SURAU.CO. Iran baru saja menggempur pangkalan militer milik Amerika Serikat di Qatar. Puluhan rudal melayang di udara dan menghujam di pangkalan yang terletak dekat kota Doha ini. Pangkalan ini merupakan pangkalan militer Amerika terbesar di Timur Tengah. Apa yang ada di pangkalan ini sehingga Iran menggempurnya?
Pangkalan Udara Al Udeid di Qatar merupakan fasilitas militer paling vital bagi Amerika Serikat di kawasan Timur Tengah. Di dalamnya bukan sekadar landasan pacu biasa namun berfungsi sebagai pusat komando, logistik, dan proyeksi kekuatan udara yang tak tertandingi di wilayah yang strategis ini. Keberadaannya menjadi simbol kemitraan pertahanan yang kuat antara Amerika Serikat dan Qatar.
Untuk lokasinya pangkalamn al Udeid berada di tengah gurun, sekitar 30 kilometer di barat daya Doha. Fasilitas megah ini menjadi markas besar bagi Komando Pusat AS (CENTCOM). CENTCOM bertanggung jawab atas seluruh operasi militer Amerika di Timur Tengah dan sebagian Asia Tengah. Al Udeid secara efektif berfungsi sebagai kantor depan CENTCOM di kawasan tersebut.
Pangkalan ini tidak hanya menampung pasukan Amerika. Angkatan Udara Qatar juga berbagi fasilitas di sini. Selain itu, pangkalan ini menjadi rumah bagi pasukan sekutu lainnya. Salah satunya adalah Royal Air Force (RAF) dari Inggris. Kolaborasi internasional ini menjadikan Al Udeid sebagai hub pertahanan multinasional yang krusial.
Sejarah Pembangunannya
Pangkalan Udara Al Udeid lahir dari kemitraan strategis pasca-perang. Hubungan ini terjalin setelah Operasi Badai Gurun pada 1991. Qatar dan Amerika Serikat kemudian menandatangani Perjanjian Kerja Sama Pertahanan. Kesepakatan ini menjadi fondasi kehadiran militer AS di negara tersebut.
Menindaklanjuti perjanjian itu, Qatar membangun Pangkalan Udara Al Udeid. Proyek ambisius ini dimulai pada tahun 1996. Biaya pembangunannya mencapai lebih dari 1 miliar dolar. Negara-negara Teluk, termasuk Qatar, turut menanggung 60 persen biaya operasional.
Awalnya, Amerika Serikat menggunakan pangkalan ini secara rahasia. Angkatan Udara AS (USAF) pertama kali menempatkan pesawat di sana pada September 2001. Langkah ini bertujuan untuk mendukung operasi militer di Afghanistan. Pemerintah AS secara resmi mengakui keberadaan pangkalan ini pada Maret 2002. Pengakuan datang saat kunjungan Wakil Presiden AS, Dick Cheney, ke wilayah tersebut. Momen ini menandai babak baru dalam peran Al Udeid.
Peran pangkalan ini menjadi semakin vital setelah invasi pimpinan AS ke Irak pada 2003. AS memindahkan pusat komando udaranya ke fasilitas ini. Pusat Operasi Udara Tempur (CAOC) yang sebelumnya di Arab Saudi, dipindahkan ke Al Udeid. Para petinggi militer memandang Qatar sebagai lokasi yang lebih cocok dan aman untuk markas utama.
Berkembang Pesat
Sejak saat itu, Al Udeid berkembang pesat. Pada Juni 2017, pangkalan ini telah menampung lebih dari 11.000 personel. Mereka terdiri dari pasukan AS dan koalisi. Selain itu, lebih dari 100 pesawat operasional juga bermarkas di sana. Al Udeid kini menjadi jangkar bagi puluhan ribu personel militer AS di seluruh Timur Tengah.
Komitmen Qatar terhadap kemitraan ini sangatlah besar. Sejak tahun 2003, Qatar telah menginvestasikan lebih dari 8 miliar dolar AS. Dana setara Rp131 triliun itu digunakan untuk membangun dan terus memodernisasi fasilitas pangkalan. Investasi besar ini memastikan Al Udeid tetap menjadi pangkalan militer tercanggih di dunia.
Kemitraan strategis ini terus berlanjut. Baru-baru ini, kedua negara telah memperpanjang kesepakatan penggunaan pangkalan. Perjanjian baru ini berlaku untuk jangka waktu 10 tahun ke depan. Hal ini menjamin kehadiran militer AS di kawasan untuk waktu yang lama.
Pusat Komando
Salah satu fasilitas paling penting di Al Udeid adalah Combined Air Operations Center (CAOC). Ini adalah pusat saraf untuk semua operasi udara AS dan koalisi di Timur Tengah. Ruangan berteknologi tinggi ini mengoordinasikan setiap misi penerbangan. Mulai dari patroli rutin, pengintaian, hingga operasi tempur.
CAOC beroperasi tanpa henti selama 24 jam sehari. Pusat komando ini mengoordinasikan lebih dari 300 misi penerbangan setiap harinya. Personel yang bekerja di sini berasal dari berbagai matra militer. Mereka adalah gabungan dari Angkatan Udara, Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan Marinir AS. Personel dari negara-negara NATO dan sekutu Teluk juga turut berpartisipasi.
Di dalam pangkalan ini, bermarkas sejumlah unit elite. Di antaranya adalah Komando Pusat Angkatan Udara AS (AFCENT) dan Sayap Ekspedisi Udara ke-379. Saat ini, lebih dari 10.000 personel militer AS dan koalisi bertugas di Al Udeid.
Fasilitas Lengkap dan Armada Canggih
Pangkalan Udara Al Udeid dibangun di atas lahan seluas 24 hektar. Fasilitasnya dirancang untuk mendukung operasi militer skala besar. di dalamnya ada landasan pacu utama sepanjang 3.570 meter. Landasan ini mampu menampung pesawat terbesar di dunia. Kemudian ada fasilitas hanggar modern. Termasuk hanggar khusus untuk pesawat siluman dan jet tempur canggih. Selain itu ada gudang senjata dan bahan bakar jet tersedia dalam jumlah masif. Ini memastikan kesiapan operasional jangka panjang.
Kemudian ada fasilitas menunjang untuk puluhan ribu personel, tersedia fasilitas lengkap. Mulai dari barak, apartemen, pusat kebugaran, hingga klinik dan rumah sakit. Adapun lekuatan utama Al Udeid terletak pada armada pesawatnya. Pangkalan ini menjadi rumah bagi berbagai jenis pesawat militer AS, antara lain pesawat tanker KC-135 Stratotanker dan KC-10 Extender untuk pengisian bahan bakar di udara. Tercatat pula ada pesawat pengintai RC-135 Rivet Joint untuk misi intelijen elektronik. Kemudian ada pesawat pembom B-52 Stratofortress yang legendaris dan pesawat angkut C-17 Globemaster III serta C-130 Hercules. Selin itu juga ada jet tempur:F-15E Eagle dan F-22 Raptor.
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
