Opinion
Beranda » Berita » Konsisten Bermuhammadiyah Sebagai Gerakan Dakwah

Konsisten Bermuhammadiyah Sebagai Gerakan Dakwah

Muhammadiyah

KONSISTEN BERMUHAMMADIYAH SEBAGAI GERAKAN DAKWAH.

 

 

1. Pendahuluan

Muhammadiyah bukan sekadar organisasi. Ia adalah gerakan dakwah tajdid (pembaharuan), pendidikan, dan sosial-keumatan yang berpijak pada Al-Qur’an dan As-Sunnah. Lahir dari kegelisahan atas realitas umat yang terjerumus dalam kebodohan, takhayul, bid’ah, dan kemunduran, Muhammadiyah hadir sebagai lentera pencerah. Maka, konsistensi dalam bermuhammadiyah bukan hanya loyalitas kepada organisasi, tapi juga bentuk kesetiaan kepada cita-cita dakwah Islam itu sendiri.

2. Muhammadiyah: Dakwah Amar Ma’ruf Nahi Munkar

Dakwah Muhammadiyah berorientasi pada amar ma’ruf nahi munkar dalam arti luas, yaitu menegakkan kebaikan secara kolektif dan melawan kemungkaran yang sistemik. Itulah sebabnya dakwah Muhammadiyah menyentuh berbagai aspek: pendidikan, kesehatan, sosial, ekonomi, hukum, hingga kebudayaan. Muhammadiyah tidak hanya membina masjid dan pengajian, tetapi juga membangun rumah sakit, sekolah, universitas, dan panti asuhan.

Bahaya Sinkretisme dan Pluralisme Agama

3. Gerakan Tajdid: Antara Idealisme dan Realitas

Konsistensi bermuhammadiyah berarti tidak mudah goyah oleh arus zaman. Di tengah derasnya gelombang liberalisme, sekularisme, dan radikalisme, Muhammadiyah tetap berjalan dalam koridor moderat: berkemajuan tapi tidak liberal, berhukum syar’i tapi tidak ekstrem. Di sinilah pentingnya kader-kader yang teguh dalam ideologi Muhammadiyah, tidak mudah terombang-ambing, serta terus bergerak aktif di medan dakwah.

4. Tantangan Kekinian dalam Gerakan Dakwah

Di era digital dan disrupsi informasi, dakwah Muhammadiyah menghadapi tantangan baru:

Dakwah yang bersaing di media sosial, menghadapi narasi-narasi sesat dan dangkal.

Dekadensi moral generasi muda, yang membutuhkan pendekatan dakwah yang kontekstual.

Komersialisasi agama, yang seringkali memanfaatkan simbol agama untuk kepentingan pribadi dan politik.

Jeritan Korban Malapetaka Banjir Aceh

Kemandekan semangat berorganisasi, karena banyak yang mulai apatis terhadap struktur dan mekanisme organisasi.

Oleh karena itu, kader Muhammadiyah perlu menguatkan militansi dakwah dan memperbarui cara berdakwah tanpa meninggalkan ruhul jihad.

5. Karakter Kader Muhammadiyah yang Konsisten

Konsistensi dalam bermuhammadiyah lahir dari pribadi-pribadi yang memiliki:

Idealisme yang kokoh: memahami tujuan Muhammadiyah bukan sebatas aktivitas, tapi perjuangan panjang menuju masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.

Kedalaman spiritual: memperkuat ruhiyah agar dakwah tidak kehilangan kekuatan batin.

Points Rektor UGM dan Kisah Politik Ijazah Jokowi

Keikhlasan dan kesabaran: tidak mengejar pujian atau popularitas.

Kemampuan adaptif: mampu menjawab kebutuhan zaman tanpa kehilangan jati diri.

Disiplin berorganisasi: patuh terhadap aturan, musyawarah, dan keputusan persyarikatan.

6. Konsisten Berkegiatan di Persyarikatan

Bermuhammadiyah bukan sekadar status di KTP atau ucapan di bibir. Ia butuh kehadiran nyata di:

Rapat-rapat dan pengajian cabang/ranting.

Amal usaha: mengajar di sekolah Muhammadiyah, menjadi relawan di rumah sakit, aktif di LAZISMU, dan lainnya.

Program-program sosial: pengabdian masyarakat, tanggap bencana, dan advokasi kemanusiaan.

Inilah bentuk nyata dari dakwah bil hal, bukan hanya bil lisan.

7. Menjadikan Dakwah sebagai Jalan Hidup

Dakwah tidak boleh menjadi sambilan. Bagi kader Muhammadiyah, dakwah adalah jalan hidup. Maka, apa pun profesi kita—guru, pedagang, dosen, petani, dokter, mahasiswa—semuanya harus diniatkan sebagai jihad dakwah. Sehingga, hidup menjadi bermakna dan bernilai ibadah.

Sebagaimana yang dicita-citakan KH Ahmad Dahlan: “Hidup-hidupilah Muhammadiyah, jangan mencari hidup di Muhammadiyah.” Sebuah kalimat sederhana, namun sarat makna perjuangan dan keikhlasan.

8. Menumbuhkan Semangat Jama’i (Kolektif)

Muhammadiyah bukan tempat tampilnya satu-dua tokoh saja. Ia adalah gerakan berjamaah yang bertumpu pada semangat kolektif. Maka, dalam dakwah Muhammadiyah, semangat berjamaah lebih utama dari ambisi pribadi. Fastabiqul khairat (berlomba dalam kebaikan) harus dibarengi dengan ta’awun (saling membantu) dan ukhuwah (persaudaraan).

9. Penutup: Konsistensi adalah Kunci Keberhasilan

Sejarah membuktikan, Muhammadiyah tetap eksis dan berkembang pesat selama lebih dari satu abad karena konsistensinya dalam dakwah, bukan karena jumlah atau kekayaan. Konsistensi ini dijaga oleh kader-kader militan yang istiqamah.

Mari kita jadikan hidup ini sebagai ladang dakwah. Bukan sekadar menjadi pengagum Muhammadiyah, tapi menjadi penggerak. Bukan hanya sebagai penonton sejarah, tapi pelaku perubahan. Konsisten bermuhammadiyah adalah bentuk cinta kepada Islam dan kepada bangsa. Wallahu a’lam bish-shawab. (Tengku Iskandar)


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement