Sosok
Beranda » Berita » Bukan Nabi, Tapi Namanya Diabadikan: Siapa Sebenarnya Luqman?

Bukan Nabi, Tapi Namanya Diabadikan: Siapa Sebenarnya Luqman?

gambar ilustrasi
gambar ilustrasi

SURAU.CO-Tidak semua tokoh dalam Al-Qur’an adalah nabi. Beberapa sosok luar biasa mendapat tempat mulia meskipun bukan bagian dari jajaran nabi. Salah satunya adalah Luqman — seorang hamba Allah yang namanya menjadi nama surat ke-31 dalam Al-Qur’an: Surat Luqman. Lalu, siapa sebenarnya Luqman? Apa yang membuatnya begitu istimewa hingga Allah mengabadikan nasihat-nasihatnya dalam wahyu?

Luqman: Hamba Saleh, Bukan Nabi

Mayoritas ulama sepakat bahwa Luqman bukan seorang nabi, melainkan hamba yang saleh, bijaksana, dan bertakwa. Al-Qur’an hanya menyebut namanya dua kali, yaitu dalam Surah Luqman ayat 12 dan 13. Namun, nilai-nilai yang dibawa melalui kisahnya sangat berharga.

Ibnu Katsir dalam tafsirnya mengutip sejumlah pendapat yang menyatakan bahwa Luqman berasal dari Sudan, berkulit hitam, dan berprofesi sebagai tukang kayu. Beberapa riwayat menyebutkan bahwa ia hidup sezaman dengan Nabi Daud AS dan pernah menjadi muridnya. Dari Nabi Daud, Luqman banyak belajar hikmah dan nilai kehidupan.

Hikmah: Anugerah dari Allah

Allah SWT menyatakan dalam Al-Qur’an:

“Dan sungguh, telah Kami berikan hikmah kepada Luqman, (yaitu): ‘Bersyukurlah kepada Allah.’ Dan barang siapa bersyukur, maka sesungguhnya dia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barang siapa tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya, Maha Terpuji.”
(QS. Luqman: 12)

KH. Abdullah Umar Al-Hafidz: Sosok Ulama Penjaga Al-Qur’an dari Semarang

Ayat ini menegaskan bahwa hikmah merupakan anugerah, bukan hasil usaha semata. Allah menganugerahkan kebijaksanaan kepada Luqman karena keimanan dan rasa syukurnya yang tinggi. Luqman mampu menasihati anak-anaknya dengan lembut dan bijak karena hatinya penuh hikmah.

Nasihat-Nasihat Emas Luqman

Nasihat Luqman kepada anaknya tercantum dalam Surah Luqman ayat 13–19. Isi nasihatnya mencakup banyak aspek penting dalam hidup, mulai dari keimanan hingga etika sosial:

  1. Tauhid dan Larangan Syirik

    “Wahai anakku! Janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya syirik itu benar-benar kezaliman yang besar.”
    Luqman memulai nasihat dengan fondasi utama dalam Islam: tauhid. Ia mengajarkan bahwa menyekutukan Allah termasuk bentuk kezaliman terbesar.

  2. Bakti kepada Orang Tua
    Luqman menekankan pentingnya berbuat baik kepada orang tua, terutama ibu. Namun, bila orang tua mengajak pada kemaksiatan, anak tetap harus menjaga adab meski tidak mengikuti ajakan tersebut.

    Menggali Peran Pemuda dalam Riyadus Shalihin: Menjadi Agen Perubahan Sejati

  3. Kesadaran Ilahi
    Ia mengajarkan bahwa setiap perbuatan, sekecil apa pun, pasti mendapat balasan dari Allah. Bahkan, jika tersembunyi di balik batu atau berada di langit sekalipun, Allah pasti mengetahuinya.

  4. Shalat dan Amar Ma’ruf Nahi Munkar

    “Wahai anakku! Dirikanlah shalat, suruhlah mengerjakan yang baik, dan cegahlah dari perbuatan mungkar.”
    Luqman menunjukkan bahwa seorang muslim perlu berperan aktif dalam membangun masyarakat yang baik, bukan hanya menjaga ibadah pribadi.

  5. Tawadhu dan Etika Sosial
    Ia menasihati agar tidak sombong, tidak meninggikan diri, serta berbicara dengan suara yang lembut. Sikap rendah hati menjadi cermin dari orang berilmu.

Mengapa Allah Mengabadikan Luqman?

Allah tidak mengangkat Luqman karena status atau kekayaan, tetapi karena ketulusan hati dan hikmah hidupnya. Dalam dunia yang sering menilai manusia dari jabatan atau penampilan, Luqman membuktikan bahwa kemuliaan sejati lahir dari iman, akhlak, dan kebijaksanaan.

Pendidikan Adab Sebelum Ilmu: Menggali Pesan Tersirat Imam Nawawi

Cara Luqman menyampaikan nasihat menjadi pelajaran berharga. Ia tidak memaksa, tetapi mengajak dengan cinta, logika, dan kelembutan, sesuai dengan jiwa sang anak. Pendekatan inilah yang perlu diteladani oleh para orang tua, pendidik, dan pemimpin masa kini.

Warisan Abadi dari Luqman

Walaupun bukan nabi, Luqman mencapai derajat tinggi karena hikmah dan iman yang kuat. Nasihat-nasihatnya menjadi warisan abadi yang berlaku untuk semua zaman. Kita bisa belajar dari Luqman bahwa siapa pun bisa mulia di sisi Allah, selama ia beriman, bersyukur, dan menyebarkan hikmah dalam kehidupan. (Hen)


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement