Opinion
Beranda » Berita » Cahaya di Balik Jeruji: Dakwah, Harapan, dan Jalan Pulang ke Allah

Cahaya di Balik Jeruji: Dakwah, Harapan, dan Jalan Pulang ke Allah

Cahaya di Balik Jeruji: Dakwah, Harapan, dan Jalan Pulang ke Allah

Cahaya di Balik Jeruji: Dakwah, Harapan, dan Jalan Pulang ke Allah.

📸 Gambar di atas memperlihatkan momen pembinaan rohani di dalam sebuah sel tahanan. Seorang dai berdiri di balik jeruji, menyampaikan nasihat agama kepada para tahanan yang duduk dengan khidmat. Di sampingnya, seorang ulama sepuh duduk tenang, sementara seorang petugas kepolisian berjaga di latar belakang.

Jeruji besi sering kali diasosiasikan dengan hukuman, keterasingan, dan keterbatasan. Namun, di balik dinding sempit dan ruang pengap itu, banyak jiwa yang justru menemukan kembali cahaya hidayah yang pernah padam. Gambar ini menangkap sebuah fragmen kehidupan yang penuh harapan — momen di mana hati-hati yang pernah tersesat kini mulai mencari jalan pulang menuju Allah ﷻ.

Dakwah yang disampaikan di balik jeruji adalah bentuk cinta yang paling tulus dari para ulama, dai, dan para pejuang kemanusiaan. Mereka tidak menuntut apa-apa kecuali menginginkan perubahan. Mereka datang bukan untuk menghakimi, tetapi untuk mengingatkan. Bukan untuk mencaci, tetapi untuk menyentuh hati. Karena hakikatnya, setiap insan, betapa pun suram masa lalunya, tetap memiliki pintu taubat yang selalu terbuka lebar.

Penjara: Tempat Pembinaan, Bukan Sekadar Hukuman

Islam memandang bahwa kesalahan manusia, meski berat, tidak menghapus potensi kebaikan yang masih tersimpan dalam diri. Rasulullah ﷺ bersabda:

Krisis Keteladanan: Mengapa Kita Rindu Sosok dalam Riyadus Shalihin?

> “Setiap anak Adam pasti berbuat salah, dan sebaik-baik orang yang bersalah adalah yang bertaubat.”
(HR. Tirmidzi, Ibnu Majah)

Oleh karena itu, penjara dalam perspektif Islam bukan sekadar tempat untuk menghukum, tetapi ladang subur untuk membina. Pemerintah dan aparat yang sadar akan hal ini akan berupaya menjadikan lembaga pemasyarakatan sebagai pusat perbaikan mental dan spiritual, bukan sekadar ruang isolasi sosial.

Di sinilah peran dakwah dan pembinaan rohani menjadi sangat penting. Seperti dalam gambar, seorang dai yang hadir di tengah-tengah para narapidana bisa menjadi obor penerang bagi jiwa-jiwa yang ingin berubah. Bimbingan agama yang disampaikan secara lembut dan menyentuh mampu meluluhkan kerasnya hati, menghidupkan semangat, dan memulihkan makna hidup.

Dai di Balik Jeruji: Menembus Batas, Menyentuh Nurani

Tugas seorang dai bukanlah hanya berdiri di atas mimbar masjid yang mewah, melainkan juga masuk ke lorong-lorong sempit yang gelap. Menyapa mereka yang terbuang, terlupakan, atau bahkan dibenci oleh masyarakat. Justru di sanalah sering kali Allah menghadirkan perubahan besar.

Para narapidana dalam gambar ini tampak antusias, menyimak dengan tenang. Mata mereka penuh harap, sebagian menunduk, mungkin menyesali kesalahan. Ada yang menangis dalam diam, mungkin mengenang masa lalu yang kelam. Tapi wajah-wajah itu tidak kehilangan cahaya. Mereka adalah manusia yang sedang belajar untuk bangkit.

Fenomena Flexing Sedekah di Medsos: Antara Riya dan Syiar Dakwah

Apa yang disampaikan sang dai bukan sekadar ceramah. Itu adalah suara dari lubuk hati, panggilan kepada fitrah suci yang mungkin selama ini terkubur oleh dosa dan kejahatan. Sebab tak ada manusia yang dilahirkan untuk menjadi penjahat, namun perjalanan hidup, lingkungan, dan nafsu seringkali menyesatkan langkah.

Taubat: Jalan Menuju Kehormatan Kembali

Islam memberi penghargaan besar bagi siapa saja yang bertaubat, tak peduli seberapa besar dosa yang telah diperbuat. Dalam Al-Qur’an, Allah ﷻ berfirman:

> “Katakanlah: Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri! Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Az-Zumar: 53)

Ini adalah ayat yang harus terus didengungkan dalam pembinaan di penjara. Karena banyak narapidana yang sebenarnya ingin berubah, tetapi dihantui rasa bersalah, malu, dan putus asa. Mereka merasa tidak lagi layak untuk menjadi baik. Maka tugas kita adalah menunjukkan bahwa Allah selalu membuka pintu kembali.

Dakwah di balik jeruji adalah bentuk nyata dari ayat ini. Menyapa mereka yang terpuruk, memberi mereka harapan, dan membimbing mereka untuk menyambut cahaya Allah yang masih menyinari jiwa mereka.

Meredam Polarisasi Bangsa Melalui Esensi Bab “Mendamaikan Manusia”

Mengubah Penjara Menjadi Madrasah Jiwa

Ketika pembinaan agama masuk ke penjara, maka tempat itu berubah fungsi. Ia bukan lagi sekadar ruang kurungan, tetapi menjadi madrasah — sekolah jiwa yang mendidik, menyadarkan, dan membentuk karakter.

Sudah banyak kisah inspiratif dari penjara yang berawal dari dakwah dan kajian seperti dalam gambar. Ada yang akhirnya hafal Al-Qur’an. Ada yang menjadi dai saat bebas. Bahkan ada pula yang menjadi pembimbing rohani bagi teman-temannya di dalam penjara.

Mereka mungkin tak lagi bebas secara fisik, tetapi ruhani mereka merdeka. Jiwa mereka telah menemukan arah. Dan ketika kelak mereka kembali ke masyarakat, mereka akan menjadi insan yang lebih baik daripada sebelumnya — bahkan lebih baik dari sebagian orang yang tidak pernah dipenjara.

Peran Aparat dan Masyarakat: Jangan Tambah Luka Mereka

Gambar ini juga menyiratkan peran penting aparat keamanan. Di latar belakang, tampak seorang petugas kepolisian yang mengawasi proses kajian. Ia tidak bersikap keras, tidak pula mengekang, tapi membiarkan suasana dakwah berlangsung hangat. Inilah contoh sinergi antara hukum dan agama.

Petugas yang baik adalah yang tidak hanya menjaga keamanan, tetapi juga mendukung rehabilitasi dan pembinaan moral. Sedangkan masyarakat di luar penjara pun harus belajar untuk tidak memvonis seumur hidup. Setiap orang berhak mendapatkan kesempatan kedua.

Penutup: Dakwah yang Menyentuh Akar Umat

Gambar ini adalah pelajaran besar bagi kita semua — bahwa dakwah harus menembus batas, termasuk batas besi dan tembok batu. Bahwa tak ada tempat yang terlalu gelap untuk cahaya Islam. Dan bahwa setiap manusia, betapa pun kelam masa lalunya, tetap memiliki peluang untuk menjadi kekasih Allah.

Semoga semakin banyak dai, ulama, relawan dakwah, dan aparat yang bekerja sama membina para tahanan dan narapidana. Karena mereka bukan sampah masyarakat, tetapi ladang amal bagi kita. Mereka bukan musuh, tetapi saudara yang sedang diuji.

Dan bagi kita semua di luar sana — ingatlah, kita semua bisa saja berada di posisi mereka, jika bukan karena hidayah dan penjagaan Allah. Maka bersyukurlah, dan jangan pernah lelah berdakwah, di mana pun, kapan pun, dan kepada siapa pun.

“Dakwah bukan hanya untuk yang saleh. Dakwah adalah cinta yang ditujukan untuk semua, terutama bagi mereka yang paling membutuhkannya.” (Tengku Iskandar)


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement