Opinion
Beranda » Berita » Jangan Takut Meminta Yang Besar: Kita Meminta Kepada Allah, Bukan Manusia

Jangan Takut Meminta Yang Besar: Kita Meminta Kepada Allah, Bukan Manusia

Meminta berdoa

JANGAN TAKUT MEMINTA YANG BESAR: KITA MEMINTA KEPADA ALLAH, BUKAN MANUSIA.

“Saat sedang berdoa, jangan takut untuk meminta hal yang besar, karena kita meminta kepada Allah, bukan pada manusia.”

Kalimat ini menggugah. Terlihat sederhana, namun mengandung pemahaman mendalam tentang tauhid dan adab seorang hamba kepada Rabb-nya. Betapa sering manusia membatasi harapannya karena merasa kecil, tidak layak, atau pesimis terhadap kemustahilan. Padahal, yang ia tuju bukanlah sesama makhluk yang lemah, tapi Allah yang Maha Besar dan Maha Kuasa atas segala sesuatu.

1. Menyadari Siapa yang Kita Minta

Saat kita berdoa, sebenarnya kita sedang menunjukkan keyakinan kita kepada Allah. Allah bukan seperti manusia yang punya keterbatasan dalam memberi, mudah bosan saat diminta, atau bahkan enggan memberi karena iri. Allah Maha Pemurah, Maha Pemberi, dan Maha Mendengar.

Allah berfirman:

Menggali Peran Pemuda dalam Riyadus Shalihin: Menjadi Agen Perubahan Sejati

> “Dan Tuhanmu berfirman: ‘Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu…'” (QS. Ghafir: 60)

Perintah untuk berdoa ini bukan hanya sekadar perintah formal, tapi juga merupakan jaminan langsung dari Allah. Dia tidak hanya memerintahkan, tapi juga menjanjikan pengabulan. Maka, mengapa harus takut meminta sesuatu yang besar?

Bukankah Allah yang mampu menciptakan langit dan bumi dalam enam masa? Bukankah Dia yang menumbuhkan tanaman dari tanah yang mati, menghidupkan yang telah tiada, dan memberi rezeki kepada makhluk di laut dan darat tanpa harus menunggu permintaan?

2. Jangan Ragu Meminta Hal yang Mustahil

Di dalam sejarah para nabi dan orang-orang saleh, kita dapati banyak contoh bagaimana mereka meminta hal yang tampaknya mustahil — namun karena yakin kepada Allah, maka Allah kabulkan.

Nabi Zakariya berdoa meminta anak, padahal ia telah tua dan istrinya mandul. Namun Allah kabulkan, dan lahirlah Yahya, seorang nabi yang suci.

Pendidikan Adab Sebelum Ilmu: Menggali Pesan Tersirat Imam Nawawi

Maryam, wanita suci, mendapatkan buah-buahan di luar musim sebagai rezeki dari Allah, karena kedekatannya kepada-Nya.

Nabi Musa membelah laut dengan tongkatnya, karena yakin akan pertolongan dari Rabb-nya.

Semua ini mengajarkan kepada kita bahwa doa bukanlah sekadar seruan kosong. Doa adalah senjata. Bahkan dikatakan:

> “Doa adalah senjatanya orang mukmin, tiangnya agama, dan cahaya langit dan bumi.” (HR. Al-Hakim)

Jika kita meminta kepada manusia, pasti ada batasnya. Tapi jika kepada Allah, maka langit pun bukanlah batasnya.

Birrul Walidain: Membangun Peradaban dari Meja Makan untuk Generasi Mulia

3. Luaskan Doa, Luaskan Akhlak

Lihat bagaimana indahnya doa dalam gambar ini:

“Ya Allah, ampunilah dosa-dosa kami, luaskanlah akhlak kami…”

Banyak orang berdoa agar diluaskan rezekinya, tapi lupa berdoa agar diluaskan akhlaknya. Padahal akhlak adalah kunci keberkahan hidup. Banyak orang kaya tapi tidak bahagia karena akhlaknya sempit. Namun banyak orang sederhana yang damai hidupnya karena akhlaknya lapang.

Akhlak adalah cermin jiwa. Dan salah satu tanda doa yang dikabulkan adalah ketika seseorang semakin baik budi pekertinya.

4. Minta Rezeki yang Berkah, Bukan Sekadar Banyak

Doa selanjutnya:

“Berkahilah setiap rezeki yang kami peroleh…”

Rezeki yang berkah adalah rezeki yang membawa ketenangan, mempererat silaturrahmi, menumbuhkan amal salih, dan tidak membawa dosa. Banyak orang salah dalam menilai rezeki: selama banyak, dianggap berkah. Padahal ukuran berkah bukan pada kuantitas, tapi pada kualitas dan dampaknya terhadap keimanan.

Seseorang bisa saja punya sedikit rezeki, tapi cukup untuk semua keperluannya, menentramkan hati, dan menjadikannya bersyukur. Sebaliknya, ada yang punya banyak, tapi tidak pernah merasa cukup.

5. Ridha atas Ketetapan Allah

“Jadikanlah hati kami selalu ridha dengan apa yang Engkau tetapkan…”

Ini adalah salah satu puncak dari doa dan tauhid: ridha terhadap takdir Allah. Tidak semua yang kita minta akan langsung diberikan. Namun, jika hati ridha, maka tidak ada kekecewaan dalam penantian. Karena ridha bukan berarti pasrah tanpa usaha, tapi menerima bahwa semua yang datang dari Allah pasti yang terbaik.

Rasulullah ﷺ bersabda:

> “Sungguh menakjubkan urusan orang beriman. Sesungguhnya semua urusannya adalah kebaikan. Jika diberi kesenangan, ia bersyukur, dan itu baik baginya. Jika ditimpa kesulitan, ia bersabar, dan itu pun baik baginya.”
(HR. Muslim)

6. Jangan Biarkan Hati Terpaut Pada Dunia

“Dan jangan biarkan hati kami terpaut pada sesuatu yang Engkau palingkan dari kami.”

Doa ini menyentuh relung hati terdalam. Betapa banyak hal yang kita kejar, yang ternyata tidak Allah berikan. Terkadang kita bertanya, “Mengapa?” Tapi jika hati kita terlatih untuk percaya bahwa Allah Maha Mengetahui yang terbaik, kita akan berhenti mengeluh dan mulai belajar ikhlas.

Kadang kita sangat ingin sesuatu: pasangan, jabatan, bisnis, popularitas, tapi semua itu dijauhkan dari kita. Bukan karena Allah tidak menyayangi, tapi karena Allah tahu itu akan membahayakan akhirat kita. Maka, mintalah agar hati tidak terpaut kepada dunia yang Allah jauhkan.

7. Adab Dalam Berdoa: Jangan Pelit Minta Surga

Rasulullah ﷺ bersabda:

> “Jika kalian meminta kepada Allah, mintalah surga Firdaus, karena ia adalah surga yang paling tinggi dan paling tengah.”
(HR. Bukhari)

Ini menunjukkan bahwa kita boleh — bahkan dianjurkan — meminta yang besar. Jangan merasa rendah diri di hadapan Allah. Justru, orang yang merasa kecil dan hina di hadapan manusia, tapi sangat berharap kepada Allah, adalah hamba yang paling dicintai-Nya.

8. Menguatkan Keyakinan dalam Doa

Keyakinan dalam doa itu penting. Rasulullah ﷺ bersabda:

> “Berdoalah kepada Allah dalam keadaan yakin akan dikabulkan.” (HR. Tirmidzi)

Artinya, jangan hanya melafazkan doa, tapi libatkan hati yang yakin. Yakin bahwa Allah Maha Mendengar, Maha Kuasa, dan Maha Sayang kepada hamba-Nya.

Penutup: Jangan Takut Meminta Yang Besar

Wahai saudaraku, saat engkau bersimpuh dalam sujud atau duduk tenang di atas sajadahmu, jangan ragu untuk meminta hal-hal besar: keberkahan umur, keteguhan iman, surga Firdaus, keluarga yang sakinah, rezeki yang luas, dakwah yang berpengaruh, dan kematian husnul khatimah.

Karena engkau sedang meminta kepada Allah — bukan kepada manusia. Jangan batasi harapanmu hanya karena engkau merasa kecil. Sebab Allah tidak menilai besarnya permintaanmu, tapi besarnya keyakinanmu kepada-Nya.

Sebagaimana kata seorang ulama salaf:

“Aku malu meminta kepada Allah dunia, padahal Dia telah menjanjikan kepadaku surga.”

Maka, yakinlah. Minta yang besar. Dan mintalah dengan adab, dengan iman, dan dengan kerendahan hati. Karena ketika engkau berharap hanya kepada-Nya, engkau tak akan pernah kecewa.

Ya Allah, ampuni dosa-dosa kami, luaskan akhlak kami, berkahilah rezeki kami, ridhoilah hati kami, dan jangan biarkan hati kami terpaut pada dunia yang Engkau jauhkan dari kami. Kabulkanlah doa-doa kami, sekecil dan sebesar apapun itu. Aamiin. (Tengku Iskandar, M. Pd/H. Tommy)

 


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement