Kisah
Beranda » Berita » Sayyidina Husain Bin Ali : Cucu Pemberani Rasulullah SAW

Sayyidina Husain Bin Ali : Cucu Pemberani Rasulullah SAW

Sayyidina Husain
Sayyidina Husain Bin Ali: Cucu Pemberani Nabi Muhammad SAW (Foto:Ilustrasi)

SURAU.CO – Di balik kisah-kisah besar dalam sejarah Islam, nama Sayyidina Husain bin Ali terus terukir dalam tinta emas. Ia tidak hanya menjadi cucu Rasulullah SAW dan pewaris darah Nabi, tetapi juga mewarisi semangat perjuangan, keberanian, dan cinta mendalam terhadap kebenaran.

Sebagai putra dari Ali bin Abi Thalib RA—khalifah keempat umat Islam—dan Sayyidah Fatimah Az-Zahra RA—putri Rasulullah SAW, Husain masuk dalam barisan Ahlul Bait yang dimuliakan Jika kita runtut nasabnya, maka namanya adalah Husain bin Ali bin Abi Thalib bin Abdul Mthalib bin Hasyim bin Abdi Manaf bin Qushay al-Qursy al-Hasyimi.

Kelahiran dan Nama Sayyidina Husain

Dalam riwayat az-Zubair, Husain lahir pada tanggal 5 Sya’ban tahun 4 Hijriah. Pada hari kelahiran Husain di Madinah Al-Munawwarah, Rasulullah SAW langsung datang dan mengumandangkan adzan di telinga cucunya. Beliau pun menganugerahkan nama Husain —sebuah nama yang belum dikenal luas dalam tradisi Arab saat itu. Nama ini bermakna keindahan dan kebaikan, yang sekaligus menjadi doa dan harapan besar dari kakek tercinta.

Qatadah mengutip bahwa menurut Ibnul Atsir, Husain lahir berselang satu tahun sepuluh bulan setelah kelahiran saudaranya, Sayyidina Hasan. Sejak kecil, keduanya menjadi permata hati dalam keluarga Nabi.

Masa Kecil Sayyidina Husain

Husain kecil tumbuh di lingkungan yang penuh cinta, ilmu, dan nilai-nilai luhur. Rumah kenabian menjadi sekolah pertama. Rasulullah SAW tak hanya menjadi kakek, tapi juga guru yang mengasuh dengan kelembutan. Ia sering berada di sisi Rasulullah, bahkan tak jarang Rasulullah mendudukkan Hasan dan Husain di pangkuannya sambil mendoakan mereka.

Kisah Nama Abu Hurairah: Dari Pecinta Kucing Menjadi Penjaga Hadis

Suatu hari, Rasulullah SAW sedang sujud dalam shalat. Husain kecil memperkuat punggung beliau dan bermain-main. Rasulullah tidak marah, bahkan memperpanjang sujudnya agar cucunya puas bermain. Itulah cinta yang tak berbatas.

Didikan dari Rasulullah dan Sayyidina Ali menjadikan Husain pribadi yang tangguh, jujur, berani, dan penuh kasih. Ia belajar langsung dari dua sosok besar yang tidak hanya mengajarkan nilai-nilai Islam, tapi juga menjadi teladan nyata dalam setiap langkah.

Teladan Keberanian Sayyidina Husain

Ketika sejarah mencatat tragedi Karbala pada 10 Muharram 61 Hijriah, Husain menunjukkan keteladanan sejati dalam keberanian. Ia berdiri tegak bersama sekitar 70 pengikutnya melawan ribuan pasukan Yazid bin Muawiyah. Ia secara tegas menolak memberikan baiat pada pemimpin yang ia nilai telah menyimpang dari nilai-nilai Islam.

Ia menyadari sepenuhnya konsekuensi dari sikapnya. Ia tahu bahwa pedang-pedang lawan mengancam nyawa diri dan keluarganya. Tapi prinsipnya tak bisa dibeli dengan keselamatan semu. Di Karbala, satu demi satu keluarganya gugur. Hingga akhirnya, ia pun syahid.

Keistimewaan Sayyidina Husain

Banyak sekali hadits-hadits yang menjelaskan keutamaan Sayyidina Husein. Berikut adalah beberapa di antaranya:

Pasca Wafatnya Rasulullah: Sikap Abu Bakar Menghadapi Kemurtadan

  1. Paling Mirip Rasulullah

Anas bin Malik meriwayatkan bahwa Husain adalah orang yang paling mirip dengan Rasulullah SAW di antara Ahlul Bait. Saat kepala Husain dipertontonkan kepada Ubaidillah bin Ziyad, Anas menegaskan, “Ia adalah yang paling mirip dengan Rasulullah.” (HR Bukhari)

  1. Pimpinan Penduduk Surga

Salah satu keutamaan yang dimiliki Sayyidina Husein dan saudaranya, Sayyidina Hasan, adalah menjadi pimpinan para penduduk di surga. Hal ini pernah diungkapkan oleh Rasulullah saw dalam haditsnya:

الحسنُ والحُسينُ سيِّدَا شبابِ أهلِ الجنَّةِ وأبوهما خيرٌ منهما

Artinya: “Hasan dan Husein adalah dua pimpinan pemuda penduduk surga dan ayahnya (Ali bin Abi Thalib) lebih baik dari keduanya.” (HR at-Tirmidzi)

3. Kecintaan Rasulullah

Penaklukan Thabaristan (Bagian 2): Kemenangan di Era Umayyah

Dalam satu riwayat, Rasulullah terlihat menggandeng Hasan dan Husain di pinggangnya. Beliau berseru:
“Ya Allah, aku mencintai keduanya, maka buatlah aku (tetap) mencintai keduanya dan aku mencintai orang yang mencitai keduanya.” (HR Tirmidzi)

Tak hanya itu, Husain juga dikenal sebagai pribadi saleh. Ia rajin beribadah, lembut kepada sesama, dan dermawan. Bahkan, menurut Zubair dari Mush’ab, ia menunaikan ibadah haji sebanyak 25 kali dengan berjalan kaki dari Madinah ke Makkah.

Warisan yang Hidup Hingga Kini

Meskipun musuh telah merobohkan jasadnya di Karbala, semangat Husain terus menyala. Ia tidak mewariskan tahta atau kekayaan, tetapi meninggalkan nilai-nilai perjuangan yang menginspirasi sepanjang zaman.

Setiap peringatan Hari Asyura pada tanggal 10 Muharram bukan hanya sekedar mengenang duka, namun juga menjadi momentum untuk meneladani keberanian dan prinsip hidup yang agung. Husain mengajarkan bahwa mempertahankan kebenaran, meski berat dan berisiko, merupakan jalan menuju kemuliaan.

Nama Sayyidina Husain dikenang oleh umat Islam dari berbagai mazhab, dari Timur hingga Barat. Ia melampaui sekat-sekat perbedaan, menjadi simbol keberanian melawan ketidakadilan.

Di tengah zaman yang sering memburamkan batas antara hak dan batil, teladan Husain menjadi mercusuar. Ia mengingatkan kita bahwa harga sebuah prinsip terkadang lebih tinggi dari nyawa, namun jauh lebih mulia dari dunia.

Semoga kita dapat meneladani semangat Sayyidina Husain dalam kehidupan kita, terutama di zaman yang kerap menghadapi batas antara hak dan batil.

 


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement