Setiap orang tua mendambakan anak yang saleh dan salihah. Mereka berharap buah hatinya tumbuh menjadi pribadi yang cerdas, berakhlak mulia, dan bermanfaat bagi sesama. Namun, tantangan zaman modern seringkali membuat orang tua bingung mencari metode pendidikan terbaik. Padahal, teladan sempurna telah hadir lebih dari 14 abad lalu. Beliau adalah Nabi Muhammad SAW, pendidik terbaik sepanjang masa.
Metode mendidik anak sejak dini ala Rasulullah bukanlah sekadar teori. Ini adalah pendekatan praktis yang terbukti berhasil membentuk generasi sahabat yang luar biasa. Prinsip-prinsip ini relevan sepanjang zaman karena berlandaskan fitrah manusia. Mari kita selami lebih dalam karakter dan prinsip pendidikan yang diajarkan oleh Rasulullah SAW.
1. Pendidikan dengan Keteladanan (Qudwah Hasanah)
Anak adalah peniru ulung. Mereka lebih mudah menyerap apa yang mereka lihat daripada apa yang mereka dengar. Rasulullah SAW memahami prinsip ini dengan sempurna. Beliau tidak hanya menyuruh, tetapi juga memberi contoh nyata dalam setiap aspek kehidupan.
Aisyah RA pernah ditanya tentang akhlak Rasulullah. Ia menjawab, “Akhlak beliau adalah Al-Qur’an.” Jawaban ini menunjukkan bahwa setiap perilaku, ucapan, dan keputusan Nabi adalah cerminan dari wahyu Allah. Bagi orang tua, ini adalah pelajaran fundamental. Jika ingin anak jujur, maka orang tua harus jujur terlebih dahulu. Jika ingin anak rajin beribadah, orang tua harus menjadi teladan dalam ibadahnya.
2. Curahan Kasih Sayang dan Kelembutan
Pendidikan ala Rasulullah jauh dari kekerasan dan bentakan karena fondasinya adalah cinta serta kasih sayang yang tulus. Hal ini dibuktikan dengan kebiasaan Beliau yang sering menunjukkan afeksi fisik kepada anak-anak, seperti saat mencium kedua cucunya, Hasan dan Husain, bahkan dengan sabar membiarkan mereka bermain di punggungnya ketika Beliau sedang salat.
Kasih sayang ini menumbuhkan rasa aman dan percaya diri pada anak. Anak merasa dihargai dan dicintai. Dalam sebuah hadis, Rasulullah SAW bersabda:
“Barangsiapa tidak menyayangi, maka ia tidak akan disayangi.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Kalimat ini sangat kuat. Kasih sayang adalah investasi. Dengan menyayangi anak, kita mengajarkan mereka cara untuk menyayangi orang lain.
3. Menanamkan Tauhid Sejak Awal
Pilar utama dalam mendidik anak sejak dini ala Rasulullah adalah menanamkan tauhid, yaitu mengenalkan Allah SWT sebagai satu-satunya Tuhan. Melalui pendidikan ini, akan terbangun fondasi spiritual yang kokoh pada diri anak. Dengan demikian, anak belajar bahwa ada Dzat Maha Kuasa yang senantiasa mengawasi, menyayangi, dan menjadi satu-satunya tempat untuk bergantung..
Lihatlah bagaimana Rasulullah mengajari Abdullah bin Abbas yang saat itu masih kecil:
“Wahai anakku, sesungguhnya aku akan mengajarkanmu beberapa kalimat: Jagalah Allah, niscaya Allah akan menjagamu. Jagalah Allah, niscaya engkau akan mendapati-Nya di hadapanmu…” (HR. Tirmidzi)
Nasihat ini disampaikan dengan lembut dalam suasana akrab. Beliau menanamkan konsep ketergantungan total kepada Allah sejak dini.
4. Bersikap Adil di Antara Anak-Anak
Favoritisme dapat merusak hubungan persaudaraan. Rasulullah SAW sangat menekankan pentingnya berlaku adil kepada semua anak. Tidak ada anak emas atau anak yang diabaikan. Semua berhak mendapatkan perhatian, hadiah, dan kasih sayang yang setara.
Kisah Nu’man bin Basyir menjadi bukti nyata. Ayahnya memberikan sebuah hadiah kepadanya dan meminta Rasulullah menjadi saksi. Nabi pun bertanya, “Apakah semua anakmu kau beri hadiah yang sama?” Sang ayah menjawab, “Tidak.” Maka, Rasulullah SAW menasihatinya:
“Bertakwalah kepada Allah dan berlakulah adil di antara anak-anakmu.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Keadilan orang tua menciptakan harmoni dalam keluarga.
5. Pendidikan Melalui Pembiasaan (Habituasi)
Karakter baik tidak terbentuk dalam semalam. Ia membutuhkan proses dan pembiasaan terus-menerus. Rasulullah mengajarkan untuk membiasakan anak melakukan kebaikan sejak kecil, terutama dalam ibadah.
Contoh paling populer adalah perintah tentang salat. Beliau bersabda untuk menyuruh anak salat pada usia tujuh tahun. Lalu, pada usia sepuluh tahun, orang tua boleh memberikan pukulan ringan yang mendidik jika anak lalai. Ini menunjukkan adanya proses bertahap. Anak dibiasakan terlebih dahulu sebelum ada konsekuensi.
6. Dialog Interaktif dan Nasihat yang Menyentuh
Rasulullah SAW jarang menggunakan perintah langsung yang kaku. Beliau lebih sering mengajak anak berdialog. Alih-alih memerintah secara kaku, Beliau memilih untuk bertanya, mendengarkan, dan memberikan nasihat dengan logika yang mudah mereka mengerti Pendekatan inilah yang membuat metode pendidikan Beliau terasa personal dan membuat anak merasa pendapatnya sangat dihargai.
Salah satu contoh terbaik adalah saat seorang pemuda meminta izin untuk berzina. Para sahabat marah, namun Rasulullah justru memanggilnya mendekat. Beliau bertanya dengan lembut, “Apakah engkau suka jika itu terjadi pada ibumu? Atau putrimu? Atau saudarimu?” Pemuda itu terus menjawab tidak. Akhirnya, pemuda itu paham dan berdoa, memohon Allah untuk menjauhkannya dari perbuatan tersebut.
7. Memberikan Apresiasi dan Pujian
Mengapresiasi usaha dan perbuatan baik anak adalah bagian penting dari pendidikan. Pujian yang tulus dapat meningkatkan semangat dan motivasi anak. Rasulullah tidak segan memuji para sahabatnya, termasuk yang masih muda, atas prestasi mereka.
Orang tua dapat menirunya dengan ucapan sederhana seperti “Masya Allah, hebat sekali,” atau “Terima kasih sudah membantu Ayah/Ibu.” Apresiasi ini menguatkan perilaku positif dan membuat anak merasa menjadi bagian penting dari keluarga.
Pola asuh dan metode mendidik anak sejak dini ala Rasulullah SAW adalah warisan berharga. Ia menawarkan pendekatan yang seimbang antara kelembutan, ketegasan, spiritualitas, dan psikologi. Dengan meneladani cara beliau, kita tidak hanya membentuk anak yang cerdas secara akademis, tetapi juga pribadi yang memiliki karakter mulia dan iman yang kuat.
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
