Tetesan Hening di Tengah Riak: Sebuah Renungan tentang Kehidupan dan Ketundukan.
Hujan tidak pernah memilih kepada siapa ia jatuh. Ia datang dengan penuh keikhlasan, membasahi yang kering, menghidupkan yang mati, dan menenangkan yang gelisah. Gambar ini, yang memperlihatkan tetesan air jatuh dari ujung daun menuju bunga kecil yang mengapung di atas permukaan air, adalah simbol ketenangan, ketundukan, dan harmoni dalam ciptaan Allah.
Dalam Islam, air bukan sekadar unsur fisik yang menyegarkan tubuh, tapi ia juga menjadi simbol kehidupan, keberkahan, dan pembersihan jiwa. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an:
> “Dan Kami jadikan dari air segala sesuatu yang hidup.”
(QS. Al-Anbiya: 30)
Bayangkan, setetes air kecil yang jatuh dari daun — tampak sepele — namun ia memiliki kekuatan untuk menciptakan riak di permukaan air, menyentuh bunga yang lembut, dan memberi kehidupan bagi sekelilingnya. Bukankah begitu pula peran seorang hamba yang tunduk kepada Tuhannya? Tulus, tenang, namun penuh pengaruh dan keberkahan bagi sekitar.
Daun yang Menunduk dan Air yang Jatuh
Daun dalam gambar ini tidak menolak air yang berkumpul di permukaannya. Ia menampung dengan sabar, dan saat waktunya tepat, ia melepaskannya perlahan ke bumi. Daun seolah-olah berkata: “Aku tak punya daya untuk menahan selamanya. Maka aku lepaskan ketika saatnya datang.”
Renungan ini sangat relevan bagi kehidupan manusia. Kita seringkali memikul beban yang sebenarnya bukan milik kita untuk ditanggung selamanya. Beban masa lalu, kekhawatiran masa depan, atau kesalahan yang telah berlalu — semua itu adalah tetesan yang suatu hari nanti harus kita lepaskan.
Ketika kita belajar ikhlas seperti daun, kita akan tahu kapan harus melepaskan dan kepada siapa harus menyerahkan: kepada Allah, Sang Pemilik semua beban.
Bunga yang Mengapung: Keteguhan di Atas Air Kehidupan
Di tengah riak air, tampak bunga kecil yang tetap mengapung dengan anggun. Ia tidak tenggelam, meski air terus bergerak. Ia tetap berdiri meski langit terus meneteskan hujan.
Inilah potret keteguhan seorang mukmin sejati. Seorang mukmin tidak kehilangan arah meskipun dunia terus bergejolak. Ia tetap berdiri dengan keyakinan dan keindahan akhlak, mengapung di atas tantangan kehidupan tanpa terbenam dalam keputusasaan.
> “Sungguh mengagumkan urusan orang beriman. Segala urusannya adalah baik baginya. Jika diberi kebaikan, ia bersyukur, dan itu baik baginya. Jika ditimpa kesusahan, ia bersabar, dan itu pun baik baginya.”
(HR. Muslim)
Bunga yang mengapung itu seperti hati yang tenang karena iman. Ia menjadi lentur, namun tidak hancur. Ia mengikuti gelombang, namun tidak larut dalam arus dunia. Ia hidup dan mekar karena ia tahu dari mana ia berasal dan ke mana ia kembal
Tetesan Air: Kecil, Tapi Mengubah Segalanya
Satu tetes air bisa menjadi awal dari banjir besar. Satu kata bisa menyembuhkan atau melukai. Satu doa bisa mengubah takdir. Maka jangan pernah meremehkan hal-hal kecil dalam hidup. Tetesan air dari daun itu — kecil dan hampir tak terlihat — namun ia memberi kehidupan pada bunga dan menciptakan gelombang di permukaan air.
Sebagaimana dikisahkan oleh Rasulullah ﷺ, seorang pelacur masuk surga karena memberi minum seekor anjing yang kehausan. Dan sebaliknya, seorang wanita yang salihah di mata manusia, justru masuk neraka karena menelantarkan seekor kucing tanpa diberi makan dan minum hingga mati. (HR. Bukhari dan Muslim)
Kebaikan bukan diukur dari besar atau kecilnya amal, tapi dari keikhlasan dan dampaknya.
Keheningan dalam Keseimbangan
Gambar ini penuh dengan keheningan. Tidak ada kebisingan. Hanya percikan air, dedaunan, dan ketenangan alam. Namun dalam diam itu, ada kehidupan. Ada pelajaran. Ada bahasa semesta yang berbicara kepada hati manusia yang mau merenung.
Inilah makna dari tafakkur, merenung dalam diam, menafakuri ciptaan Allah sebagai jalan mengenal-Nya. Rasulullah ﷺ bersabda:
> “Berpikir sesaat lebih baik daripada ibadah setahun.”
(HR. Abu Nu’aim)
Dalam kesibukan dunia modern yang penuh kebisingan, kita lupa bahwa kebijaksanaan justru lahir dari keheningan. Dalam diam, kita mendengar suara hati. Dalam tenang, kita mengenal siapa diri kita dan siapa Rabb kita.
Menghidupkan Hati yang Kering
Sebagaimana air membasahi dedaunan dan bunga, dzikir dan ilmu membasahi hati manusia yang mulai mengering karena kelalaian. Hati yang jauh dari Al-Qur’an dan doa akan menjadi kaku, keras, dan sulit menerima nasihat. Sebaliknya, hati yang senantiasa dibasahi dengan mengingat Allah akan selalu lembut, seperti tanah yang siap ditanami benih.
Allah SWT berfirman:
> “Ketahuilah, dengan mengingat Allah hati menjadi tenang.” (QS. Ar-Ra’d: 28)
Maka basahilah hatimu dengan air kehidupan: shalat malam, membaca Al-Qur’an, merenung di waktu fajar, serta bersyukur atas setiap tetes nikmat yang telah Allah berikan.
Pelajaran dari Gambar Ini
Gambar yang sederhana ini, jika direnungkan, mengajarkan banyak hal:
1. Ketundukan dan keikhlasan, seperti daun yang menampung dan melepas.
2. Keteguhan dalam menghadapi cobaan, seperti bunga yang mengapung di tengah riak.
3. Kekuatan dari hal-hal kecil, seperti tetesan air yang menciptakan riak dan kehidupan.
4. Pentingnya merenung dalam keheningan, untuk menyadari makna hidup.
5. Pembersihan hati dari kelalaian, dengan dzikir dan tafakkur terhadap alam.
Penutup: Jadilah Seperti Air
Air tak pernah membanggakan dirinya, namun seluruh makhluk membutuhkan kehadirannya. Ia tidak mencari tempat tinggi, tapi selalu turun ke tempat yang rendah — tanda kerendahan hati. Ia bisa menjadi lembut, tapi juga bisa menembus batu — tanda keteguhan dan kesabaran.
Maka jadilah seperti air:
Lembut, menyejukkan, bermanfaat, dan taat kepada Rabb-nya.
Setiap tetesan hidupmu, biarlah menjadi berkah bagi yang lain.
Setiap riak amalmu, biarlah menjadi jalan menuju keridhaan Allah.
Dan setiap keheningan hatimu, biarlah menjadi tempat Allah menanam cahaya-Nya.
> “Barang siapa yang bertawakal kepada Allah, maka Allah akan mencukupkannya.” (QS. At-Talaq: 3).
(Tengku Iskandar)
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
