Kisah
Beranda » Berita » Pekerja Migran yang Membangun Masjid di Kampungnya: Antara Kerja Keras dan Iman

Pekerja Migran yang Membangun Masjid di Kampungnya: Antara Kerja Keras dan Iman

Gambar Ilustrasi Pekerja MIgran Indonesia
Gambar Ilustrasi Pekerja MIgran Indonesia

SURAU.CO-Pekerja migran yang membangun masjid di kampungnya menjadi simbol kekuatan iman dan kepedulian sosial. Di tengah perjuangan hidup di negeri orang, pekerja migran yang membangun masjid di kampungnya bukan hanya sekadar mengirim uang untuk keluarga, tapi juga untuk membangun pusat ibadah dan kebersamaan bagi masyarakat.

Di balik gemerlap kota-kota besar tempat mereka bekerja, banyak pekerja migran Indonesia menjalani hidup dengan kerja keras, pengorbanan, dan kesabaran. Salah satu bentuk pengabdian yang sering luput dari sorotan adalah kontribusi mereka dalam membangun fasilitas umum seperti masjid, musala, dan sekolah. Kisah ini bukan hanya soal uang, tetapi juga tentang niat suci yang lahir dari pengalaman spiritual yang mendalam.

Perjalanan Spiritual Seorang Pekerja Migran dan Masjid Impian

Banyak pekerja migran memulai kariernya dengan harapan meningkatkan taraf hidup keluarga. Namun, pengalaman jauh dari tanah air seringkali memperkuat sisi spiritual mereka. Salah satu kisah nyata datang dari seorang TKI di Arab Saudi yang setiap Jumat menyisihkan sebagian gajinya untuk pembangunan masjid di kampung halamannya di Lombok Timur.

Dia bukanlah tokoh terkenal. Namanya tak tercatat dalam sejarah nasional. Namun, kisah hidupnya menjadi saksi bahwa kerja keras bisa berubah menjadi amal jariyah. Ia tinggal di barak kecil, makan seadanya, dan menghindari gaya hidup konsumtif. Selama 12 tahun, ia menabung dengan tujuan tunggal: membangun masjid tempat anak-anak desa bisa belajar mengaji tanpa harus menempuh jarak jauh.

Komunitas Diaspora dan Semangat Gotong Royong Membangun Masjid

Tidak hanya individu, komunitas pekerja migran juga sering menggalang dana kolektif untuk proyek keagamaan di kampung asal. Di Malaysia, komunitas pekerja dari Madura pernah membangun satu masjid di Kabupaten Sampang, hasil iuran rutin selama empat tahun.

Al Ulama Warastsatul Al Anbiya

Fenomena ini menunjukkan bahwa rasa memiliki terhadap kampung halaman tetap tumbuh kuat, bahkan ketika mereka jauh secara geografis. Di banyak grup WhatsApp dan media sosial, mereka mendiskusikan progres pembangunan, menyusun laporan keuangan, hingga memantau pembelian material bangunan dari jarak ribuan kilometer.

Tantangan Pekerja Migran Mewujudkan Masjid Idaman

Meski semangatnya besar, proses membangun masjid dari hasil keringat pekerja migran tak selalu mulus. Banyak tantangan yang mereka hadapi, mulai dari perbedaan nilai tukar, biaya hidup tinggi di negara tempat bekerja, hingga kendala birokrasi di kampung sendiri.

Tak jarang, niat baik ini juga direspons dengan skeptisisme. Sebagian warga mempertanyakan tujuan pembangunan, apalagi bila dilihat sebagai bentuk “show off”. Namun, dalam banyak kasus, kerja nyata dan konsistensi para pekerja ini perlahan menghapus prasangka itu. Ketika masjid akhirnya berdiri dan suara azan menggema, semua kembali menyatu dalam rasa syukur.

Pelajaran Berharga dari Masjid yang Dibangun Pekerja Migran

Dari kisah ini, kita belajar bahwa kontribusi terbesar tidak selalu datang dari mereka yang tinggal di dalam negeri. Justru dari kejauhan, dengan rindu yang tak pernah padam, para pekerja migran membawa perubahan besar bagi desanya. Masjid yang dibangun menjadi saksi abadi tentang bagaimana iman, ketekunan, dan cinta kampung halaman bisa bersatu dalam bentuk nyata.

Bagi generasi muda, kisah ini menjadi motivasi bahwa kerja keras dan niat tulus akan selalu membuahkan hasil. Mereka juga bisa meniru model penggalangan dana ini dalam membangun fasilitas lain seperti sekolah informal, rumah baca, atau klinik sederhana.

Kisah Nama Abu Hurairah: Dari Pecinta Kucing Menjadi Penjaga Hadis

Masjid yang berdiri dari jerih payah pekerja migran bukan sekadar bangunan fisik, melainkan simbol cinta, iman, dan pengorbanan. Kisah ini mengingatkan kita bahwa kontribusi bisa datang dari mana saja, bahkan dari mereka yang jauh di negeri orang, namun hatinya selalu pulang ke kampung halaman. (Hen)


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement