Keluarga yang Selalu Berinfak: Teladan Kehidupan Islami.
Dalam kehidupan seorang muslim, infak adalah salah satu bentuk kebaikan yang bernilai ibadah. Infak bukan hanya bentuk kepedulian sosial, tetapi juga cerminan dari iman dan keikhlasan hati. Ketika sebuah keluarga membiasakan diri untuk berinfak secara konsisten, mereka bukan hanya mendidik diri sendiri, tetapi juga mencetak generasi yang cinta berbagi dan mencintai Allah.
1. Makna Infak dalam Islam
Infak berasal dari kata anfaqa yang berarti mengeluarkan harta. Dalam Islam, infak adalah pemberian harta di jalan Allah baik dalam keadaan lapang maupun sempit, tanpa mengharapkan balasan selain dari Allah. Ini berbeda dengan zakat yang sifatnya wajib, infak bersifat sunnah, namun sangat dianjurkan.
Allah SWT berfirman:
> “Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji.”
(QS. Al-Baqarah: 261)
Ayat ini menunjukkan betapa besar pahala dan keberkahan infak yang dilakukan dengan ikhlas.
2. Keluarga sebagai Madrasah Pertama untuk Berinfak
Keluarga adalah tempat pendidikan pertama bagi anak-anak. Ketika ayah dan ibu membiasakan infak, maka nilai ini akan tertanam kuat dalam jiwa anak-anak. Sebuah keluarga yang selalu berinfak adalah keluarga yang:
Menanamkan kepedulian sosial.
Membiasakan anak untuk tidak cinta berlebihan pada harta.
Menumbuhkan rasa syukur dan empati.
Menjadi penyejuk mata masyarakat.
Keluarga yang gemar berinfak akan membangun tradisi kebaikan yang terus mengalir, bahkan setelah mereka tiada.
3. Kisah Teladan: Keluarga yang Tidak Pernah Lupa Berinfak
Dalam sejarah Islam, kita mengenal keluarga para sahabat yang luar biasa dalam berinfak. Salah satunya adalah keluarga Abu Bakar Ash-Shiddiq radhiyallahu ‘anhu. Ketika Rasulullah ﷺ memerintahkan umat Islam untuk berinfak di jalan Allah, Abu Bakar datang dengan seluruh hartanya. Ketika ditanya, “Apa yang engkau tinggalkan untuk keluargamu?” Ia menjawab, “Allah dan Rasul-Nya.”
Begitu pula dengan istri dan anak-anak beliau yang tidak menolak keputusan sang kepala keluarga. Mereka ridha karena yakin bahwa apa yang diberikan di jalan Allah tidak akan mengurangi harta, bahkan akan Allah lipatgandakan.
4. Manfaat Dunia dan Akhirat bagi Keluarga yang Rajin Berinfak
Keluarga yang selalu berinfak akan merasakan banyak keberkahan, di antaranya:
a. Rezeki yang Mengalir Deras
> “Barang siapa yang bersedekah, maka Allah akan menggantinya dengan yang lebih baik.”
(QS. Saba’: 39)
Infak membuka pintu-pintu rezeki yang tak terduga. Banyak keluarga merasakan betapa Allah mudahkan urusan mereka ketika rajin berbagi.
b. Keluarga yang Didoakan Malaikat
> “Tidak ada suatu pagi pun yang dilalui oleh para hamba melainkan ada dua malaikat yang turun. Salah satunya berkata, ‘Ya Allah, berikanlah ganti bagi orang yang berinfak.’” (HR. Bukhari dan Muslim)
Doa malaikat adalah bentuk jaminan dari langit bahwa kebaikan keluarga ini akan terus mengalir.
c. Menjauhkan dari Musibah dan Kesusahan
Infak bisa menjadi perisai dari bala. Dalam hadis dikatakan:
> “Obatilah orang-orang sakit kalian dengan sedekah.”
(HR. Abu Dawud)
Keluarga yang gemar berinfak sering kali merasakan bahwa Allah bantu mereka di saat genting.
d. Mewariskan Amal Jariyah
Infak yang digunakan untuk kebaikan umum (seperti masjid, sekolah, sumur, Al-Qur’an) akan menjadi amal jariyah yang terus mengalir meski anggota keluarga telah wafat.
5. Cara Membangun Keluarga yang Gemar Berinfak
Berikut beberapa langkah praktis agar keluarga terbiasa berinfak:
Sediakan kotak infak di rumah. Setiap anggota keluarga bisa memasukkan sedekah harian, bahkan recehan.
Libatkan anak-anak dalam kegiatan sosial. Ajak mereka ikut berbagi makanan ke panti asuhan atau korban bencana.
Jadikan infak sebagai bagian dari anggaran bulanan. Sisihkan sebagian harta secara rutin.
Tanamkan nilai-nilai Al-Qur’an dan hadits tentang sedekah. Ajak diskusi keluarga di waktu luang.
Bersama-sama menyalurkan infak. Keluarga bisa memilih lembaga zakat, masjid, atau langsung ke yang membutuhkan.
6. Infak Tidak Harus Banyak, Tapi Rutin dan Ikhlas
Allah tidak melihat jumlah, tapi keikhlasan. Bahkan separuh kurma yang diberikan bisa menjadi penyelamat di akhirat. Seorang ibu rumah tangga yang hanya punya sedikit uang belanja bisa tetap berinfak, dan Allah tetap terima. Yang penting rutin, sekecil apa pun.
> “Barang siapa yang bersedekah dengan sebutir kurma dari hasil yang baik—dan Allah tidak menerima kecuali yang baik—maka Allah akan menerimanya dengan tangan kanan-Nya, lalu mengembangkannya untuk orang itu sebagaimana seseorang di antara kalian memelihara anak kuda atau anak unta, hingga menjadi seperti gunung.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
7. Penutup: Menjadi Keluarga Cahaya dalam Masyarakat
Keluarga yang suka berinfak adalah lilin penerang di tengah kegelapan, cahaya di tengah materialisme yang kian pekat. Mereka menjadi inspirasi, menyejukkan hati, dan menebar kasih sayang. Keberadaan mereka membuat masyarakat lebih kuat, lebih hangat, dan lebih beradab.
Maka jadikan rumah kita sebagai tempat lahirnya infak terbaik. Tanamkan semangat memberi dalam setiap anggota keluarga. Karena kelak, di hadapan Allah, bukan banyaknya harta yang ditanya, tapi apa yang kita lakukan dengan harta itu.
> “Tidak akan berkurang harta karena sedekah, dan Allah akan menambah kemuliaan bagi seorang hamba yang pemaaf, dan barang siapa yang merendahkan diri karena Allah, maka Allah akan meninggikannya.”
(HR. Muslim)
Semoga kita semua dimudahkan menjadi keluarga yang dicintai Allah karena selalu ringan tangan dalam berinfak. Aamiin. (Tengku Iskandar, M.Pd)
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
