
AI
Surau.co – Islam mengajarkan bahwa iman harus direfleksikan dalam kehidupan sosial kemasyarakatan. Iman tanpa wujud nyata amal shalih merupakan sesuatu yang pincang. Perwujudan amaliah merupakan unsur pengungkapan iman, meskipun dalam satu sisi merupakan refleksi yang bersifat dogmatis.
Dalam Al Qur’an di ajarkan agar iman seseorang haruslah di aplikasikan dalam wujud amal perbuatan. Islam menggariskan bahwa kedudukan manusia sama di hadapan-Nya. Hanya kualitas amal kebaikan dan pemberian manfaat kepada sesama yang membedakan posisi manusia (Q.S Al Hujurat ayat 13).
Dalam bahasa yang lain, Islam mengajarkan bahwa kualitas ibadah seorang muslim. Harus mencerminkan pola hubungan yang harmonis dan seimbang antara hablun min Allah dengan hablun min al annaas.
Risalah rahmat dalam ajaran Islam telah menjadi pengetahuan populer di kalangan umat. Harus dielaborasi secara maksimal dan memadai. Sehingga akan membuahkan ketentuan dan kriteria keislaman yang jelas dalam operasionalisasinya.
Pemahaman terhadap Islam rahmat belum dilakukan secara komprehensif. Berakibat munculnya paradigma gerakan umat yang tidak selaras dan kurang harmonis.
Kondisi tersebut terjadi akibat adanya pemahaman yang belum sinkron antara makna Islam. Tuntunan Islam yang istimewa belum dipraktikkan secara baik oleh umat Islam.
Sebagaimana terjadi pada umumnya praktik-praktik pendidikan dan pengajaran Islam terlalu menekankan pada aspek-aspek sumber dan kebenaran yang tertuang dalam teks-teks kitab suci. Banyak yang melupakan bahwa ketika ide dan gagasan pemikiran itu menjelma menjadi keyakinan tekstual di aplikasikan dalam kehidupan bermasyarakat dipastikan akan melahirkan beragam interpretasi dan pemahaman dari berbagai personal.
Sehingga pada saat pemahaman tekstual keagamaan yang pada awalnya bersifat individu kemudian terorganisasi dalam kelompok tertentu maka secara sosiologis akan terjadi proses sosialisasi, terjadi interaksi, saling mempengaruhi, dan memunculkan respon serta penilaian dari kelompok lain.
Maka pada suatu waktu dimungkinkan akan meracuni ukhuwah islamiyah. Menimbulkan gesekan kepentingan, ketegangan dan konflik . Apabila gagasan yang menyebar tersebut bersinggungan pada kepentingan sosial, ekonomi, budaya dan agama.
Hal ini terbukti, dalam berbagai media masih sering kita saksikan terjadinya tindak kekerasan antar kelompok karena perbedaan pemahaman. Masih munculnya klaim-klaim kebenaran oleh kelompok-kelompok tertentu sehingga memandang kelompok yang lain dalam jalur yang salah.
Sikap demikian justru menimbulkan benih-benih perpecahan di internal muslim. Terkadang memiliki tujuan membangun persatuan tetapi yang terjadi sebaliknya menginjak dan merendahkan yang lain karena berbeda dalam pemahaman. Jika perbedaan disikapi dengan arif, segala permasalahan dapat diminimalisir.
Sikap saling merasa benar dalam pengamalan keagamaan, dapat dihindari dengan mengedepankan pemahaman kebersamaan. Diperlukan pemahaman terhadap Islam melalui kajian-kajian yang mendalam dari berbagai aspek untuk mendapatkan pemahaman yang benar-benar clear and distinct antara kajian agama dan keagamaan.
Pengembangan studi agama Islam akan lebih berkualitas ketika menggunakan pendekatan-pendekatan yang bersifat komprehensif dan interdisipliner dengan menggunakan metodologi yang bersifat historis kritis untuk melengkapi metodologi yang bersifat doktriner-normatif.
Pendekatan yang beraneka ragam mampu memberikan solusi positif terhadap masalah yang dihadapi oleh umat. Meskipun tidak akan menghilangkan sama sekali. Kajian agama memiliki sasaran pada agama sebagai doktrin.
Menerapkan pendekatan berbagai disiplin ilmu, misalkan pendekatan sosiologi, antropologi, ekonomi, dan lainnya akan memunculkan sikap toleransi dan kebijaksanaan dalam beragama. Oleh karena itu, umat Islam harus makin cerdas menyikapi berbagai fenomena kemasyarakatan dengan berbekal berbagai disiplin ilmu dalam mengamalkan agama.
Bekal iman dan ilmu akan mengantarkan menjadi manusia yang memiliki derajat tinggi. (Q.S Al Mujaadilah ayat 11). Kedepan kita tidak lagi mendengar ukhuwah yang terbelah di internal umat Islam. Karena adanya perbedaan pemahaman dalam mengamalkan ajaran Islam. Umat Islam harus bermanfaat bagi saudaranya dan sesama manusia pada umumnya. ***
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
