Sosok
Beranda » Berita » Keteladanan Haedar Nashir: Jejak Kepemimpinan dalam Cahaya Dakwah dan Kebangsaan

Keteladanan Haedar Nashir: Jejak Kepemimpinan dalam Cahaya Dakwah dan Kebangsaan

Jejak Kepemimpinan dalam Cahaya Dakwah dan Kebangsaan

Keteladanan Haedar Nashir dan Anugerah Bintang LVRI: Jejak Kepemimpinan dalam Cahaya Dakwah dan Kebangsaan.

 

Ditengah derasnya arus zaman yang seringkali mengaburkan batas antara keteladanan dan popularitas, masih ada sosok yang teguh berdiri membawa panji moralitas dan nilai-nilai luhur bangsa. Salah satunya adalah Prof. Dr. Haedar Nashir, M.Si., Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, yang baru saja menerima anugerah Bintang Legiun Veteran Republik Indonesia (LVRI)—sebuah penghargaan bergengsi yang tidak sembarangan diberikan.

Penghargaan ini diberikan kepada tokoh-tokoh yang dinilai berjasa luar biasa dalam membela, menjaga, dan memperjuangkan nilai-nilai kebangsaan, keutuhan NKRI, serta pengabdian yang terus hidup dalam ruh perjuangan kemerdekaan. Ini bukan sekadar simbol kehormatan, tetapi sebuah pengakuan atas peran strategis beliau dalam menjaga nilai-nilai Islam rahmatan lil ‘alamin di tengah bangsa yang plural dan majemuk.

Keteladanan dalam Kepemimpinan

Haedar Nashir bukanlah tokoh yang haus akan sorotan publik. Ia lebih dikenal sebagai pemikir, pendidik, dan pemimpin yang bekerja dalam diam namun berdampak besar. Sejak menjabat sebagai Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah pada tahun 2015, sosoknya menjadi simbol moderasi Islam yang berkarakter kuat: berilmu tinggi, berakhlak mulia, dan berwawasan kebangsaan yang mendalam.

Burnout dan Kelelahan Jiwa: Saatnya Pulang dan Beristirahat di Bab Ibadah

Dalam kepemimpinannya, Muhammadiyah terus melangkah dengan langkah pasti, memperluas kontribusi dalam bidang pendidikan, kesehatan, sosial, hingga diplomasi global. Ia membawa Muhammadiyah tidak hanya sebagai organisasi keagamaan, tetapi sebagai kekuatan strategis bangsa dalam menjawab berbagai tantangan zaman.

Menghidupkan Semangat Veteran di Era Milenial

Penganugerahan Bintang LVRI kepada Haedar Nashir adalah momen yang sarat makna. Ia menjadi jembatan antara generasi veteran pejuang kemerdekaan dengan generasi penerus bangsa, terutama kaum muda. Dalam berbagai ceramah dan tulisan, Haedar kerap mengingatkan pentingnya ruh perjuangan dan nasionalisme yang berbasis nilai.

Veteran bukan hanya tentang mereka yang memegang senjata di medan perang, tetapi juga mereka yang terus berjuang menjaga moralitas bangsa, mendidik generasi muda, dan melindungi NKRI dari perpecahan ideologis. Haedar Nashir, dengan gaya kepemimpinan intelektualnya, menegaskan bahwa dakwah yang mencerahkan dan kebangsaan yang mencerdaskan harus berjalan beriringan.

SMP Muhammadiyah 7 Surabaya: Menyemai Nilai dari Teladan

Tak heran jika SMP Muhammadiyah 7 Surabaya—sekolah yang dikenal sebagai “The School of Leaders”—ikut menyuarakan kebanggaan atas penghargaan ini. Dalam semangat “Sekolahnya Para Pemimpin”, mereka menyadari bahwa keteladanan seperti Haedar Nashir adalah cahaya penerang bagi visi pendidikan mereka: melahirkan generasi Qur’ani, tangguh, cerdas, dan berprestasi.

Momen penghargaan ini menjadi bahan pelajaran kontekstual yang sangat penting. Siswa tak hanya diajak mengenal tokoh, tapi juga memahami nilai perjuangan, arti pengabdian, serta urgensi menjaga bangsa dalam bingkai iman dan ilmu. Inilah pendidikan karakter yang hakiki: membentuk akhlak, menggugah kesadaran, dan menanamkan kecintaan kepada agama dan tanah air.

Seni Mengkritik Tanpa Melukai: Memahami Adab Memberi Nasihat yang Elegan

Muhammadiyah dan Visi Keumatan-Kebangsaan

Muhammadiyah selama ini dikenal sebagai organisasi Islam modernis yang sangat peduli terhadap pendidikan, kesehatan, dan pemberdayaan sosial. Di bawah kepemimpinan Haedar Nashir, peran itu semakin menguat. Pendekatan dakwah yang berakar pada akhlak, keilmuan, dan kebijaksanaan menjadikan Muhammadiyah mampu menjadi mitra strategis bangsa dalam menjaga harmoni sosial.

Haedar tidak pernah lelah mengingatkan pentingnya menjaga ukhuwah islamiyah, ukhuwah wathaniyah, dan ukhuwah insaniyah. Dalam satu wawancara, beliau menyatakan:
“Islam datang untuk memuliakan manusia, bukan menghakimi. Dalam konteks Indonesia, Islam harus hadir sebagai kekuatan pemersatu, bukan pemecah belah.”

Inilah wajah Islam berkemajuan yang menjadi arah gerak Muhammadiyah: religius, toleran, cerdas, dan berorientasi pada maslahat umat.

Refleksi untuk Generasi Muda

Penganugerahan ini bukan hanya untuk Prof. Haedar Nashir secara personal, melainkan juga sebagai inspirasi kolektif bagi generasi muda. Kita diajak untuk menumbuhkan rasa hormat kepada para pejuang bangsa, dan lebih penting lagi, menjadi pelanjut perjuangan itu dalam medan masing-masing: akademik, sosial, ekonomi, atau dakwah.

Di era disrupsi ini, semangat juang tidak lagi berupa bambu runcing, melainkan kecerdasan digital, integritas moral, serta keberanian dalam menegakkan kebenaran di tengah tekanan opini dan godaan pragmatisme.

Mengubah Insecure Menjadi Bersyukur: Panduan Terapi Jiwa Ala Imam Nawawi

Panggilan untuk Pendidikan yang Bermakna

Bagi dunia pendidikan, momen seperti ini harus dijadikan momentum memperkuat narasi positif. Sekolah-sekolah Muhammadiyah, termasuk SMP Muhammadiyah 7 Surabaya, memiliki tanggung jawab besar untuk menanamkan nilai uswah hasanah (keteladanan mulia) dalam setiap proses belajar-mengajar.

Bukan sekadar hafalan dan nilai rapor, tetapi karakter kuat yang berpijak pada akidah Islam, cinta tanah air, dan tanggung jawab sosial. Pencapaian Haedar Nashir haruslah menjadi bagian dari narasi pendidikan yang membentuk kepribadian unggul: berpikir kritis, berbicara santun, dan bertindak adil.

Akhir Kata: Penghargaan yang Menyentuh Jantung Umat

Penganugerahan Bintang Legiun Veteran Republik Indonesia (LVRI) kepada Prof. Dr. Haedar Nashir, M.Si. bukanlah sekadar seremoni. Ini adalah pengakuan negara kepada ulama dan intelektual yang telah menjaga bara perjuangan tetap menyala, walau tanpa peluru dan senjata.

Ini adalah sinyal bagi umat Islam dan seluruh warga bangsa bahwa pengabdian terbaik bisa lahir dari ruang kelas, mimbar dakwah, meja dialog, hingga tulisan-tulisan yang mencerahkan. Kita bersyukur masih memiliki tokoh sekelas Haedar Nashir—figur yang mengingatkan kita bahwa menjadi pemimpin bukan soal jabatan, tapi soal keteladanan.

SMP Muhammadiyah 7 Surabaya mengajak seluruh keluarga besar, alumni, siswa, dan masyarakat luas untuk mengambil pelajaran dari keteladanan ini. Mari kita terus belajar, tumbuh, dan berkontribusi untuk umat dan bangsa, sebagaimana yang telah ditunjukkan oleh para tokoh panutan kita.

Selamat dan sukses Prof. Dr. Haedar Nashir, M.Si.
Semoga Allah senantiasa memberi kekuatan dan keberkahan atas setiap langkah dakwah dan kepemimpinan Anda.

“Jika engkau tidak bisa menjadi matahari, cukup jadilah lentera kecil, asalkan ia memberi cahaya di tengah gelapnya zaman.” – Inspirasi dari Keteladanan Haedar Nashir. (Tengku Iskandar, M.Pd)


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement