Bumi kita sedang menghadapi krisis serius. Hutan gundul memicu banjir dan longsor. Lautan tercemar oleh sampah plastik. Polusi udara mengancam kesehatan kita semua. Fenomena ini bukanlah hal baru. Ini adalah akibat dari pengelolaan sumber daya alam yang salah. Eksploitasi berlebihan terjadi di mana-mana. Ternyata, kitab suci Alquran telah memperingatkan fenomena ini ribuan tahun lalu.
Alquran bukan sekadar kitab pedoman ibadah ritual. Ia adalah panduan hidup yang komprehensif. Di dalamnya, Allah SWT memberikan isyarat jelas mengenai hubungan manusia dengan alam. Salah satu peringatan paling gamblang terdapat dalam Surat Ar-Rum ayat 41.
Peringatan Jelas dalam Surat Ar-Rum
Allah SWT berfirman dengan sangat tegas mengenai kerusakan di muka bumi. Peringatan ini menjadi bukti bahwa firman-Nya relevan sepanjang zaman.
ظَهَرَ الْفَسَادُ فِى الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ اَيْدِى النَّاسِ لِيُذِيْقَهُمْ بَعْضَ الَّذِيْ عَمِلُوْا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُوْنَ
Artinya: “Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (QS. Ar-Rum: 41).
Ayat ini secara lugas menunjuk siapa biang keladinya. Frasa “bima kasabat aydin-nas” atau “karena perbuatan tangan manusia” menjadi kuncinya. Ayat ini menegaskan bahwa manusialah penyebab utama kerusakan tersebut. Tindakan kita yang serakah dan tidak bertanggung jawab telah merusak keseimbangan alam.
Kita menebang hutan secara membabi buta. membuang limbah industri ke sungai dan laut. mengeruk hasil tambang tanpa memikirkan dampaknya. Semua tindakan ini adalah bentuk “perbuatan tangan manusia” yang menghasilkan kerusakan atau fasad di darat (al-barr) dan di laut (al-bahr).
Manusia Sebagai Penjaga, Bukan Perusak
Islam menempatkan manusia pada posisi yang sangat mulia. Manusia ditunjuk sebagai khalifah fil ardh atau pemimpin di muka bumi. Status ini bukanlah lisensi untuk berbuat semena-mena. Sebaliknya, ini adalah sebuah amanah besar. Tugas utama seorang khalifah adalah memelihara dan memakmurkan bumi.
Sejatinya, alam semesta diciptakan dengan keseimbangan yang sempurna, dan manusia diberi mandat untuk menjaga harmoni itu. Namun, ketika eksploitasi sumber daya alam terjadi secara berlebihan, manusia justru mengkhianati amanah sebagai khalifah. Pada titik inilah posisinya berubah drastis, dari seorang penjaga menjadi perusak.
Kerusakan lingkungan yang terjadi adalah cerminan dari kegagalan kita dalam menjalankan peran ini. Banjir, kekeringan, dan perubahan iklim adalah cara alam merespons perbuatan kita. Ini sejalan dengan akhir dari Surat Ar-Rum ayat 41, “…agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka.” Bencana alam menjadi pengingat keras agar kita segera sadar dan “kembali ke jalan yang benar.”
Larangan Bersikap Berlebihan (Israf)
Salah satu akar masalah eksploitasi adalah gaya hidup yang berlebihan. Dalam Islam, sikap ini dikenal dengan istilah israf. Allah SWT sangat membenci perbuatan israf dalam segala hal, termasuk dalam memanfaatkan sumber daya alam.
Allah berfirman dalam Surat Al-A’raf ayat 31:
…وَكُلُوْا وَاشْرَبُوْا وَلَا تُسْرِفُوْا ۚ اِنَّهٗ لَا يُحِبُّ الْمُسْرِفِيْنَ
Artinya: “…Makan dan minumlah, tetapi jangan berlebihan. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan.”
Meskipun konteksnya makan dan minum, prinsip larangan israf ini berlaku universal. Mengonsumsi sumber daya alam secara rakus adalah bentuk israf yang nyata. Gaya hidup konsumtif mendorong industri untuk terus mengeruk kekayaan alam tanpa henti. Permintaan pasar yang tinggi membuat produsen mengabaikan aspek kelestarian lingkungan.
Oleh karena itu, solusi untuk masalah lingkungan juga harus dimulai dari diri sendiri. Kita perlu mengubah pola pikir dan gaya hidup. Mulailah menggunakan sumber daya secukupnya. Hemat air dan listrik. Kurangi penggunaan plastik sekali pakai. Pilihlah produk yang ramah lingkungan. Tindakan-tindakan kecil ini adalah bentuk perlawanan terhadap budaya israf.
Kesimpulan: Kembali pada Petunjuk Ilahi
Kerusakan alam yang kita saksikan hari ini adalah bukti kebenaran Alquran. Peringatan yang Allah sampaikan ribuan tahun lalu kini menjadi kenyataan pahit. Alquran tidak hanya mengidentifikasi masalah, tetapi juga menawarkan solusi.
Oleh karena itu, solusi nyata terletak pada kesadaran kita untuk kembali pada peran sebagai khalifah yang amanah. Ini berarti kita harus mengelola sumber daya alam secara bijak dan meninggalkan perilaku israf yang merusak. Mari kita jadikan peringatan dalam Alquran sebagai momentum untuk introspeksi. Sudah saatnya kita merawat bumi demi keberlangsungan hidup generasi mendatang.
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
