Beranda » Berita » Sifat Ibadurrahman: Akhlak Mulia Para Kekasih Allah

Sifat Ibadurrahman: Akhlak Mulia Para Kekasih Allah

Sifat Ibadurrahman: Akhlak Mulia Para Kekasih Allah

Sifat Ibadurrahman: Akhlak Mulia Para Kekasih Allah

 

Dalam suasana malam yang hening, di sebuah masjid kecil yang penuh berkah, tampak sekelompok jamaah duduk bersila mendengarkan seorang ustadz menyampaikan kajian. Di atas mimbar sederhana, sang ustadz dengan penuh kelembutan menyampaikan ayat demi ayat, menuntun umat untuk memahami dan mengamalkan ajaran Islam yang mulia. Salah satu pembahasan yang begitu menyentuh hati adalah tentang sifat-sifat Ibadurrahman—para hamba Allah yang dikasihi-Nya.

Ibadurrahman adalah sebutan agung yang digunakan dalam Al-Qur’an untuk menggambarkan hamba-hamba Allah yang istimewa. Mereka bukan sekadar ahli ibadah, namun juga sosok yang memancarkan akhlak mulia, kesabaran, ketenangan, dan kasih sayang kepada sesama. Penyebutan sifat-sifat mereka dapat kita temukan dalam Surat Al-Furqan ayat 63–76, yang menjadi pedoman karakter unggul seorang Muslim sejati.

Mari kita pelajari bersama, sifat-sifat mulia yang dimiliki oleh Ibadurrahman:

Ketika Hati Mulai Lelah, Ingatlah Allah Tidak Pernah Pergi

1. Tawadhu (Rendah Hati)

> “Dan hamba-hamba Tuhan Yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di bumi dengan rendah hati…”
(QS. Al-Furqan: 63)

 

Sifat pertama yang disebut adalah rendah hati. Mereka tidak sombong, tidak merendahkan orang lain, walaupun memiliki ilmu, kedudukan, atau harta. Tawadhu bukan berarti lemah, tetapi justru kekuatan sejati dari seorang mukmin. Dalam gambar yang kita lihat, para jamaah datang dengan sederhana, bersahaja, duduk rapi, seakan mencerminkan sifat rendah hati mereka dalam mencari ilmu.

2. Tidak Membalas Kebodohan dengan Kejahatan

Bangkit Setiap Kali Jatuh: Jalan Kembali yang Dicintai Allah

> “…dan apabila orang-orang bodoh menyapa mereka (dengan kata-kata yang menghina), mereka mengucapkan kata-kata yang baik.”
(QS. Al-Furqan: 63)

 

Ibadurrahman tidak mudah terpancing emosi. Ketika dihina, dicaci, atau disakiti, mereka menjawab dengan kata-kata yang baik dan menyejukkan. Mereka memahami bahwa setiap kata adalah cerminan jiwa. Dalam kehidupan sehari-hari, ini terlihat dari kesabaran menghadapi berbagai ujian, baik dalam keluarga, masyarakat, bahkan media sosial.

3. Tekun Beribadah di Malam Hari

> “Dan orang-orang yang menghabiskan malam untuk beribadah kepada Tuhan mereka dengan bersujud dan berdiri.”
(QS. Al-Furqan: 64)

Ketika Donatur Boleh Ngatur, Mengapa Kita Malah Enggan Diatur oleh Allah?

 

Ibadurrahman adalah orang yang mencintai shalat malam (qiyamul lail). Mereka mencari keheningan malam untuk bermunajat kepada Allah, memohon ampunan, dan memperbaiki diri. Waktu malam menjadi ruang intim antara mereka dan Rabb mereka. Di zaman kini, di tengah hiruk pikuk kesibukan dunia, hanya jiwa-jiwa istimewa yang sanggup menjaga keutamaan malam dengan ibadah.

4. Takut Akan Siksa Neraka

> “Dan orang-orang yang berkata: ‘Ya Tuhan kami, jauhkanlah kami dari azab Jahannam, sesungguhnya azabnya itu adalah kebinasaan yang kekal.’”
(QS. Al-Furqan: 65)

 

Kesadaran akan akhirat membuat mereka selalu waspada dan berhati-hati dalam bertindak. Takut kepada neraka bukan tanda kelemahan, tapi bentuk pengakuan atas dosa dan keinsafan bahwa manusia penuh kekurangan. Doa mereka selalu teriring permohonan keselamatan dari murka Allah.

5. Bersikap Seimbang dalam Membelanjakan Harta

> “Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir, tetapi berada di tengah-tengah antara yang demikian.”
(QS. Al-Furqan: 67)

 

Ibadurrahman bukan orang yang boros, juga bukan orang pelit. Mereka menggunakan harta secara bijak, sesuai kebutuhan, dan untuk hal-hal yang bermanfaat. Mereka mendermakan harta di jalan Allah, namun tetap menjaga keseimbangan hidup.

6. Menjaga Diri dari Dosa-Dosa Besar

> “Dan orang-orang yang tidak menyembah tuhan yang lain beserta Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina…”
(QS. Al-Furqan: 68)

 

Ibadurrahman menjauhi syirik, pembunuhan, dan zina. Mereka memegang teguh nilai-nilai moral dan menjaga diri dari dosa-dosa besar. Bahkan jika pernah tergelincir, mereka segera bertaubat dengan sungguh-sungguh, karena mereka tahu Allah Maha Pengampun.

7. Bertaubat dan Memperbaiki Diri

> “Kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman dan mengerjakan amal saleh…”
(QS. Al-Furqan: 70)

 

Tidak ada manusia yang sempurna. Tapi Ibadurrahman adalah mereka yang ketika sadar berbuat dosa, mereka tidak menunda-nunda taubat. Mereka memperbaiki diri dengan amal-amal saleh. Taubat mereka adalah taubat nasuha, yang membawa perubahan nyata dalam hidup.

8. Tidak Bersaksi Palsu

> “Dan orang-orang yang tidak memberikan persaksian palsu, dan apabila mereka bertemu dengan (orang-orang) yang mengerjakan perbuatan-perbuatan yang tidak berfaedah, mereka berlalu (saja) dengan menjaga kehormatan dirinya.”
(QS. Al-Furqan: 72)

 

Mereka menjauhi kebohongan dan kesaksian palsu. Kehormatan diri dan integritas adalah bagian penting dari akhlak mereka. Dalam masyarakat, mereka dikenal jujur dan terpercaya. Mereka tidak mudah larut dalam perkara yang sia-sia.

9. Menjadi Pendengar dan Penerima Nasihat

> “Dan orang-orang yang apabila diberi peringatan dengan ayat-ayat Tuhan mereka, tidaklah mereka menghadapinya sebagai orang-orang yang tuli dan buta.”
(QS. Al-Furqan: 73)

Ibadurrahman adalah pribadi yang terbuka terhadap kebenaran. Ketika disampaikan ayat-ayat Allah, mereka mendengarkan dengan hati yang terbuka. Mereka tidak keras kepala atau menolak nasihat. Di dalam masjid seperti tampak pada gambar, semangat belajar dan mengkaji ilmu menunjukkan semangat menjadi hamba yang senantiasa ingin dekat dengan petunjuk Allah.

10. Mendoakan Kebaikan Keluarga

> “Dan orang-orang yang berkata: ‘Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami pasangan kami dan keturunan kami sebagai penyejuk hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.’”
(QS. Al-Furqan: 74)

Ciri terakhir adalah mereka berdoa untuk kebaikan keluarga. Mereka tidak hanya menginginkan kesalehan pribadi, tetapi juga mendambakan keluarga yang saleh, pasangan yang menenangkan, dan anak-anak yang bertakwa. Mereka ingin menjadi teladan bagi masyarakat, imam bagi orang-orang yang bertakwa.

Penutup: Menghidupkan Sifat Ibadurrahman dalam Diri Kita

Menjadi bagian dari Ibadurrahman bukanlah perkara keturunan, jabatan, atau status sosial. Siapa pun bisa meraihnya—dari kalangan miskin atau kaya, tua atau muda, pria atau wanita—selama mereka menghiasi diri dengan sifat-sifat yang disebutkan dalam Al-Qur’an.

Gambaran kegiatan di masjid seperti dalam foto yang kita lihat adalah contoh nyata bagaimana umat Islam di berbagai tempat berusaha menjadi hamba-hamba yang dicintai Allah. Duduk bersila dalam majelis ilmu, memohon ilmu dan hidayah, serta mendekatkan diri kepada-Nya adalah langkah awal menjadi bagian dari Ibadurrahman.

Mari kita mulai dari hal-hal kecil: berkata baik, bersikap rendah hati, memperbanyak ibadah malam, dan memperbaiki diri. Semoga Allah menjadikan kita, keluarga kita, dan keturunan kita sebagai Ibadurrahman yang dicintai dan dimuliakan oleh-Nya, di dunia dan di akhirat. Aamiin ya Rabbal ‘Alamin. #Ibadurrahman #AkhlakMuslim #KajianIslam #MajelisIlmu #MasjidBerkah #HambaAllah. Keterangan Foto (Tengku Iskandar)


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement