. Bukhari & Muslim)
Amal seorang mukmin bernilai tinggi karena ia mengerjakannya dengan niat mencari ridha Allah. Sebaliknya, orang yang tidak beriman meskipun tampak berbuat baik, hanya akan menerima balasan di dunia. Dalam Al-Qur’an Allah berfirman:
“Barang siapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia. Namun mereka di akhirat tidak mendapatkan apa pun kecuali neraka.” (QS. Hud: 15-16)
Dengan kata lain, amal baik tanpa iman memang dapat menghasilkan dampak sosial yang positif, namun tidak bernilai di akhirat. Amal seperti itu ibarat bunga plastik: indah dipandang, tapi tak memiliki kehidupan.
Teladan Para Sahabat: Amal Didorong oleh Iman
Lihatlah sahabat Abu Bakar Ash-Shiddiq. Ia menampilkan kedermawanan yang luar biasa, bukan karena sifatnya yang baik, tetapi karena keimanannya kepada Allah dan Rasul-Nya. Ketika Rasulullah ﷺ memutuskan untuk hijrah, Abu Bakar rela mempertaruhkan nyawanya demi menemani beliau. Ia melangkah bukan karena persahabatan semata, melainkan karena berimaa kepada Allah dan rasul-Nya.
Umar bin Khattab juga menunjukkan hal serupa. Ia terkenal sebagai sosok yang tegas dan adil. Tapi semua tindakannya ia dasarkan pada keyakinan bahwa Allah selalu menyaksikan langkah-langkahnya. Ia tidak mengejar pujian manusia, melainkan semata-mata karena Allah.
Para sahabat tidak hanya mengerjakan amal, mereka menghidupi amal itu dengan keimanan yang kokoh. Mereka tidak berlomba menciptakan citra, namun mereka fokus menumbuhkan takwa. Itulah yang menjadikan amal mereka menjadi agung, kekal dalam sejarah, dan Allah ridha terhadapnya.
Penutup: Menempatkan Iman Sebagai Pondasi
Hari ini, kita hidup di tengah dunia yang begitu mengagungkan pencapaian dan pencitraan. Banyak orang yang berlomba-lomba dalam kebaikan, tapi lupa kepada siapa amal itu seharusnya ditujukan.
Kini saatnya kita bertanya pada diri sendiri: Sudahkah saya membangun amal di atas pondasi iman? Ataukah saya hanya mengumpulkan amal sebagai rutinitas, tradisi, atau pencitraan?
Kita harus sadar bahwa Allah tidak membutuhkan amal kita. Kitalah yang sangat membutuhkan penerimaan dari-Nya. Maka, sebelum kita memperbanyak amal, kita perlu memperkuat iman.
Imam Al-Ghazali mengingatkan kita dengan sangat bijak:
“Amal tanpa iman itu seperti tubuh tanpa ruh. Ia tidak hidup, tidak diterima, dan tidak berbuah.”
Jangan sampai kita sibuk membangun istana amal, namun lupa menanamkan fondasinya. Karena tanpa iman, semua amal baik akan tertolak sia-sia.
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
