Opinion
Beranda » Berita » Merasa Bodoh Awal Kejeniusan

Merasa Bodoh Awal Kejeniusan

Merasa Bodoh Awal Kejeniusan

MERASA BODOH AWAL KEGENIUSAN.

 

Albert Einstein : “I have no special talents, but i am only passionately curious”. Dalam jurnal ilmiah Cell, Martin Schwartz mengungkap bahwa para ilmuwan hebat justru sangat nyaman merasa bodoh. Bukan karena rendah diri, tapi karena kebodohan (dalam arti ketidaktahuan yang produktif) membuka ruang untuk penemuan dan eksplorasi. Stuart Firestein bahkan menyebut “ignorance” sebagai bahan bakar utama dari semua penemuan besar dalam sains.

Saat seseorang bertanya, “ngerti gak?” kita cenderung menjawab “ngerti dong” meskipun dalam hati sebenarnya setengah ragu. Jawaban itu bukan soal kebenaran, tapi refleks sosial yang tertanam kuat: kita takut terlihat bodoh. Masalahnya, saat otak berhenti jujur soal ketidaktahuan, saat itu juga kemampuan belajar melambat.

Cara Anak Kecil Belajar

Lihatlah cara anak kecil belajar. Mereka tidak segan bertanya hal paling sepele sekalipun. Tapi semakin dewasa, kita menyembunyikan pertanyaan demi terlihat cerdas. Akibatnya, kita tumbuh dengan wawasan tipis yang disusun dari asumsi, bukan dari eksplorasi dalam.

Burnout dan Kelelahan Jiwa: Saatnya Pulang dan Beristirahat di Bab Ibadah

Kebodohan diartikan sebagai ketidaktahuan aktif
Dalam buku Ignorance, Firestein menjelaskan bahwa kebodohan ilmiah bukan tentang tidak tahu dan pasrah, tapi justru tentang tahu bahwa tidak tahu, dan menganggap itu sebagai pintu. Misalnya, penemuan DNA tidak lahir dari pengetahuan sempurna, tapi dari kejujuran akan kebingungan tentang struktur kimia kehidupan.

Orang Jenius Mencintai Pertanyaan

Orang jenius mencintai pertanyaan lebih dari jawaban
Einstein punya kutipan yang terkenal: I have no special talents. I am only passionately curious. Bagi Einstein, yang penting bukan seberapa banyak kamu tahu, tapi seberapa dalam kamu mempertanyakan apa yang belum kamu mengerti. Orang jenius tidak malu mengulang pertanyaan dasar. Justru di situlah mereka menemukan celah yang luput dari orang yang “sok tahu”.

Merasa bodoh adalah sinyal kamu sedang berada di zona tumbuh Dalam esainya, Schwartz menulis bahwa saat mahasiswa baru merasa bodoh saat masuk lab riset, itu pertanda mereka sedang ada di batas kemampuan lama menuju kemampuan baru. Ketika kamu benar-benar paham sesuatu, kamu tahu di mana letak tidak tahumu. Ini disebut dengan conscious ignorance.

Malu terlihat bodoh justru membuat kamu stagnan
Kebanyakan orang belajar hanya sampai tahap “tahu cukup buat nggak kelihatan bodoh”. Tapi cara berpikir seperti ini membuatmu terjebak di zona aman dan tidak berkembang. Orang jenius tidak cari pengakuan, mereka cari pemahaman.

Sadar Akan Kebodohan

Semakin kamu sadar kebodohanmu, semakin kamu bisa memetakannya Peta pemahaman dibangun bukan dari “apa yang kamu tahu”, tapi dari “apa yang kamu tahu bahwa kamu belum tahu”. Dengan menyadari wilayah ketidaktahuanmu, kamu bisa menarget belajar secara lebih tajam dan mendalam.

Seni Mengkritik Tanpa Melukai: Memahami Adab Memberi Nasihat yang Elegan

Jadi, kalau kamu merasa bodoh saat membaca topik baru, itu bukan kelemahan. Itu sinyal bahwa otakmu sedang membuka pintu. Jenius bukan tentang tahu segalanya, tapi tentang bersahabat dengan ketidaktahuan dan menjadikannya bahan bakar.

Kalau kamu merasa tulisan ini mengubah cara kamu memandang belajar, tulis di komentar: pelajaran apa yang paling bikin kamu merasa “bodoh” tapi justru membuat kamu tumbuh? Dan kalau kamu kenal seseorang yang sedang minder merasa gak paham-paham, bagikan tulisan ini. Mungkin dia tidak kurang cerdas, hanya sedang ada di jalur jeniusnya. MajelisKopi (Almaarif).

 

 


 

Mengubah Insecure Menjadi Bersyukur: Panduan Terapi Jiwa Ala Imam Nawawi

 

Catatan: Kebodohan dapat didefinisikan sebagai kurangnya pengetahuan, pemahaman, atau kebijaksanaan dalam berbagai aspek kehidupan. Berikut beberapa aspek kebodohan:
1. Kurangnya pengetahuan: Tidak memiliki informasi atau pengetahuan yang cukup tentang suatu topik atau bidang tertentu.
2. Kurangnya pemahaman: Tidak dapat memahami atau menginterpretasikan informasi yang ada dengan benar.
3. Kurangnya kebijaksanaan: Tidak dapat membuat keputusan yang tepat atau bijak dalam situasi tertentu.
4. Sombong dan tidak mau belajar: Tidak mau menerima pengetahuan atau pengalaman baru, serta tidak mau mengakui keterbatasan diri sendiri.
Kebodohan dapat memiliki dampak negatif, seperti:
– Kesalahan dalam pengambilan keputusan
– Keterlambatan dalam mencapai tujuan
– Kerusakan hubungan dengan orang lain
– Kesulitan dalam menyelesaikan masalah
Namun, kebodohan juga dapat diatasi dengan:
– Belajar dan mencari pengetahuan baru
– Menerima kritik dan saran dari orang lain
– Berani mengakui keterbatasan diri sendiri
– Berusaha untuk terus meningkatkan diri.


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement