Kisah
Beranda » Berita » Pemulung yang Berbagi: Kisah Sedekah Dalam Kaleng dan Kantong Plastik

Pemulung yang Berbagi: Kisah Sedekah Dalam Kaleng dan Kantong Plastik

Gambar Pemulung
Gambar Pemulung

Penulis Artikel : Hendri Hasyim

SURAU.CO-Pemulung yang berbagi bukan sekadar cerita langka. Ini adalah kisah nyata dari seorang pria tua bernama Pak Dul. Ia hidup sederhana dan menggantungkan hidup dari botol bekas serta kardus yang ia kumpulkan. Namun, meski hidupnya penuh keterbatasan, hatinya tak pernah kering dari niat berbagi.

Setiap hari, ia mendorong gerobaknya menyusuri pasar tradisional. Kaleng bekas dan kantong plastik menjadi simbol sedekah kecil yang ia berikan. Meskipun ia miskin secara materi, kisah pemulung dermawan ini menunjukkan kekayaan jiwanya.


Hati Tulus di Tengah Kesederhanaan

Pagi-pagi sekali, Pak Dul mulai bekerja. Ia menyusuri gang sempit dan lorong-lorong pasar. Gerobaknya berisi botol dan kardus bekas yang akan ia jual di pengepul.

Namun, ia tidak menggunakan semua hasil itu untuk dirinya sendiri. Ia menyisihkan sebagian kecil. Ia membeli mie instan, telur, atau sebungkus nasi padang. Lalu, ia memasukkannya ke dalam kantong plastik. Ia letakkan di depan rumah orang-orang yang menurutnya membutuhkan.

Pasca Wafatnya Rasulullah: Sikap Abu Bakar Menghadapi Kemurtadan

Tanpa bicara, tanpa pamer, ia memberi. Itulah bentuk berbagi di tengah kemiskinan yang tidak banyak orang lakukan hari ini.

Gambar Pemulung Sampah

Pemulung Sampah

Saat Banyak Orang Lupa, Ia Tetap Ingat

Suatu hari, Bu Salma, pedagang sayur di pasar, menemukan kantong kecil berisi makanan. Beberapa kali ia mengalaminya. Akhirnya, ia memutuskan untuk memperhatikan siapa yang meletakkannya.

Ternyata, Pak Dul yang diam-diam menaruh bantuan itu. Ketika ditanya, ia hanya menjawab singkat, “Saya tahu rasanya lapar.”

Jawaban itu sederhana, tetapi menyentuh. Ia tidak perlu kata-kata manis. Perbuatannya sudah cukup untuk menjelaskan segalanya.


Kaleng dan Plastik yang Penuh Makna

Pak Dul tidak ingin dikenal. Ia tidak ingin dibantu. Bahkan saat ada warga yang ingin memberinya uang lebih, ia menolak dengan sopan. Ia percaya, memberi itu harus datang dari hati, bukan karena balasan.

Penaklukan Thabaristan (Bagian 2): Kemenangan di Era Umayyah

Ia tidak pernah mencantumkan nama pada bantuannya. Bahkan, ia tidak ingin orang tahu dari mana sedekah itu datang. Kaleng dan plastik itu hanyalah wadah. Nilai sebenarnya ada pada keikhlasan.


Menggerakkan Banyak Hati

Kisah pemulung yang berbagi ini menyebar dari mulut ke mulut. Masyarakat mulai berubah. Mereka mulai menyisihkan makanan sisa untuk dibagikan. Beberapa anak muda pun tergerak untuk membuat gerakan kecil.

Pak Dul tidak menyuruh siapa pun. Tapi tindakannya menjadi teladan. Ia tidak hanya menggerakkan tangan orang lain, tetapi juga menyentuh hati mereka.


Memberi Tak Perlu Banyak

Kita sering berpikir, hanya orang kaya yang bisa memberi. Namun, Pak Dul membuktikan bahwa siapa pun bisa melakukannya. Asal punya hati yang peduli, maka memberi jadi mudah.

Tidak perlu viral. Tidak perlu panggung. Kebaikan itu cukup datang dari niat tulus dan keberanian untuk bertindak.

Penaklukan Thabaristan: Merebut Negeri Kapak Persia di Masa Utsmaniyah


Jejak Kebaikan Tak Selalu Terlihat

Pemulung yang berbagi ini mungkin tidak muncul di televisi atau media sosial. Namun, kisahnya hidup di hati orang-orang yang pernah merasakan bantuannya. Ia tidak meninggalkan nama, tapi meninggalkan jejak yang dalam di hati banyak orang. Setiap langkah kecilnya menjadi pengingat bahwa kebaikan tidak harus disorot kamera atau diumumkan di media sosial.

Jejak itu mungkin tak terlihat mata, namun terasa oleh siapa saja yang pernah menerima atau mendengar kisahnya. Di tengah dunia yang makin sibuk dan individualistis, tindakan sederhana seperti miliknya mampu menjadi oase. Semoga kisahnya menginspirasi lebih banyak orang untuk mulai berbagi. Tak perlu menunggu kaya, tak perlu menunggu waktu luang. Berbagilah sekarang, sekecil apa pun bentuknya. Karena kebaikan, sekecil apa pun, selalu punya arti besar.


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement