Pendidikan
Beranda » Berita » Sekolah Tanpa PR dalam Pandangan Islam: Merdeka Belajar atau Malas Berikhtiar?

Sekolah Tanpa PR dalam Pandangan Islam: Merdeka Belajar atau Malas Berikhtiar?

Belajar dirumah
Belajar dirumah

SURAU.CO-Sekolah tanpa PR dalam pandangan Islam menimbulkan pertanyaan penting: apakah ini wujud merdeka belajar atau justru bentuk malas berikhtiar? Ketika banyak sekolah mulai menghapus pekerjaan rumah dengan dalih mengurangi stres siswa, kita perlu meninjau ulang: apakah sekolah tanpa PR dalam pandangan Islam benar-benar selaras dengan nilai-nilai pendidikan Islami yang menekankan kedisiplinan, tanggung jawab, dan usaha berkelanjutan?

Pekerjaan Rumah dan Disiplin Belajar dalam Islam

Pekerjaan rumah atau PR bukan sekadar tugas tambahan, tetapi latihan konsistensi yang memperkuat karakter. Islam memandang proses menuntut ilmu sebagai perjalanan seumur hidup yang membutuhkan ketekunan dan disiplin.

Allah berfirman:
“Dan katakanlah: ‘Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan.’” (QS. Taha: 114).
Ayat ini mengajarkan bahwa pencarian ilmu tidak boleh terputus, bahkan setelah jam sekolah selesai.

PR memberi ruang bagi siswa untuk mengasah kemampuan secara mandiri. Tanpa PR, mereka bisa kehilangan kebiasaan belajar di rumah dan melemahkan rasa tanggung jawab pribadi.

Merdeka Belajar: Sejalan atau Berseberangan dengan Etos Islam?

Banyak orang menafsirkan merdeka belajar sebagai kebebasan memilih cara belajar yang menyenangkan dan tidak membebani siswa. Namun dalam Islam, kebebasan belajar tetap berlandaskan adab dan tanggung jawab.

Generasi Sandwich dan Birrul Walidain: Mengurai Dilema dengan Solusi Langit

Rasulullah SAW bersabda:
“Barang siapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim)

Menuntut ilmu tidak bisa berlangsung secara santai. Prosesnya menuntut kerja keras, komitmen, dan pengorbanan waktu. Jika siswa memahami merdeka belajar sebagai kebebasan tanpa kewajiban, maka mereka justru menjauhi semangat Islam yang mendorong usaha sungguh-sungguh dalam menuntut ilmu.

Gambar Ilustrasi Belajar Dirumah

Gambar Ilustrasi Belajar Dirumah

Belajar Mandiri Tanpa PR: Mungkin, tapi Butuh Kesadaran Tinggi

Sekolah tanpa PR tidak selalu buruk. Islam memuji pelajar yang bersungguh-sungguh mencari ilmu, bahkan tanpa perintah guru. Para ulama terdahulu menunjukkan teladan itu melalui upaya mandiri mereka.

Sayangnya, banyak siswa masa kini masih bergantung pada sistem dan arahan guru. Ketika sekolah menghapus PR, sebagian siswa justru kehilangan arah dan ritme belajar. Mereka butuh motivasi internal dan dukungan keluarga agar tetap memiliki semangat belajar.

Seorang siswa SMA di Jakarta mengaku, setelah sekolahnya menerapkan kebijakan tanpa PR, ia justru merasa semakin sulit mengatur waktu belajar. “Awalnya senang, tapi lama-lama bingung mau belajar apa di rumah. Akhirnya malah sibuk main HP,” ujarnya. Pengalaman ini menggambarkan bahwa semangat belajar bisa cepat hilang jika tidak dibarengi dengan kesadaran dan rutinitas yang kuat.

Birrul Walidain: Membangun Peradaban dari Meja Makan untuk Generasi Mulia

Tanggung Jawab Guru dan Orang Tua dalam Pendidikan Islam

Dalam Islam, pendidikan melibatkan peran rumah dan sekolah secara seimbang. Guru bukan satu-satunya pihak yang bertanggung jawab atas keberhasilan siswa. Ketika PR dihapus, rumah seharusnya menjadi tempat belajar utama, bukan hanya ruang istirahat.

Orang tua berperan sebagai murabbi atau pembina. Mereka perlu mendampingi anak menata waktu, menciptakan rutinitas belajar, dan menanamkan cinta ilmu. Tanpa dukungan itu, kebijakan sekolah tanpa PR akan kehilangan pijakan spiritual dan moral.

PR Bukan Beban, Tapi Latihan Ikhtiar

Sekolah tanpa PR dalam pandangan Islam tetap bisa diterima, asalkan siswa memiliki kesadaran tinggi untuk belajar secara mandiri. Dalam Islam, PR merupakan latihan mujahadah, yaitu usaha sungguh-sungguh di jalan ilmu.

Daripada menghapus PR sepenuhnya, lebih bijak jika sekolah memperbaiki kualitasnya. Buatlah PR yang aplikatif, relevan, dan mendorong kreativitas siswa. Dengan pendekatan ini, kita bisa menjaga nilai kedisiplinan sekaligus meringankan beban psikologis pelajar.(Hen)

Menerapkan Parenting Nabawi: Panduan Mendidik Karakter Anak Lewat Riyadus Shalihin

Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement