Internasional
Beranda » Berita » Dunia bicara HAM, Muslim Dibantai Tapi Diam

Dunia bicara HAM, Muslim Dibantai Tapi Diam

Kantor Dewan HAM PBB
Kantor Dewan HAM PBB

SURAU.CO-Dunia bicara HAM, Muslim dibantai tapi diam. Kalimat ini menggambarkan kenyataan pahit yang terus berulang. Setiap forum internasional ramai menyerukan perlindungan hak asasi manusia, tetapi saat umat Islam menjadi korban, suara global menghilang. Dunia bicara HAM, Muslim dibantai tapi diam—itulah ironi yang menggores keadilan global.

Pada banyak kasus, dunia menunjukkan standar ganda. Negara-negara kuat memilih diam demi menjaga kepentingan politik dan ekonomi. Sementara itu, umat Islam terus menanggung luka yang tidak pernah sembuh.

Ketika Dunia Responsif untuk Sebagian, Apatis untuk yang Lain

Ketika Rusia menyerang Ukraina, negara-negara Barat dengan cepat mengutuk dan bertindak. Mereka menjatuhkan sanksi, mengirim bantuan militer, dan membanjiri media dengan narasi empati. Sebaliknya, saat ratusan anak Muslim tewas akibat bom di Gaza, hanya kecaman lunak yang terdengar.

Respons yang tidak setara ini menunjukkan bahwa empati global bisa bersifat selektif. Dunia tampak memilih siapa yang pantas dibela, dan siapa yang boleh diabaikan.

Rohingya dan Uighur: Laporan Nyata yang Dunia Abaikan

Di Myanmar, tentara membakar desa-desa Rohingya, memperkosa perempuan, dan mendorong jutaan Muslim mengungsi. Meski banyak organisasi HAM mengeluarkan laporan, para pemimpin dunia memilih diam.

Mengupas Kitab Kopi dan Rokok Syaikh Ihsan Jampes

Sementara itu, pemerintah Tiongkok menahan jutaan Muslim Uighur di kamp-kamp “pendidikan ulang”. Mereka kehilangan hak untuk beribadah, berbicara bahasa sendiri, bahkan hidup bersama keluarga. Namun, negara-negara besar menghindari kritik karena tergiur kerja sama ekonomi dengan Beijing.

Media Membentuk Simpati dan Arah Opini Publik

Media memegang kendali dalam membentuk narasi dan simpati publik. Sayangnya, pemberitaan tentang kekerasan terhadap Muslim sering memakai istilah ringan seperti “konflik” atau “ketegangan”. Sebaliknya, ketika korban berasal dari Barat, istilah seperti “genosida” atau “invasi brutal” langsung digunakan.

Framing semacam ini membentuk persepsi bahwa nyawa Muslim tidak seberharga yang lain. Opini masyarakat pun ikut terbentuk, bahkan diam saat tragedi menimpa Muslim.

Sebagai contoh, media internasional memberitakan perang Ukraina secara intensif, lengkap dengan kisah para korban. Tetapi ketika Gaza luluh lantak, media hanya menyajikan angka korban, tanpa empati personal.

Dunia Islam Harus Berperan Lebih Aktif

Negara-negara mayoritas Muslim tidak bisa terus berharap pada dunia luar. Mereka harus menunjukkan solidaritas nyata. Organisasi seperti OKI perlu menjalankan diplomasi yang tegas dan terstruktur. Bukan sekadar membuat pernyataan, tetapi juga menekan pelaku pelanggaran HAM dengan kebijakan ekonomi, politik, dan sosial.

Introvert: Mengenali Diri dan Merayakan Keunikan Batin

Beberapa negara telah memutuskan kerja sama militer atau dagang sebagai bentuk protes, namun masih terlalu sedikit dan kurang terkoordinasi. Jika negara Muslim bersatu, dampaknya akan jauh lebih terasa.

Peran Masyarakat dan Generasi Muda Islam

Selain negara, masyarakat sipil juga memiliki kekuatan besar. Warganet Muslim dapat memanfaatkan media sosial untuk mengangkat isu yang sering diabaikan. Kampanye digital, petisi global, dan konten edukatif bisa meningkatkan kesadaran masyarakat internasional.

Sebagai contoh, gerakan #SavePalestine dan #UyghurLivesMatter sempat menjadi tren global dan menekan beberapa brand internasional untuk angkat bicara. Ini membuktikan bahwa kekuatan digital umat Islam sangat berpengaruh jika dikoordinasikan secara baik.

Islam: Agama yang Menjunjung Keadilan Sejati

Islam mengajarkan bahwa keadilan merupakan pilar kehidupan. Prinsip maqashid syariah menjunjung tinggi perlindungan jiwa, agama, akal, keturunan, dan harta. Sejak masa Rasulullah, umat Islam melindungi hak-hak minoritas, bahkan di wilayah kekuasaan sendiri.

Kini saatnya umat Islam menunjukkan bahwa mereka tidak hanya menjadi korban, tetapi juga pelopor dalam memperjuangkan kemanusiaan. Bukan hanya untuk sesama Muslim, tetapi untuk semua yang tertindas.

Ajining Raga Saka Busana: Menyelami Etika Jawa dalam Arus Modernisasi

Sejarah mencatat peran besar Islam dalam keadilan global. Kini, generasi muda Muslim harus melanjutkan warisan itu. Mereka harus membela kebenaran di tengah ketidakadilan dunia modern. dikutip dari berbagai sumber. (Hen)


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement