Raja Ali Haji adalah salah satu tokoh besar dalam sejarah kebudayaan dan sastra Melayu. Lahir pada tahun 1808 di Pulau Penyengat, Kepulauan Riau. Ia berasal dari keluarga bangsawan dan terpelajar. Ayahnya, Raja Haji Ahmad, adalah penulis dan ulama terkemuka yang turut menginspirasi perkembangan intelektual putranya sejak kecil.
Raja Ali Haji tumbuh dalam lingkungan istana yang kaya akan literatur dan ilmu keislaman. Ia belajar berbagai ilmu seperti bahasa Arab, ilmu fiqih, sejarah Islam, serta sastra Melayu klasik dari guru-guru istana dan tokoh-tokoh ulama dari Timur Tengah.
Karya-karya
Salah satu pencapaian terbesarnya adalah penyusunan kamus pertama Bahasa Melayu, yang berjudul Kitab Pengetahuan Bahasa. Beliau juga menulis karya sejarah penting berjudul Tuhfat al-Nafis yang mengisahkan sejarah kerajaan-kerajaan Melayu seperti Johor, Riau, dan Lingga.
Karyanya yang lain juga dikenal luas yakni Gurindam Dua Belas. Sebuah puisi berisi ajaran moral dan nilai-nilai Islam. Ajaran Moral yang terkandung dalam Gurindam Dua Belas merupakan ajaran atau petunjuk moral bagi setiap orang. Berisi pesan-pesan dakwah yang berkaitan dengan ibadah, pribadi, kewajiban raja, kewajiban anak terhadap orang tuanya, kewajiban orang tua terhadap anaknya, ciri-ciri masyarakat, dan lain-lain
Karya-karya Raja Ali Haji tidak hanya mengandung nilai sastra, tetapi juga memperlihatkan sikap intelektual dan kritis terhadap zaman. Ia mengangkat pentingnya adab, ilmu, dan akhlak dalam kehidupan, serta menekankan peran bahasa sebagai identitas bangsa.
Gurindam Dua Belas
Beberapa isi dari Gurindam Dua Belas karya Raja Ali haji yakni:
Pasal 1: Barang siapa mengenal yang empat, Maka ia itulah orang yang ma’rifat. Maknanya: mengenal Tuhan, diri, dunia, dan akhirat adalah kunci untuk mencapai kebijaksanaan sejati.
Pasal 2: Barang siapa mengenal Allah,Suruh dan tegahnya tiada ia menyalah. Maknanya: seseorang yang mengenal Allah dengan baik tidak akan melanggar perintah dan larangan-Nya.
Pasal 3: Apabila terpelihara mata, Sedikitlah cita-cita. Maknanya: menjaga pandangan akan menghindarkan dari hawa nafsu dan keinginan yang buruk.
Pasal 4: Apabila lidah banyak dusta, Maka hilanglah harga dirinya. Maknanya: berkata dusta merendahkan martabat seseorang.
Jejak Risalah
Sebagai cendekiawan Muslim, Raja Ali Haji juga memberikan kontribusi besar dalam bidang pendidikan dan keagamaan. Ia menulis risalah-risalah keislaman, memberikan pelajaran di istana, dan aktif menyebarkan pemikiran Islam yang moderat dan berakar pada nilai budaya lokal.
Peninggalan sejarah Raja Ali Haji yang paling terkenal adalah Pulau Penyengat, tempat kelahirannya yang kini menjadi situs warisan budaya. Pulau Penyengat juga menjadi simbol kejayaan literasi Melayu dan pusat pengembangan ilmu pengetahuan di masa lampau.
Keberadaan manuskrip dan naskah kuno di pulau ini menjadi bukti nyata kontribusi Raja Ali Haji dalam memperkaya khazanah keilmuan Nusantara.
Pahlawan Nasional
Raja Ali Haji dikukuhkan sebagai Pahlawan Nasional pada tanggal 5 november 2004, melalui Keputusan Presiden RI No. 089/TK/Tahun 2004. Pengukuhan ini diberikan karena kontribusinya yang signifikan dalam pengembangan bahasa Melayu yang menjadi dasar bahasa Indonesia, serta berbagai karya sastranya yang bernilai.
Pengakuan ini tidak hanya untuk jasa-jasanya dalam dunia sastra, tetapi juga dalam membangun fondasi bahasa Indonesia sebagai bahasa pemersatu bangsa.
Hingga kini, Gurindam Dua Belas tetap menjadi rujukan moral dan budaya di berbagai institusi pendidikan dan pemerintahan.
Raja Ali Haji membuktikan bahwa pena dan ilmu dapat menjadi alat perjuangan yang tak kalah dahsyat dari senjata. Ia tidak hanya menulis untuk masanya, tapi juga mewariskan nilai-nilai luhur bagi generasi masa depan. *TeddyNs
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
