SURAU.CO — Di usia 10 tahun, sebagian besar anak mungkin masih bermain atau sibuk belajar tanpa banyak beban. Tapi tidak dengan Tiffani Tjendra. Di usianya yang masih sangat belia, ia sudah membawa kantong plastik berisi jajanan, berjalan dari satu kelas ke kelas lain di sekolahnya di Medan.
Bukan karena disuruh, bukan juga karena ingin iseng berbisnis, tapi karena memang ia harus, sekedar uang jajan, dan untuk mulai menabung demi impian yang besar. Tiffani lahir dan tumbuh sebagai anak yatim. Hidup tanpa orang tua laki-laki, tanpa privilese, dan tanpa kemewahan membuatnya terbiasa untuk berdikari sejak dini. Tapi di balik segala keterbatasan itu, ia punya satu modal berharga: tekad untuk mengubah nasib.
Mimpi yang Tak Pernah Padam
Bukan hanya ingin sekadar bertahan, Tiffani ingin tumbuh. Ia tahu bahwa pendidikan adalah jalan keluar dari lingkaran keterbatasan. Karena itu, sejak kecil, ia belajar untuk mandiri. Jualan kecil-kecilan yang ia lakukan setiap hari adalah awal dari semangat berjuang yang tak pernah padam.
Kerja keras itu akhirnya membuahkan hasil. Tiffani berhasil diterima di Universitas Pelita Harapan (UPH), salah satu kampus swasta terkemuka di Indonesia. Di tengah padatnya kegiatan kuliah, ia tak hanya fokus pada akademik, tapi juga mulai membangun bisnis dari nol.
Tak tanggung-tanggung, dua usaha ia jalankan sekaligus: Pisang Kipas Presiden, jajanan khas yang memadukan keunikan rasa lokal, dan Wang Birdnest, brand sarang burung walet yang membawa potensi alam Indonesia ke pasar lebih luas.
Bersuara Lewat Media Sosial
Bukan hanya berbisnis, Tiffani juga aktif sebagai konten kreator. Melalui media sosial, ia membagikan pengalaman, nilai-nilai hidup, hingga tantangan yang ia hadapi sebagai wirausahawan muda perempuan. Gaya bicaranya yang apa adanya, jujur, dan membumi membuat banyak anak muda merasa relate dengan kisahnya.
Bukan sekadar populer, tapi berpengaruh. Ia pun mulai diundang sebagai pembicara di berbagai kampus dan komunitas. Salah satu momen paling emosional adalah ketika ia bisa kembali ke Medan kampung halamannya, untuk berbicara di depan anak-anak muda yang sedang mencari harapan, seperti dirinya dulu.
“Dulu aku cuma anak kecil yang jualan biar bisa punya uang jajan,” ujar Tiffani kepada tim media
“Hari ini, aku berdiri di billboard di seluruh Indonesia. Tapi yang paling aku syukuri? Bisa balik ke Medan dan cerita ke adik-adik di sana bahwa mimpi mereka juga penting.” tambahnya.
Tampil di 12 Titik Billboard Nasional
Puncak dari perjalanannya sejauh ini datang ketika ia dipercaya sebagai wajah dari Coolvita, brand kesehatan dan personal care. Wajah Tiffani kini terpampang di 12 titik billboard strategis di Indonesia, dari Jakarta, Bandung, hingga Bali. Beberapa di antaranya berada di lokasi ramai seperti:
Stasiun Tanah Abang, Stasiun Sudirman (Peron & Specta), Stasiun Gambir, Jakarta Kota & Manggarai, PIK 2 Batavia & Pantjoran, Jalan Riau Bandung, STC Senayan, Fore Bali, LED La Piazza BCA. Baginya, billboard ini bukan sekadar pencapaian pribadi, tetapi simbol bahwa siapa pun bisa berdiri di tempat yang sama asalkan tidak menyerah, sekecil apa pun langkah awalnya.
Dari Medan untuk Indonesia
Tiffani Tjendra membuktikan bahwa sukses tidak ditentukan oleh seberapa kaya seseorang dilahirkan, tapi oleh seberapa besar tekad untuk terus melangkah. Dari anak yatim yang dulu berjualan jajanan demi bertahan hidup, kini ia menjadi simbol inspirasi bagi generasi muda Indonesia. Kisahnya adalah bukti bahwa perubahan besar bisa dimulai dari hal kecil. Dan bahwa setiap mimpi, sekecil apa pun, pantas untuk diperjuangkan.
Pandangan Islami: Tekad, Tawakal, dan Kerja Keras dalam Mewujudkan Mimpi
Kisah Tiffani Tjendra bukan hanya cerita tentang keberhasilan duniawi, tetapi juga sarat nilai-nilai Islam yang bisa menjadi cermin dan motivasi bagi pemuda-pemudi Muslim. Meski ia mungkin tidak mengangkat narasi secara keislaman, banyak prinsip yang sejatinya sejalan dengan ajaran Islam:
Keteguhan Hati dan Tidak Menyerah (Istiqomah)
“Sesungguhnya orang-orang yang berkata: ‘Tuhan kami ialah Allah’ kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (seraya berkata): ‘Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu bersedih hati.'” (QS. Fussilat: 30)
Dalam Islam, istiqomah keteguhan dalam perjuangan adalah kunci meraih keberkahan. Seperti Tiffani yang sejak kecil terus berjuang tanpa merasa rendah diri, pemuda Muslim pun diajarkan untuk tidak menyerah, meski berasal dari keluarga sederhana atau tanpa “privilege.”
Kerja Keras Adalah Ibadah (Ikhtiar yang Dibarengi Tawakal)
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sampai mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.”
(QS. Ar-Ra’d: 11)
Dalam Islam, usaha dan kerja keras (ikhtiar) adalah bagian dari ibadah jika diniatkan untuk hal yang baik. Kisah Tiffani mengajarkan kita bahwa kerja keras yang jujur dan sabar akan mendatangkan hasil yang diridhoi, apalagi jika disertai niat membantu orang lain.
Mandiri dan Tidak Bergantung (Qana’ah dan Kemandirian)
“Tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah.” (HR. Bukhari & Muslim)
Rasulullah menganjurkan umatnya untuk mandiri dan tidak menggantungkan hidup kepada orang lain. Tiffani sejak kecil sudah belajar untuk tidak bergantung. Ini bisa menjadi teladan bagi para pemuda Muslim untuk tidak mudah menyerah, apalagi berpangku tangan.
Menjadi Sumber Manfaat bagi Sesama (Khairunnas Anfa’uhum Linnas)
“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya.” (HR. Ahmad)
Ketika Tiffani kembali ke Medan untuk menyemangati anak-anak muda, itu sejalan dengan nilai Islam: memberi manfaat. Menjadi inspirasi, berbagi ilmu, dan membangun sesama adalah bentuk amal jariyah yang nilainya besar dalam Islam.
Menjaga Niat dan Tidak Takabbur (Riya vs Keikhlasan)
Meskipun Tiffani tampil di billboard nasional, yang paling ia banggakan adalah bisa kembali ke tanah kelahiran dan berbagi harapan. Ini mengajarkan pemuda Muslim agar tetap rendah hati, tidak sombong, dan selalu mengembalikan semua keberhasilan kepada Allah
“Tidak akan masuk surga orang yang di dalam hatinya ada kesombongan meskipun sebesar biji sawi.” (HR. Muslim)
Pesan untuk Pemuda-Pemudi Muslim Hari Ini
Mimpi itu halal. Bahkan, Islam mendorong umatnya untuk punya visi besar, asal disertai niat baik dan usaha halal. Keterbatasan bukan halangan. Kisah Nabi Yusuf, Nabi Musa, hingga Rasulullah SAW sendiri penuh perjuangan dari bawah. Jangan minder jika tidak punya privilese. Takdir boleh sulit, tapi sikap kita yang menentukan akhir cerita.
Bangun niat: Jadilah pemuda yang tidak hanya sukses secara duniawi, tapi juga bermanfaat untuk umat dan mendekatkan diri pada Allah.
Kisah Tiffani bisa jadi cermin, Jika seseorang bisa berjuang dari titik nol dan mencapai billboard, mengapa kita yang punya iman, ilmu, dan niat yang kuat tidak bisa lebih jauh dari itu?
Dengan tekad, iman, dan tawakal, pemuda Muslim bisa menjadi pemimpin, pengusaha, dan inspirasi bukan hanya untuk Indonesia, tapi juga untuk dunia
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
