Di era yang penuh dengan overthinking, banyak generasi muda Muslim menghadapi tantangan ini. Mereka takut ibadahnya tidak sah. Mereka cemas doanya tidak diterima. Sedikit kesalahan terasa seperti jurang yang menjauhkan mereka dari Allah. Padahal, overthinking dalam islam telah membedakan dengan jelas antara waswas (bisikan setan), kehati-hatian (taharri), dan tawakal. Memahami perbedaan ini akan membebaskan kita dari ibadah yang penuh kecemasan.
Rasulullah SAW memberikan sebuah peringatan penting tentang bisikan halus setan. Beliau bersabda:
“Sesungguhnya setan mendatangi salah seorang dari kalian seraya berkata, ‘Siapa yang menciptakan ini dan itu?’ sampai ia berkata, ‘Siapa yang menciptakan Tuhanmu?’ Maka jika sudah sampai di situ, hendaklah ia memohon perlindungan kepada Allah dan berhenti (berpikir lebih lanjut).”
(HR. Bukhari & Muslim)
Hadis ini membuka pemahaman kita tentang gangguan pikiran. Seseorang berwudhu sangat lama, bahkan hingga belasan menit. Ia terus mengulang basuhan karena takut tidak sempurna. Seorang lain menangis tersedu setelah shalat. Ia khawatir doanya tidak akan pernah didengar. Ini bukan lagi sekadar kehati-hatian. Ini adalah gejala “overthinking ibadah” yang bisa menyiksa batin.
Memahami Waswas: Bisikan yang Merusak Ibadah
Secara bahasa, waswas berarti bisikan. Dalam istilah syariat, waswas adalah gangguan dari setan. Tujuannya membuat seorang hamba terus-menerus merasa ragu dalam ibadahnya. Contohnya sangat umum terjadi dalam keseharian kita:
-
Ragu apakah sudah membaca Al-Fatihah dengan lengkap.
-
Bimbang apakah wudhunya sudah batal atau belum.
-
Tidak yakin dengan jumlah rakaat shalat yang dikerjakan.
-
Khawatir sedekahnya tidak ikhlas dan tercampur riya.
Nabi Muhammad SAW menjelaskan fenomena ini secara spesifik.
“Setan datang kepada salah satu dari kalian dalam shalatnya lalu membisikkan: ‘Ingat ini dan itu,’ sampai akhirnya dia tidak tahu berapa rakaat yang telah dia kerjakan.” (HR. Bukhari)
Islam memberikan solusi tegas untuk memutus siklus ini. Sebuah kaidah fikih penting menyatakan:
“Keyakinan tidak hilang karena keraguan.”
Artinya, jika Anda yakin sudah berwudhu, maka keraguan yang datang setelahnya harus diabaikan.
Batas Wajar Kehati-hatian: Kapan Menjadi Waswas?
Sikap hati-hati (taharri) dalam beribadah sangat dianjurkan. Namun, ia memiliki batas yang jelas. Ketika kehati-hatian berubah menjadi siklus pengulangan tanpa akhir, ia telah masuk ke wilayah waswas. Imam Ibnu Qudamah dalam kitabnya, Al-Mughni, menegaskan hal ini. Jika seseorang sudah selesai berwudhu lalu timbul keraguan, ia tidak perlu mengulanginya.
Islam adalah agama yang membawa kemudahan, bukan kesulitan.
“Sesungguhnya agama ini mudah.” (HR. Bukhari)
Allah tidak ingin ibadah menjadi beban mental yang berat. Justru, waswas menjauhkan kita dari kekhusyukan, yang merupakan ruh dari setiap ibadah.
Tawakal dan Husnuzhan: Obat Ampuh Melawan Cemas
Solusi spiritual untuk overthinking adalah husnuzhan dan tawakal. Husnuzhan berarti berbaik sangka kepada Allah. Sedangkan tawakal adalah menyerahkan hasil kepada-Nya setelah berusaha maksimal. Allah SWT berfirman dalam sebuah hadis qudsi:
“Aku sesuai dengan prasangka hamba-Ku kepada-Ku.” (HR. Bukhari)
Ketika kita terlalu cemas ibadah tidak diterima, kita lupa bahwa Allah Maha Pengasih. Padahal Allah menghargai setiap usaha, bukan menuntut kesempurnaan mutlak. Tawakal bukanlah sikap pasrah tanpa usaha, akan tetapi ia adalah melakukan yang terbaik, lalu melepaskan hasilnya kepada Allah dengan penuh keyakinan. Oleh karena itu, inilah jalan tengah yang menyeimbangkan antara waswas dan kelalaian.
Langkah Praktis Menenangkan Hati dari Overthinking dalam Islam
Islam menawarkan beberapa terapi praktis untuk hati yang gelisah.
-
Perbanyak Zikir dan Istighfar
Dzikir menenangkan jiwa dan menjadi perisai dari bisikan setan dan menyingkirkan overthinking dalam Islam. Allah berfirman:“Hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenang.” (QS. Ar-Ra’d: 28)
-
Laksanakan Shalat Sunnah
Jangan hanya fokus pada sah atau tidaknya ibadah wajib. Laksanakan shalat sunnah untuk menumbuhkan rasa cinta, bukan sekadar menggugurkan kewajiban. -
Jangan Takut Salah, tapi Belajarlah
Kesalahan adalah bagian dari proses. Manusia tempatnya salah dan lupa. Yang terpenting bukan kesalahannya, melainkan kemauan kita untuk belajar dan memperbaikinya. -
Cari Bimbingan dari Guru atau Ahli
Jika overthinking sudah mengganggu aktivitas harian, jangan ragu mencari bantuan. Oleh karena itu, berkonsultasi dengan guru agama atau konselor Islami adalah langkah yang sangat dianjurkan.
Beribadah dengan Cinta, Bukan Cemas
Islam mengajarkan kita beribadah dengan cinta dan harapan. Bukan dengan rasa takut yang berlebihan dan menyiksa. Allah Maha Tahu kelemahan kita sebagai manusia. Dia tahu kita bisa lupa, ragu, bahkan keliru. Namun, rahmat-Nya jauh lebih luas dari seluruh kecemasan kita.
Ibadah seharusnya menjadi ruang untuk menemukan kedamaian. Ia bukanlah ladang untuk menanam ketakutan. Oleh karena itu, jika Anda sedang berjuang melawan keraguan, ingatlah ini. Allah tidak menilai kesempurnaan gerakanmu. Namun, Allah melihat kesungguhan hatimu untuk mendekat kepada-Nya.
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
