Dengan Al-Qur’an, Yahudi Bisa Dikalahkan — Tapi Jika Diamalkan, Bukan Sekadar Dibaca.
Hari ini kita menyaksikan betapa umat Islam seolah lemah di hadapan kekuatan zionis. Namun bukan karena kita kekurangan jumlah, bukan pula karena kekurangan senjata. Yang kita kekurangan adalah kekuatan iman yang terwujud dalam amal nyata.
Allah telah menurunkan Al-Qur’an sebagai petunjuk, cahaya, dan senjata paling ampuh umat Islam. Tapi senjata ini tidak berfungsi jika hanya dijadikan hiasan, dijadikan wiridan tanpa makna, atau sekadar dibaca untuk mendapatkan pahala bacaan semata — tanpa diikuti pengamalan isi dan perintahnya.
Al-Qur’an memerintahkan kita untuk bersatu, menegakkan keadilan, membela yang tertindas, dan tidak tunduk pada musuh-musuh Islam. Namun selama kita hanya memperindah bacaan tapi enggan mengamalkan isinya, maka kita tidak akan melihat kejayaan seperti generasi para sahabat yang menaklukkan Romawi dan Persia hanya dengan iman dan ketaatan.
Yahudi bisa dikalahkan, tapi bukan oleh umat Islam yang lalai terhadap Al-Qur’an. Mereka hanya akan tunduk pada umat yang kembali kepada Islam secara kaffah — yang menjadikan Al-Qur’an sebagai pedoman hidup, bukan hanya bacaan indah yang dilagukan.
Mari bangkit dengan Al-Qur’an. Bukan hanya dibaca — tapi diamalkan, diperjuangkan, dan dijadikan sumber kekuatan.
Yakin Kita Berhasil, Atas Pertolongan Allah
Kalimat ini bukan sekadar motivasi kosong. Ia adalah cermin dari keimanan yang hidup dan bersandar kepada kekuatan tertinggi: pertolongan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dalam hidup, kita sering dihadapkan pada tantangan yang membuat hati ciut, akal buntu, dan tenaga nyaris habis. Tapi orang-orang beriman tidak berhenti pada keterbatasan dirinya. Ia tahu, jalan keluar selalu terbuka bersama Allah.
Allah berfirman:
> Jika Allah menolong kamu, maka tak ada yang dapat mengalahkan kamu; tetapi jika Allah membiarkan kamu, maka siapa yang dapat menolong kamu selain dari-Nya? Karena itu hendaklah kepada Allah saja orang-orang mukmin bertawakkal.” (QS. Ali Imran: 160)
Dalam ayat ini, Allah menanamkan keyakinan: jika Allah berpihak kepada kita, siapa yang bisa melawan? Maka dalam setiap perjuangan, terlebih perjuangan kebaikan, keyakinan pada pertolongan Allah menjadi fondasi utama. Kita tidak bergantung pada angka, kekuatan fisik, atau materi semata — kita bersandar pada Yang Maha Kuat.
Yakin, Tapi Tetap Ikhtiar
Keyakinan kepada pertolongan Allah tidak menghapus ikhtiar. Justru semakin kuat yakin kita kepada-Nya, semakin bersungguh-sungguh pula usaha kita. Sebagaimana Rasulullah ﷺ dalam setiap langkah dakwahnya: berstrategi, bergerak, berdiskusi, berperang jika perlu, namun hatinya penuh tawakkal.
Seorang sahabat bertanya kepada Rasulullah:
> “Ya Rasulullah, apakah aku harus mengikat untaku lalu bertawakkal kepada Allah, atau cukup tawakkal saja?”
Rasulullah menjawab:
“Ikatlah terlebih dahulu, lalu bertawakkallah.” (HR. At-Tirmidzi)
Artinya, pertolongan Allah bukan pengganti usaha, tapi kekuatan yang menyempurnakan usaha itu.
Kunci Pertolongan: Taat & Sabar
Sejarah Islam mengajarkan bahwa kemenangan bukan semata soal jumlah atau kekuatan, tapi soal ketaatan dan kesabaran.
Ketika kaum Muslimin menang di Perang Badar, jumlah mereka hanya 313 orang melawan 1000 pasukan Quraisy. Apa kata Allah?
> “Sungguh, Allah telah menolong kamu dalam perang Badar, padahal kamu dalam keadaan lemah. Maka bertakwalah kepada Allah agar kamu bersyukur.”
(QS. Ali Imran: 123)
Kemenangan itu bukan karena strategi jenius atau senjata canggih, tapi karena keimanan, ketaatan, dan kesabaran mereka yang tak goyah.
Jangan Takut Gagal
Kadang kita takut gagal. Tapi ingat: gagal di mata manusia bukan berarti gagal di sisi Allah. Selama kita berada di jalan yang benar, niat lurus, cara yang halal, dan tawakkal penuh, maka bahkan kegagalan pun bisa jadi kemenangan — karena itu bagian dari ujian dan rencana Allah.
Allah tidak pernah menyia-nyiakan hamba yang berharap kepada-Nya.
> “Dan barang siapa bertawakkal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluannya). Sesungguhnya Allah akan melaksanakan urusan-Nya.”
(QS. At-Talaq: 3)
Penutup: Iringi dengan Doa
Maka dalam menghadapi apapun — perjuangan dakwah, usaha ekonomi, pendidikan anak, perubahan sosial — jangan hanya berkata, “Saya bisa.” Tapi katakan:
“Saya akan berusaha sekuat tenaga. Tapi saya yakin, hanya dengan pertolongan Allah saya akan berhasil.”
Dan iringi dengan doa yang diajarkan Rasulullah ﷺ:
> “Ya Hayyu, Ya Qayyum, birahmatika astaghits. Ashlih li sya’ni kullah, wa laa takilni ila nafsi tharfata ‘ainin.”
(Wahai Dzat Yang Maha Hidup dan Berdiri Sendiri, dengan rahmat-Mu aku memohon pertolongan. Perbaikilah seluruh urusanku dan jangan serahkan aku kepada diriku sendiri walau sekejap mata).
Yakinlah: Kita pasti berhasil, atas pertolongan Allah. (Tengku Iskandar, M.Pd)
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
