Sosok
Beranda » Berita » Makna Tujuan Hidup Menurut KH Zuhri Zaini

Makna Tujuan Hidup Menurut KH Zuhri Zaini

Kebahagiaan menurut pandangan KH Zuhri Zaini
Nasihat mendalam dari KH Zuhri Zaini tentang bahaya hidup instan dan kunci meraih kebahagiaan dunia akhirat.( Foto dok.alfikr.id)

SURAU.CO. Sosoknya tampil sederhana dan bersahaja. Tutur katanya begitu lembut dan santun. Hal ini membuatnya disukai banyak orang. Setiap orang yang melihatnya dapat merasakan aura kesejukan. Baju koko, peci, dan sarung putih seolah menjadi ciri khasnya. Beliau adalah KH Zuhri Zaini, Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Jadid, Paiton, Probolinggo.

Hari-harinya selalu diisi dengan aktivitas bermanfaat. Ia aktif mengajar dan membimbing para santrinya. Beliau juga tak lelah mengayomi masyarakat sekitar. Di balik ketenangannya, tersimpan kedalaman ilmu yang luar biasa. Dalam banyak kesempatan, beliau sering memberikan nasihat mendasar. Salah satu yang terpenting adalah tentang tujuan hidup menurut KH Zuhri Zaini.

Mengenal Sosok KH Zuhri Zaini

Sebelum mendalami nasihatnya, penting untuk mengenal sosoknya. KH Zuhri Zaini lahir di Probolinggo, Jawa Timur. Tepatnya pada tanggal 5 Oktober 1948. Beliau merupakan putra kelima dari pasangan ulama besar. Ayahandanya adalah KH Zaini Mun’im, pendiri Pesantren Nurul Jadid. Ibundanya adalah Nyai Nafi’ah.

Hampir seluruh riwayat pendidikannya di pesantren ayahandanya. Mulai dari Madrasah Ibtidaiyah hingga Perguruan Tinggi. Ia berhasil menyelesaikan studi dan menyandang gelar BA (Sarjana Seni). Di lingkungan pesantren, Kiai Zuhri muda menyerap berbagai ilmu pengetahuan. Ia sangat tekun mempelajari ilmu-ilmu keislaman.

Beliau mendalami tata bahasa bahasa Arab dengan sangat baik. Kitab-kitab sepertiJurumiyah,Mutammimah, hinggaAlfiyahdia berkuasa. Ia juga mengkaji kitab-kitab fikih ternama. Sebut sajaSafinatun Najah,Sullamut Taufiq, danFathul Mu’in.

Burnout dan Kelelahan Jiwa: Saatnya Pulang dan Beristirahat di Bab Ibadah

Namun, rasa hausnya akan ilmu tidak berhenti di situ. Setelah merasa cukup di pesantrennya sendiri, ia melanjutkan perjalanan intelektualnya. Zuhri muda berangkat ke Pesantren Sidogiri, Pasuruan. Selama tiga tahun, ia menimba ilmu di sana. Ia belajar langsung kepada (alm) KH Cholil Nawawi. Beliau adalah salah satu pengasuh pesantren tertua di Jawa Timur itu.

Kombinasi didikan keluarga dan semangat belajar yang tinggi membentuknya. Tidak heran jika Kiai Zuhri tumbuh menjadi ulama yang sangat alim. Kealimannya masyhur di kalangan masyarakat, khususnya di Jawa Timur.

Nasehat Tentang Tujuan Hidup

Kealiman dan kedalaman ilmunya diwujudkan dalam setiap kajiannya. Dalam sebuah pertemuan, Kiai Zuhri menekankan pentingnya menentukan tujuan hidup. Ini adalah kunci utama untuk meraih kebahagiaan sejati. Menurutnya, kehidupan di dunia adalah sebuah perjalanan. Perjalanan ini akan berakhir di akhirat. Oleh karena itu, setiap individu harus memahami arah tujuan. Keimanan landasan menjadi yang utama.

“Orang yang tidak beriman mungkin beranggapan bahwa setelah mati segala sesuatunya sudah berakhir, tapi bagi orang yang beriman, mereka percaya setelah mati masih ada kehidupan yang terus berlanjut, yaitu kehidupan akhirat,” dawuhnya.
Pernyataan ini menggarisbawahi perbedaan mendasar. Orang beriman memiliki peta jalan yang jelas. Mereka tahu bahwa setiap tindakan di dunia akan berdampak di akhirat.

Apa Itu Bahagia

Dalam kajian tersebut, Kiai Zuhri juga mengajak para santri merenung. Apa sebenarnya yang mereka cari dalam hidup? Beliau merangkum standar kebahagiaan yang umum di masyarakat. Apakah kebahagiaan hanya diukur dari materi dan kekayaan?

Seni Mengkritik Tanpa Melukai: Memahami Adab Memberi Nasihat yang Elegan


“Apakah hanya uang? Lalu dengan harta kita akan bahagia?” tanya beliau. Menurutnya, orang yang beriman memiliki jawaban yang berbeda. Mereka menyadari bahwa harta tidak akan dibawa mati. Oleh karena itu, mereka harus memahami hakikat hidup yang sesungguhnya. Hakikat itu mencakup pengetahuan tentang asal-usul, tujuan, dan persiapan menuju kematian.

Bahaya Mengejar Kebahagiaan Instan

Kiai Zuhri juga menyoroti fenomena budaya instan. Tren ini banyak diikuti oleh masyarakat modern. Namun, ia mengingatkan bahwa jalan pintas menuju kebahagiaan justru berbahaya. Hal itu dapat menjerumuskan seseorang ke dalam penderitaan. “Orang yang menginginkan kebahagiaan instan, yang hanya berpikir untuk saat ini tanpa memikirkan masa depan, akan menderita di kemudian hari,” tambahnya.

Beliau kemudian merujuk pada kitabAdabu Sulukil Murid. Dalam kitab tersebut, tujuan hidup yang berorientasi duniawi disebut sebagaial-azilah. Artinya adalah kenikmatan sesaat. Kenikmatan ini tidak memberikan manfaat jangka panjang, terutama untuk kehidupan akhirat.

Jalan Perjuangan Menuju Kebahagiaan Abadi

Lalu, bagaimana cara meraih kebahagiaan sejati? Kiai Zuhri mencontohkan kehidupan di pesantren. Mondok adalah sebuah proses yang penuh perjuangan. Tentu tidak mudah dan penuh tantangan. Namun, perjuangan itu adalah jalan untuk memperbaiki masa depan. Baik masa depan di dunia maupun di akhirat. Beliau mengutip sebuah pepatah yang sangat relevan. “Berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian.”

Maknanya sangat dalam. Perjuangan dan pengorbanan yang kita lakukan saat ini akan menghasilkan hasil. Hasil manis itu akan kita nikmati nanti hari. Nasihat ini menjadi sebuah pilihan yang harus diputuskan secara sadar. “Oleh karena itu, kita harus menentukan tujuan hidup dengan bijak. Apakah kita ingin kebahagiaan instan sekarang, atau kita bersedia berpayah-payah untuk kebahagiaan yang abadi di akhirat?” tegas beliau.

Mengubah Insecure Menjadi Bersyukur: Panduan Terapi Jiwa Ala Imam Nawawi

Hingga kini, keilmuan Kiai Zuhri terus mengalir. Beliau masih aktif mengampu berbagai kitab. Misalnya, kitabFathul Qorib,Riyadhus Shalihin, danTafsir Jalalain. Kajian tersebut diikuti oleh santri dan alumni, bahkan disiarkan melalui kanal YouTube Nurul Jadid. Nasihatnya menjadi pelita bagi siapa saja yang mencari makna dan tujuan hidup sejati.

 


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement