Otomotif
Beranda » Berita » Tangisan Fabio Quartararo di Silverstone: Mimpi Manis yang Buyar oleh Ride Height Device

Tangisan Fabio Quartararo di Silverstone: Mimpi Manis yang Buyar oleh Ride Height Device

Tangisan Fabio Quartararo di Silverstone
Tangisan Fabio Quartararo di Silverstone

Balapan Sempurna yang Terganjal Teknis

Surau.co – MotoGP Inggris 2025 menjadi momen penuh emosi bagi Fabio Quartararo. Rider dari Monster Energy Yamaha itu harus menelan pil pahit saat balapan yang awalnya menjanjikan harus berakhir tragis.

Masalah teknis pada komponen pengatur ketinggian motor atau yang dikenal dengan ride height device membuat Quartararo terpaksa keluar lebih awal. Momen itu mengingatkannya kembali pada nasib serupa yang pernah dia alami di MotoGP Spanyol 2019, tepatnya di Sirkuit Jerez.

Memimpin Balapan, Tapi Malang Tak Terhindarkan

Dari start sampai lap ke-11, Quartararo benar-benar tampil keren dan mengesankan. Dia memimpin balapan dengan keunggulan sekitar lima detik atas pesaing terdekatnya. Ini adalah salah satu kesempatan langka bagi Yamaha YZR-M1 untuk merasakan performa unggul dan stabil di lintasan.

Ketenangan dan kontrol yang dirasakan El Diablo membuatnya optimistis meraih kemenangan. Namun, semuanya berubah drastis di lap ke-12. Tanpa peringatan, kecepatan Quartararo menurun drastis.

Dia terlihat melambai dengan tangan kirinya, tanda bahwa ada masalah besar pada motornya. Akhirnya, pebalap asal Prancis itu harus menepi dan menyenderkan motornya ke dinding pembatas. Air mata pun tak terbendung.

Baginda Nabi yang Memperhatikan Kendaraannya

Masalah Ride Height Device yang Menghantui

Quartararo menjelaskan bahwa perangkat pengatur ketinggian belakang motor tiba-tiba terkunci. Komponen ini berperan penting dalam menjaga kestabilan motor saat melaju di berbagai kondisi trek. Ketika perangkat ini gagal bekerja, motor menjadi sulit dikendalikan dan kecepatan harus ditekan untuk menghindari kecelakaan.

“Awal-awalnya sih, aku ngerasa nyaman banget dan motor juga masih bisa aku kendaliin dengan lancar. Tapi kemudian perangkat itu terkunci di bagian belakang motor, dan saya tidak bisa melanjutkan balapan dengan optimal,” ujar Quartararo kepada Crash.net usai balapan.

Kenangan Kelam di Jerez 2019

Air mata yang pecah bukan hanya karena kegagalan di Silverstone. Quartararo pun teringat masa lalu yang menyakitkan di MotoGP Spanyol 2019. Saat itu, dia juga tengah tampil apik, memegang posisi pole dan berada di posisi kedua, siap bersaing merebut kemenangan. Namun, masalah teknis pada tuas persneling membuatnya gagal melanjutkan balapan sejak lap ke-14.

“Kejadian ini seperti deja vu yang menyakitkan. Saya pernah merasakan hal serupa di Jerez. Saat itu saya punya peluang besar, tapi motor malah bermasalah dan saya gagal finis,” kenang Quartararo.

Dukungan dari Thomas Maubant, Sahabat dan Manajer

Dalam kondisi emosional, Quartararo mendapat dukungan penuh dari Thomas Maubant, yang tidak hanya menjadi manajer tapi juga sahabat dekatnya. Maubant hadir untuk menguatkan mental pebalap berjulukan El Diablo tersebut.

Pandangan Orientalis terhadap Kanjeng Nabi Muhammad

“Dia tuh sahabat paling ngerti aku. Hari ini dia ngingetin aku kalau aku yang paling ngebut di lintasan rasanya udah lama banget aku nggak se-pede itu. Ini seperti pengingat bahwa kami masih berada di jalur yang benar meskipun mengalami kemunduran,” kata Quartararo tentang Maubant.

Harapan dan Tekad untuk Bangkit

Fabio Quartararo paham betul kalau MotoGP itu dunia yang penuh tantangan dan nggak bisa ditebak. Meski kecewa, ia yakin akan ada peluang baru di trek berikutnya. Masalah teknis seperti yang dialaminya di Silverstone bisa muncul di mana saja, apalagi di trek yang menuntut kecepatan tinggi.

“Kami akan kembali, saya tidak tahu kapan tepatnya, tapi saya percaya kami akan segera bangkit. Balapan di trek seperti Silverstone memang menuntut performa sempurna, dan kami masih terus memperbaiki diri,” tutup Quartararo dengan semangat optimis.

Yamaha Butuh Evaluasi Menyeluruh

Insiden yang menimpa Quartararo bukan kali pertama Yamaha bermasalah dengan teknologi ride height device. Sejumlah teknisi mengakui bahwa sistem tersebut masih memiliki celah dari sisi keandalan. Dibandingkan tim rival seperti Ducati yang sangat stabil dengan perangkat aerodinamis dan elektronik, Yamaha dinilai masih tertinggal.

Kini, tuntutan untuk Yamaha semakin jelas: lakukan perombakan menyeluruh atau risiko kehilangan talenta seperti Quartararo yang frustrasi dengan performa motor. Pembalap sekelas El Diablo membutuhkan dukungan penuh dari pabrikan jika ingin tetap bersaing di papan atas.

Menghidupkan Maulid dengan Parade Kendaraan Hias Islami.


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement