Ibadah qurban merupakan salah satu bentuk pengorbanan dan ketaatan kepada Allah SWT yang dilakukan umat Islam pada hari raya Iduladha dan hari-hari tasyrik (11–13 Dzulhijjah). Namun, tidak semua qurban yang dilakukan secara lahiriah otomatis diterima di sisi Allah. Dalam Al-Qur’an dan hadis, terdapat sejumlah ciri yang menunjukkan apakah ibadah qurban kita diterima oleh Allah atau tidak. Berikut beberapa ciri-ciri tersebut:
1. Niat yang Ikhlasin
Qurban yang diterima adalah qurban yang diniatkan semata-mata karena Allah, bukan karena ingin dipuji atau pamer. Allah SWT berfirman:
> “Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya.”
(QS. Al-Hajj: 37)
Ayat ini menegaskan bahwa yang paling penting dalam ibadah qurban adalah niat dan ketakwaan, bukan sekadar menyembelih hewan.
2. Mengikuti Sunnah dan Tata Cara yang Benar
Ibadah qurban harus dilakukan sesuai syariat: waktu penyembelihan, jenis hewan, umur hewan, dan kondisi fisiknya. Hewan harus sehat, tidak cacat, dan cukup umur (minimal 1 tahun untuk kambing/domba, 2 tahun untuk sapi).
Jika qurban dilakukan asal-asalan atau tidak sesuai tuntunan Nabi Muhammad ﷺ, maka besar kemungkinan ibadah tersebut tidak diterima.
3. Dilakukan pada Waktu yang Tepat
Penyembelihan hewan qurban hanya sah dilakukan setelah salat Iduladha hingga 13 Dzulhijjah. Jika dilakukan sebelum salat Id atau setelah hari tasyrik, maka tidak dianggap sebagai ibadah qurban.
4. Pelaksanaan Disertai Rasa Syukur dan Ketaatan
Qurban yang diterima Allah adalah ibadah yang disertai ketundukan dan rasa syukur kepada-Nya. Orang yang berqurban dengan penuh kesadaran akan makna pengorbanan, keikhlasan, dan kepatuhan kepada perintah Allah, menunjukkan bahwa ibadahnya bersumber dari hati yang bersih.
5. Menghindari Sifat Riya atau Pamer
Salah satu penyebab utama ibadah tidak diterima adalah riya. Jika seseorang berqurban hanya untuk menunjukkan status sosial, kekayaan, atau ingin dipuji, maka pahalanya akan gugur.
Rasulullah ﷺ bersabda:
> “Sesungguhnya Allah tidak menerima amal kecuali yang ikhlas dan hanya mengharap wajah-Nya.”
(HR. An-Nasa’i)
6. Memperbaiki Hubungan dengan Sesama
Penerimaan qurban juga berkaitan dengan akhlak. Allah lebih menyukai orang yang hatinya bersih dari dengki, sombong, dan menjaga hubungan baik dengan sesama. Qurban yang dilakukan dengan hati yang lapang dan niat untuk berbagi manfaat kepada orang lain lebih dekat dengan penerimaan Allah.
Penutup
Maka dari itu, saat kita menunaikan ibadah qurban, jangan hanya fokus pada aspek lahiriah seperti besar hewan atau jumlahnya. Perhatikan juga niat, keikhlasan, kepatuhan pada sunnah, dan akhlak kita. Karena yang dinilai oleh Allah bukan seberapa mahal hewan yang kita sembelih, tapi seberapa tulus hati kita saat melaksanakannya.
Semoga qurban kita diterima Allah sebagai amal saleh yang mendekatkan diri kepada-Nya. Aamiin. (T. Iskandar)
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
