Haji dan Umroh
Beranda » Berita » Keistimewaan Meninggal Saat Ihram

Keistimewaan Meninggal Saat Ihram

Keistimewaan Meninggal Saat Ihram.

Rasulullah SAW bersabda dalam sebuah hadits sahih:
“Sesungguhnya seorang yang meninggal dunia ketika sedang melaksanakan ibadah haji, maka dia akan dibangkitkan pada hari kiamat dalam keadaan membaca talbiyah.”
(HR. Bukhari)

Hadits ini menunjukkan bahwa orang yang meninggal saat dalam keadaan ihram — yakni saat berada dalam niat dan pakaian khusus untuk haji atau umrah—akan memperoleh status istimewa di sisi Allah. Ia dibangkitkan dalam keadaan bertalbiyah, sebuah simbol kesucian, penghambaan total, dan keikhlasan kepada Tuhan.

Tata Cara Mengurus Jenazah Jamaah yang Meninggal dalam Keadaan Ihram

Dalam gambar tersebut dijelaskan beberapa hal penting yang menjadi panduan dalam syariat Islam tentang bagaimana memperlakukan jenazah seseorang yang meninggal saat dalam keadaan ihram:

Ulama, Syariat Islam dan Tanggung Jawab Moral Di Bawah Konstitusi

1. Dimandikan dengan air yang bercampur daun bidara atau bahan yang suci dan mengharumkan seperti sabun

Daun bidara telah dikenal dalam sunnah Nabi sebagai bahan yang baik digunakan untuk memandikan jenazah. Penggunaannya memiliki makna spiritual dan kebersihan fisik.

2. Dikafani dengan dua potong kain ihramnya

Tidak seperti jenazah biasa yang dikafani dengan tiga lapis kain putih, orang yang meninggal saat ihram tetap dikafani dengan kain ihramnya. Ini sebagai bentuk penghormatan atas kondisi khususnya.

3. Tidak diberi wewangian

Kitab Fathul Mu’in: Pilar Fikih Syafi’i yang Terus Hidup di Dunia Pesantren

Karena dalam keadaannya ihram, seseorang dilarang menggunakan wangi-wangian. Maka, meskipun sudah meninggal, larangan ini tetap dihormati sebagai bentuk ketaatan terhadap aturan ihram.

4. Kepala dan wajah tidak ditutup

Hal ini berbeda dari pengurusan jenazah biasa, karena dalam keadaan ihram, menutupi kepala (bagi pria) adalah hal yang dilarang.

5. Dibangkitkan pada hari kiamat dalam keadaan bertalbiyah

Ini adalah salah satu dari keutamaan spiritual tertinggi. Dibangkitkan dengan kalimat talbiyah adalah tanda bahwa ia mati dalam keadaan tunduk, pasrah, dan taat kepada Allah SWT.

Baik dan Buruk Seorang Isteri Menurut Islam

Makna Talbiyah di Akhir Hayat

Talbiyah adalah seruan cinta seorang hamba kepada Tuhannya:
“Labbaikallahumma labbaik, labbaika laa syarika laka labbaik, innal hamda wan ni’mata laka wal mulk, laa syarika lak.”
Yang artinya: “Aku penuhi panggilan-Mu ya Allah, aku penuhi panggilan-Mu. Tidak ada sekutu bagi-Mu, aku penuhi panggilan-Mu. Sesungguhnya segala pujian, nikmat, dan kerajaan adalah milik-Mu, tidak ada sekutu bagi-Mu.”

Ketika seseorang meninggal dan dibangkitkan dalam keadaan mengucapkan talbiyah, berarti dia menghadap Allah dalam keadaan terbaik: mengakui keesaan-Nya, menyerahkan segalanya kepada-Nya, dan menjadi tamu-Nya di dunia dan akhirat.

Pahala yang Mengalir

Dalam gambar tersebut juga disebutkan bahwa pahala haji dan umrahnya tetap ditulis hingga sempurna. Hal ini sesuai dengan prinsip rahmat Allah yang Maha Luas. Dalam banyak hadits disebutkan bahwa apabila seorang hamba telah berniat dan mulai melaksanakan suatu amal namun ia wafat sebelum menyelesaikannya, maka Allah tetap mencatat pahalanya secara sempurna.

Sebagaimana firman Allah SWT dalam QS. At-Taubah ayat 105:
“Dan katakanlah: ‘Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.’”

Allah melihat niat dan usaha hamba-Nya. Maka kematian saat sedang dalam perjalanan ibadah haji atau umrah tidak memutus pahala, melainkan justru menyempurnakannya.

Refleksi Bagi Kita

Bagi kita yang belum berkesempatan menunaikan ibadah haji atau umrah, kisah tentang kemuliaan meninggal saat ihram ini menjadi renungan dan motivasi. Bahwa haji bukan sekadar perjalanan fisik, melainkan momentum untuk menyerahkan hidup kita sepenuhnya kepada Allah. Bahkan ketika ajal datang pun, orang yang sedang berhaji meninggal dalam keadaan termulia.

Kita diajarkan untuk selalu berniat baik dan merancang hidup dalam ketaatan. Siapa tahu, kematian datang di tengah kebaikan itu. Apakah itu ketika shalat, membaca Al-Qur’an, berzikir, atau saat dalam perjalanan haji dan umrah.

Kisah Nyata Para Syuhada Haji

Dalam sejarah modern, tercatat banyak kisah jamaah haji yang meninggal dalam keadaan ihram. Mereka tidak sempat menyelesaikan manasik haji secara sempurna, namun jenazah mereka tetap dimakamkan di tanah suci, di Makkah atau Madinah. Sebuah keistimewaan yang sulit dicari tandingannya. Mereka adalah orang-orang yang pergi memenuhi panggilan Allah, lalu Allah memanggil mereka untuk kembali dalam pelukan rahmat-Nya.

Haji Sebagai Jalan Menuju Husnul Khatimah

Salah satu doa yang sering dipanjatkan umat Islam adalah memohon agar meninggal dalam keadaan husnul khatimah—akhir yang baik. Maka berangkat haji dengan niat tulus dan ikhlas adalah salah satu jalan menuju husnul khatimah. Jika Allah takdirkan meninggal di tanah suci, saat mengenakan kain ihram, dalam kondisi berzikir dan berniat suci, maka sungguh ia telah mendapatkan kemuliaan akhir yang begitu indah.

Penutup

Meninggal dunia saat melaksanakan ibadah haji atau umrah bukanlah akhir yang menyedihkan, melainkan sebuah anugerah luar biasa dari Allah. Ia adalah bentuk kasih sayang Allah kepada hamba-Nya yang datang menemuinya dalam keadaan suci dan penuh harap.

Semoga Allah SWT memberikan kita semua kesempatan untuk menunaikan haji dan umrah, serta menjadikan akhir hidup kita sebagai husnul khatimah. Jika pun maut datang saat kita dalam perjalanan menuju-Nya, semoga kita dibangkitkan kelak dalam keadaan mulia, dengan pakaian ihram, dengan kalimat talbiyah di bibir, dan dengan hati yang penuh iman dan cinta kepada Allah SWT. Aamiin ya Rabbal ‘alamin. (Tengku Iskandar)


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement