Internasional
Beranda » Berita » HAM, Dalam Bayang-Bayang Geopolitik Internasional

HAM, Dalam Bayang-Bayang Geopolitik Internasional

HAM
Logo Organisasi HAM Internasional

Penulis Artikel Hendri Hasyim

SURAU.CO-Hak Asasi Manusia (HAM) seharusnya melindungi martabat setiap individu tanpa memandang negara, suku, agama, atau ideologi. Namun dalam kenyataannya, banyak negara mempermainkan isu Hak Asasi Manusia (HAM) demi kepentingan politik. Artikel ini menjelaskan bagaimana sering menjadi alat geopolitik dan bagaimana hal itu memengaruhi keadilan dunia.

Ketimpangan dalam Penegakan HAM

Negara-negara besar kerap menghindari sorotan global meski melakukan pelanggaran Hak Asasi Manusia . Sebaliknya, negara kecil sering mendapat tekanan luar biasa. Misalnya, dunia terus mengkritik pelanggaran HAM di Yaman dan Suriah. Tapi saat pelanggaran terjadi di Xinjiang atau Guantanamo, negara-negara kuat justru bungkam atau saling membela.

Fenomena ini menunjukkan bahwa kekuatan politik lebih berperan dalam penegakan Hak Asasi Manusia daripada prinsip keadilan. Negara yang kuat mengendalikan narasi Hak Asasi Manusia , sementara negara lemah justru menjadi sasaran kecaman.

UNHRC

Logo UNHRC Lembaga Perlindungan HAM Internasional

HAM Jadi Alat Politik Global

Banyak negara memakai isu Hak Asasi Manusia untuk menekan lawan politiknya. Tuduhan pelanggaran Hak Asasi Manusia menjadi alasan pemberian sanksi, embargo, bahkan intervensi militer. Di balik tuduhan itu, sering kali terselip kepentingan ekonomi atau keamanan nasional.

Mengupas Kitab Kopi dan Rokok Syaikh Ihsan Jampes

Amerika Serikat, contohnya, terus menyoroti pelanggaran Hak Asasi Manusia di Iran dan Korea Utara. Tapi pada saat yang sama, negara sekutunya yang memiliki catatan HAM buruk justru dibiarkan. Standar ganda ini memperlemah kredibilitas perjuangan Hak Asasi Manusia .

Organisasi Internasional Masih Terikat Politik

PBB, Amnesty International, dan Dewan HAM memang mengusung misi kemanusiaan. Namun, keputusan mereka sering dipengaruhi kepentingan politik negara anggotanya.

Dewan Keamanan PBB, misalnya, tidak bisa menjalankan tindakan tegas ketika satu negara dengan hak veto menolak keputusan. Akibatnya, laporan HAM hanya menjadi dokumen tanpa kekuatan hukum yang nyata.

Dalam kasus Palestina, berbagai laporan mengungkap pelanggaran Hak Asasi Manusia yang serius. Tapi veto dari negara besar selalu menghalangi langkah konkret untuk menghentikannya.

Media Global Mengarahkan Persepsi Publik

Media memainkan peran besar dalam menentukan kasus Hak Asasi Manusia mana yang disorot atau diabaikan. Negara yang mengendalikan media internasional bisa membentuk opini publik sesuai keinginannya.

Introvert: Mengenali Diri dan Merayakan Keunikan Batin

Kasus Rohingya di Myanmar, misalnya, baru menjadi isu global setelah aktivis dan jurnalis independen membagikan bukti-bukti nyata ke dunia. Sebelumnya, banyak media besar mengabaikannya atau melaporkannya dengan narasi yang sangat ringan.

Aktivis HAM

Aktivis, LSM, jurnalis, dan akademisi terus berjuang memperjuangkan keadilan. Mereka mengangkat kasus-kasus yang tidak diliput media besar dan mendorong dunia untuk peduli.

Teknologi digital ikut membantu. Kini, siapa pun dapat merekam pelanggaran dan menyebarkannya secara luas melalui media sosial. Bukti visual dan suara korban bisa menggugah empati publik.

Namun, disinformasi juga mudah tersebar. Karena itu, masyarakat perlu meningkatkan literasi digital agar bisa memilah informasi yang benar dari hoaks.

Harapan untuk Masa Depan HAM yang Lebih Adil

Meski tantangan besar terus mengadang, harapan untuk sistem HAM yang lebih adil tetap ada. Dunia membutuhkan mekanisme internasional yang netral dan bebas dari tekanan politik.

Ajining Raga Saka Busana: Menyelami Etika Jawa dalam Arus Modernisasi

Edukasi di tingkat masyarakat juga penting. Semakin banyak orang memahami hak dasarnya, semakin kuat tekanan terhadap pemerintah yang melanggarnya.

Keadilan HAM Masih Jadi Perjuangan

Hak Asasi Manusia adalah prinsip dasar kemanusiaan, tetapi realitasnya masih jauh dari harapan. Kepentingan politik terus mendikte siapa yang mendapat keadilan dan siapa yang diabaikan.

Namun, perjuangan belum berakhir. Semakin banyak orang bersuara, semakin besar kemungkinan untuk menciptakan dunia yang lebih adil. Kita semua bertanggung jawab menjaga agar Hak Asasi Manusia tidak menjadi alat kekuasaan, tetapi benar-benar menjadi pelindung bagi setiap manusia.



Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement