Beranda » Berita » Barang Koleksi yang Merepotkan Kita di Akhirat

Barang Koleksi yang Merepotkan Kita di Akhirat

Barang Koleksi yang Merepotkan Kita di Akhirat

Barang Koleksi yang Merepotkan Kita di Akhirat.

 

Di zaman modern ini, tak sedikit dari kita yang gemar mengoleksi berbagai barang sebagai bagian dari hobi atau bentuk pencapaian gaya hidup. Barang-barang seperti kendaraan mewah, tas bermerek, sepatu edisi terbatas, atau pakaian dengan harga selangit menjadi simbol status sosial. Bahkan ada yang sengaja menyusun lemari dan garasi layaknya etalase pameran, semata-mata demi menunjukkan kepada orang lain betapa banyaknya koleksi yang dimilikinya.

Namun, di balik kesenangan duniawi itu, kita perlu merenungkan: apakah semua koleksi itu akan membantu kita di akhirat kelak, atau justru menjadi beban hisab yang memberatkan?

 

Burnout dan Kelelahan Jiwa: Saatnya Pulang dan Beristirahat di Bab Ibadah

Hobi Koleksi: Antara Kenikmatan dan Kelalaian

 

Tidak ada larangan dalam Islam untuk memiliki barang yang kita senangi. Islam tidak menolak keindahan, keteraturan, atau bahkan kekayaan. Namun yang ditekankan dalam ajaran Islam adalah bagaimana kita memanfaatkan nikmat tersebut serta niat di balik kepemilikannya.

Jika koleksi barang-barang duniawi itu hanya bertujuan untuk memuaskan nafsu dunia, menyombongkan diri, atau bahkan membuat kita lalai dari kewajiban sebagai hamba Allah, maka kita perlu waspada. Harta, jika tidak dimanfaatkan dengan baik, bisa berubah menjadi bumerang yang menyeret pemiliknya ke dalam hisab yang berat di hari kiamat.

Peringatan Rasulullah SAW tentang Pertanggungjawaban

Rasulullah SAW bersabda:

Seni Mengkritik Tanpa Melukai: Memahami Adab Memberi Nasihat yang Elegan

> “Tidak akan bergeser telapak kaki seorang hamba pada hari kiamat (sebelum dia ditanya dan diminta pertanggungjawaban) tentang umurnya, bagaimana dihabiskannya; tentang ilmunya, bagaimana dia mengamalkannya; tentang hartanya, dari mana dia peroleh dan ke mana dibelanjakannya; dan tentang tubuhnya, untuk apa dia gunakan.” (HR. At-Tirmidzi)

Hadits ini memberikan peringatan yang sangat mendalam. Kita akan diminta menjawab dengan jujur:

Dari mana kita memperoleh harta? Apakah dari jalan yang halal atau sebaliknya?
Ke mana harta itu dibelanjakan? Apakah hanya untuk keinginan pribadi atau juga untuk manfaat umat?
Apakah kita menyisihkan harta itu untuk sedekah, zakat, membantu yang membutuhkan, atau hanya menumpuknya sebagai koleksi yang jarang dipakai?

 

Koleksi yang Menumpuk: Mubadzir dan Membahayakan

 

Mengubah Insecure Menjadi Bersyukur: Panduan Terapi Jiwa Ala Imam Nawawi

Kita perlu menyadari bahwa mengoleksi barang tanpa memanfaatkannya termasuk dalam kategori tabdzir (pemborosan), yang dikecam dalam Al-Qur’an:

> “Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan.” (QS. Al-Isra: 27)

Ketika pakaian hanya tergantung di lemari berbulan-bulan tanpa dipakai, sepatu menumpuk hingga berdebu, atau kendaraan mewah hanya dipanaskan lalu kembali diparkir—maka semua itu bukan lagi keberkahan, melainkan potensi hisab yang memberatkan.

Mengapa Tak Disedekahkan Saja?

Bayangkan jika tas mahal yang hanya kita simpan di lemari diserahkan kepada janda yang harus mengais rezeki. Atau sepatu branded yang hanya jadi pajangan, diberikan kepada anak yatim yang tiap hari ke sekolah dengan sandal bolong. Bukankah nilai manfaatnya jauh lebih besar?

Sedekah tak akan mengurangi harta kita. Sebaliknya, justru melipatgandakannya, sebagaimana janji Allah:

> “Perumpamaan orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah seperti sebutir biji yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai ada seratus biji. Allah melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki.” (QS. Al-Baqarah: 261)

Jadi, mengapa kita harus membiarkan barang-barang itu menjadi beban hisab, jika kita bisa menjadikannya investasi amal jariyah?

Koleksi Duniawi vs Koleksi Pahala

Manusia memang cenderung mencintai harta dan ingin memilikinya sebanyak-banyaknya. Namun, Rasulullah SAW telah memperingatkan:

> “Seandainya anak Adam memiliki dua lembah harta, niscaya dia menginginkan lembah yang ketiga.”
(HR. Bukhari dan Muslim)

Karena itu, perlu adanya keseimbangan antara kecintaan dunia dengan kesadaran akhirat. Kalau pun kita gemar mengoleksi, maka koleksilah pahala:

Koleksi sedekah yang ikhlas
Koleksi doa-doa yang mustajab
Koleksi bantuan terhadap orang lemah
Koleksi ilmu yang bermanfaat
Koleksi amal jariyah

Semua itu akan menyambut kita di alam kubur dan di akhirat kelak sebagai penolong, bukan beban.

 

Langkah Praktis untuk Menghindari Hisab Berat

 

1. Evaluasi Koleksi Anda Ambil waktu sejenak untuk memeriksa lemari, garasi, dan laci-laci penyimpanan. Tanyakan: “Apakah barang ini masih saya pakai?” Jika tidak, pertimbangkan untuk memberikannya kepada yang membutuhkan.
2. Tetapkan Batas Koleksi Buat batas jumlah barang yang Anda koleksi. Misalnya, cukup memiliki 5 pasang sepatu yang rutin digunakan. Sisanya? Hadiahkan kepada orang lain.
3. Jadwal Sedekah Barang Setiap 3 atau 6 bulan, agendakan “pembersihan lemari” untuk menyumbangkan barang-barang yang masih layak guna.
4. Tanamkan Niat Ibadah Jika Anda membeli barang baru, niatkan agar barang itu bisa dipakai juga untuk kebaikan. Misalnya: “Saya beli baju ini agar bisa dipakai saat ceramah, mengisi kajian, atau silaturahmi ke rumah yatim.”
5. Ajarkan kepada Anak dan Keluarga Edukasi keluarga bahwa kepemilikan barang bukan untuk pamer, tapi untuk digunakan secara manfaat. Jadikan rumah tangga sebagai ladang amal, bukan hanya tempat menumpuk dunia.

 

Penutup: Dunia Sementara, Akhirat Selamanya

 

Rasulullah SAW telah mengingatkan bahwa hisab di akhirat kelak tidaklah ringan, dan setiap nikmat yang diberikan Allah akan dimintai pertanggungjawaban. Maka, kita harus bijak dalam memanfaatkan setiap harta yang kita miliki. Jangan sampai barang-barang koleksi yang kita banggakan di dunia menjadi alasan kita tersungkur di hadapan Allah karena kelalaian kita dalam menunaikan hak-hak atasnya.

Mari kita jadikan setiap nikmat menjadi ladang pahala. Jangan menunggu ajal menjemput baru menyesal karena terlalu banyak menumpuk dunia dan lupa berbagi. SALAM SEHAT DAN BAROKAH, Semoga kita semua termasuk orang-orang yang cerdas dalam memanfaatkan harta, dan selamat dari hisab yang berat di hari pembalasan. Aamiin. (Tommy Eka Purnama/T. Iskandar)


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement