Hikmah dari Ilmu & Teknologi
Ottoman menggunakan meriam besar (seperti Basilica cannon), teknologi canggih saat itu, untuk merobohkan tembok kokoh kota yang bertahan selama ribuan tahun .
Pelajaran: Islam mendorong umatnya untuk mengejar ilmu dan inovasi—tak peduli sumbernya—karena hikmah itu adalah “barang milik” muslim.
Persiapan Strategis & Kerjasama
Mehmed II tak hanya menelantarkan strategi, tapi juga merancang jangka panjang: persiapan logistik matang, aliansi politik (dengan menghindari konflik lain), hingga merekrut ahli seperti Orban sang insinyur .
Pelajaran: Kesuksesan datang dari visi, perencanaan strategis, dan kolaborasi lintas latar, bahkan dengan non-Muslim selama termanfaatkan etis.
Keteguhan, Psikologi & Moral Kepemimpinan
Mehmed tak hanya menerobos tembok; ia juga menggunakan psikologi perang—menebar kekuatan besar dan menjaga moral pasukan. Saat memasuki Hagia Sophia, ia menangis dan berdoa, menunjukkan sisi kemanusiaan dan bertawakkal .
Pelajaran: Pemimpin harus tegas namun bijak, menjaga moral, menyeimbangkan kekuatan dan empati.
Keyakinan & Ketergantungan pada Qadar
Penaklukan ini dianggap sebagai terwujudnya hadits Nabi ﷺ, “Konstantinopel pasti akan ditaklukkan…” .
Pelajaran: Usaha manusia penting, tetapi hasil akhir milik Allah. Ikhtiar seimbang dengan tawakkal, sebagaimana QS 13:11 dan QS 3:140 menegaskan tentang perubahan dan kasih sayang Allah.
Adab Setelah Kemenangan & Pluralisme
Alih-alih destruktif, Mehmed membangun: mengonservasi Hagia Sophia sebagai masjid, memberi hak tinggal pada umat Kristen–Yahudi, dan melakukan revitalisasi kota serta populasi .
Pelajaran: Kemenangan harus dimanfaatkan untuk menebar keadilan, toleransi, dan kemaslahatan—bukan sekadar kekuasaan.
Perubahan Tak Terelakkan & Refleksi Sejarah
Bizantium runtuh setelah berabad-abad jaya; Utsmani akhirnya bubar pada 1924. Siklus kemajuan dan kemunduran ini adalah sunatullah untuk diambil ibrah oleh setiap generasi .
Pelajaran: Dunia ini panggung ujian—manusia diuji dengan pasang naik turun—QS 3:185, 2:155.
Intisari Hikmah
- Keilmuan dan inovasi adalah pondasi kemajuan.
- Perencanaan matang dan kolaborasi strategis adalah langkah awal menuju sukses.
- Kepemimpinan adil menggabungkan ketegasan dan empati.
- Rely on Allah, bukan hanya pada kemampuan manusia.
- Keadilan dan kesejahteraan pasca-kemenangan mencerminkan nilai akhlak Islam.
- Refleksi sejarah mengingatkan kita bahwa perubahan adalah sunatullah, jadi terus belajar dan adaptif.
Seperti QS Ali Imran 3:140 dan QS Yunus 10:102 mengingatkan: masa silih berganti dijalankan agar manusia mengambil pelajaran, dan menghormati siapa yang berserah (iman) dan siapa yang mengabaikan (zalīm). Semoga kita berada di posisi yang bijak saat sejarah—baik global maupun personal—sedang “ditulis”.
“Pengkhianatan adalah Hutang yang Akan Selalu Ditagih”
(Ketika Sayap Kebenaran Terhenti, Maka Dunia Ikut Runtuh)
Pengkhianatan bukan hanya sebuah pelanggaran terhadap kesetiaan, tetapi pembunuhan karakter dengan racun kebohongan yang diselundupkan dalam narasi seolah-olah kebenaran. Ia seperti menembak induk burung yang sedang dalam perjalanan mencari makan untuk anak-anaknya—sebuah tindakan keji yang berdampak luas, bukan hanya pada korbannya, tetapi pada generasi yang menggantungkan harap.
Induk itu bukan sekadar statistik dari daftar fauna yang berkurang. Ia adalah:
Penjaga sarang,
Pencari makan,
Penghangat tubuh kecil di malam yang dingin.
Namun seseorang telah tega menembaknya.
Sayap kebenaran itu kini terhenti.
Dan ia takkan pernah kembali.
Bukan karena lupa jalan pulang,
Bukan karena cuaca buruk,
Tapi karena pengkhianatan merenggutnya di tengah jalan.
Tangis yang Tak Didengar
Di atas cabang pohon, tubuh-tubuh kecil di sarang masih mencicit.
Dengan suara lirih dan harapan yang mulai meredup:
“Ibu belum kembali… bersabarlah.”
“Tunggu sebentar lagi… ibu pasti pulang.”
Namun suara-suara itu adalah jeritan diam — luka dalam dari jiwa-jiwa yang kehilangan perlindungan dan kasih.
Anak-anak itu tak tahu bahwa sang Ibu tak akan pernah kembali.
Dan seperti itu pula, dampak dari pengkhianatan tak berhenti pada satu nyawa, tapi menyebar, mengguncang, dan menggurat luka pada banyak jiwa lain yang tak tampak.
Resonansi Duka dari Tindakan Keji
“Dalam satu aksi pengkhianatan, gema duka dan suara tangis akan terus menyebar ke seluruh semesta.”
— Seperti sayap kebenaran yang terhenti, maka dunia ikut runtuh.
Karena kebenaran tak bisa terbang bila ia dipatahkan oleh fitnah,
Karena keadilan tak bisa berdiri bila ia dibungkam oleh kepentingan,
Karena cinta tak bisa tumbuh bila ia dikubur oleh pengkhianatan.
Hikmah dari Seorang Ahli Hikmah
“Setiap tindakan yang menyakiti tidak berdiri sendiri. Ia memantul, bergema, dan menyisakan luka di tempat-tempat yang tak terlihat.”
— Irkif le Nifla
Inilah kenapa setiap pengkhianatan selalu menjadi hutang yang akan ditagih —
Bukan hanya oleh manusia, tapi oleh waktu, oleh sejarah, dan oleh Allah, Yang Maha Melihat Segala Pengkhianatan.
Ajakan dan Penutup
Mari kita terus mengepakkan sayap-sayap kebenaran, meski angin fitnah kencang menerpa.
Mari kita tegakkan amanah, rawat kesetiaan, dan jaga integritas.
Karena dunia ini tidak butuh lebih banyak pengkhianat.
Dunia ini butuh penjaga kebenaran yang tetap terbang, meski terluka.
Karena selama sayap kebenaran masih berdenyut di angkasa, harapan untuk dunia yang lebih adil dan penuh kasih akan tetap hidup. (Tengku Iskandar)
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
