Kesehatan
Beranda » Berita » Screen Time dan Dampaknya Bagi Perkembangan Otak Balita

Screen Time dan Dampaknya Bagi Perkembangan Otak Balita

Screen time sangat berdampak pada perkembangan otak balita

SURAU.CO Screen time menjadi istilah yang populer akhir-akhir ini yang pada durasi seseorang dalam menggunakan perangkat elektronik seperti ponsel, tablet, laptop, atau televisi. Istilah ini kemudian sering menjadi bahan diskusi karena memiliki dampak terhadap kesehatan, baik mental maupun fisik. bahkan bisa menghambat perkembangan otak anak. Screen time atau paparan layar –biasanya hiburan, bukan untuk kegiatan akademik atau pekerjaan. Oleh karena itu paparan layar elektronik penggunaannya untuk belajar atau bekerja bukan masuk kategori screen time.

Sebenarnya, menggunakan gadget untuk bersantai atau hiburan sah-sah saja asal tidak berlebihan. Pasalnya, terlalu banyak screen time dapat berpengaruh pada kesehatan. Oleh sebab itu, penting untuk memahami dampak dari screen time yang berlebihan serta cara menguranginya. Dokter spesialis anak dr. Farid Agung Rahmadi Msi., Med., Sp.A SubsTKPS(K), menyatakan bahwa balita di bawah usia dua tahun merupakan kelompok yang paling rentan terhadap dampak negatif screen time. Dokter dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) bahwa pada usia tersebut, otak anak sedang mengalami perkembangan yang pesat karena plastisitas otak yang tinggi dan proses sinaptogenesis. Namun paparan screen time dapat mengurangi kuantitas dan kualitas interaksi anak dengan orang tua, yang berdampak pada perilaku bermain. “Paparan layar membuat durasi bermain lebih pendek, kompleksitas bermain berkurang, dan fokus perhatian anak terganggu karena teralihkan oleh layar,” ujar Farid.

Anggota Unit Kerja Koordinasi Tumbuh Kembang dan Pediatrik Sosial IDAI ini menyebutkan bahwa jenis dan durasi berubah secara signifikan. Dulu, televisi menjadi media utama dengan rata-rata screen time 1 jam 20 menit. Namun, sejak tahun 2011, gawai pribadi seperti ponsel dan tablet telah menggantikan televisi sebagai media dominan. Fari mencontohkan apa yang terjadi di Kanada pada tahun 2011. Di negara tersebut paparan gawai meningkat dari 39% menjadi 80% dalam dua tahun, dengan total waktu layar mencapai 4 jam per hari, gabungan dari gawai dan televisi.

Dampak Screen Time Berlebihan pada Perkembangan Otak

Penelitian dari National Institutes of Health (NIH) menunjukkan bahwa screen time yang berlebihan, terutama pada usia dini, dapat mempengaruhi perkembangan otak anak. Anak yang menghabiskan lebih dari tujuh jam sehari dengan gawai mengalami penipisan korteks otak lebih cepat. Padahal hal tersebut berperan dalam memproses informasi sensorik, mengambil keputusan, dan fungsi kognitif lainnya. Selain itu, anak-anak dengan waktu layar lebih dari dua jam per hari cenderung memiliki skor lebih rendah pada tes kemampuan berpikir dan bahasa. Dampaknya kemudian terlihat pada perkembangan sosial dan akademis mereka.

Selain itu anak juga menyebabkan termasuk risiko obesitas dan gangguan tidur. Dengan maraknya media sosial seperti Facebook, Instagram, TikTok, dan Snapchat, pola konsumsi layar semakin kompleks. Untuk itu orang tua perlu mengawasi dan mengatur waktu layar anak. Selain itu juga serta mendorong aktivitas fisik, bermain di luar, dan interaksi langsung dengan keluarga atau teman sebaya untuk mendukung perkembangan optimal. Batasan screen time sebetulnya bisa dapat menyesuaikan usia seseorang. Sebagai panduan, anak berusia kurang dari 2 tahun sebaiknya tidak diberikan screen time sama sekali. Lebih baik ajak mereka bermain secara langsung atau dengan mainan yang cocok sesuai usianya agar tumbuh kembangnya optimal.

Burnout dan Kelelahan Jiwa: Saatnya Pulang dan Beristirahat di Bab Ibadah

Melansir laman antaranews.com, berikut adalah pedoman Screen Time dan Aktivitas Fisik (WHO)
Bayi (<1 tahun): Tidak disarankan untuk screen time . Bayi perlu aktif bergerak melalui permainan interaktif, termasuk 30 menit tummy time per hari. Tidur berkualitas: 14-17 jam (0-3 bulan) atau 12-16 jam (4-11 bulan).
Anak 1-2 tahun: Durasi layar maksimal 1 jam untuk usia 2 tahun, lebih sedikit lebih baik, dan tidak disarankan untuk usia 1 tahun. Aktivitas fisik minimal 180 menit per hari dengan intensitas beragam. Waktu tidak aktif diisi dengan membaca atau bercerita.

Anak 3-4 tahun: Durasi layar maksimal 1 jam per hari. Aktivitas fisik minimal 180 menit, termasuk 60 menit dengan intensitas sedang hingga berat. Tidur berkualitas: 10-13 jam per hari.

Orang tua perlu menyeimbangkan screen time dengan aktivitas fisik dan interaksi sosial untuk mendukung perkembangan anak yang sehat dan optimal. Dengan pengawasan yang bijak, anak dapat tumbuh sehat, bahagia, dan berkembang dengan baik di era digital.


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement