Jejak Awal Sang Advokat
Surau.co – Ibrahim Sjarief bin Husein Ibrahim Assegaf atau yang lebih akrab disapa Ibrahim Assegaf lahir di kota budaya, Surakarta, Jawa Tengah, pada tahun 1977. Nama ini mungkin terdengar akrab bagi banyak orang karena ia adalah suami dari jurnalis ternama, Najwa Shihab.
Namun di luar bayang-bayang popularitas istrinya, Ibrahim adalah pribadi yang membangun reputasinya sendiri di ranah hukum Indonesia. Mengawali perjalanannya di Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Ibrahim menanamkan fondasi keilmuan yang kuat.
Tak cukup sampai di sana, ia melanjutkan studi ke jenjang magister di University of Melbourne, Australia, tempat ia memperdalam pemahaman hukum internasional dan kebijakan publik.
Cinta, Kehilangan, dan Keluarga
Cinta Ibrahim dan Najwa dimulai sejak muda. Mereka mengikat janji pernikahan pada tahun 1997. Dari pernikahan itu, mereka dikaruniai dua anak: Izzat Assegaf dan Namiya binti Ibrahim Sjarief Assegaf.
Tapi sayangnya, Namiya meninggal dunia tak lama setelah lahir.Kehilangan ini menjadi luka mendalam dalam keluarga kecil mereka. Walau jarang tampil di depan media, Ibrahim dikenal sebagai ayah yang penuh sayang dan suami yang selalu mendukung perjalanan karier Najwa di dunia jurnalistik.
Pejuang Hukum dari Balik Layar
Perjalanan karier Ibrahim tak bisa dilepaskan dari kontribusinya terhadap kemajuan hukum di Indonesia. Dia termasuk salah satu sosok penting yang ikut merintis berdirinya Pusat Studi Hukum dan Kebijakan Indonesia (PSHK).
Lembaga ini menjadi tonggak penting dalam mendorong reformasi hukum di Tanah Air. Tak hanya mendirikan, Ibrahim juga sempat menjabat sebagai Direktur Eksekutif PSHK pada periode 2001–2003. Dalam rentang waktu itu, ia berperan sebagai arsitek awal yang menyusun arah perjuangan lembaga tersebut.
Menjadi Pilar di Dunia Pendidikan Hukum
Selain aktif dalam organisasi hukum, Ibrahim juga dikenal sebagai pendidik yang peduli terhadap generasi muda. Ia turut mendirikan dan menjadi pengajar di Sekolah Tinggi Hukum Indonesia Jentera.
Di kampus ini, Ibrahim bukan sekadar dosen ia adalah mentor, inspirator, dan penggerak visi pembaruan pendidikan hukum. Akun Instagram @jenteralawschool bahkan nyebut dia sebagai salah satu sosok penting yang jadi bagian dari lahirnya Jentera.
Perannya tidak hanya akademis, tetapi juga filosofis: menciptakan ruang pembelajaran yang relevan dan progresif.
Pilar di Firma Hukum Ternama
Nama Ibrahim juga lekat dengan firma hukum papan atas Assegaf Hamzah & Partners (AHP). Di sana, ia bukan hanya sekadar pengacara. Ibrahim sekarang jadi Mitra Pengelola dan memang ahli banget di dunia perbankan serta urusan restrukturisasi perusahaan.
Dalam publikasi AHP yang berjudul “Constitutional Court Curbed Creditor’s Enforcement Power”, namanya tertera sebagai partner yang ikut menyusun argumen hukum dalam kasus besar tersebut. Dedikasinya kepada klien dan integritasnya sebagai penasihat hukum telah menciptakan kepercayaan yang kokoh.
Kepergian yang Meninggalkan Jejak Mendalam
Duka menyelimuti dunia hukum Indonesia. Pada hari Selasa, 20 Mei 2025, Ibrahim Sjarief Assegaf mengakhiri perjalanan hidupnya di RS PON, Jakarta Timur, tepat pukul 14.29 WIB. Kabar kepergiannya telah dikonfirmasi langsung oleh pihak Assegaf Hamzah & Partners, tempat ia berkarier dan mengabdi selama bertahun-tahun.
Ibrahim pergi, namun warisan intelektual dan perjuangannya di bidang hukum akan terus hidup. Dari ruang kelas hingga ruang sidang, dari PSHK hingga AHP, jejaknya akan selalu menjadi pijakan bagi generasi selanjutnya.
Warisan Seorang Pejuang Sunyi
Tak banyak yang tahu siapa Ibrahim Sjarief Assegaf saat hanya menyebut namanya. Namun di balik ketenangan dan kesederhanaannya, ia adalah satu dari sedikit pilar hukum Indonesia yang telah berbuat banyak, meski memilih tetap berada di belakang layar.
Kini, sosok itu telah tiada. Tapi pemikirannya, dedikasinya, dan pengabdiannya, akan terus hidup dalam setiap pembaruan hukum yang lebih adil dan manusiawi di negeri ini.
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
